Bagian 6

1.2K 164 24
                                    

Wanita hamil itu terus menggerak-gerakkan tubuhnya gelisah diatas ranjang empuk miliknya. Jam telah menunjukkan pukul 9 malam dan untuk yang kesekian kalinya di hari ini wanita muda yang tengah hamil itu kembali merasakan lapar.

Irene menyibakkan selimutnya dengan kesal " lagi, untuk yang kesian kalinya kau merasakan lapar lagi ? " ucap irene bertanya pada perut ratanya itu

" wah.... Sungguh menakjubkan, jika begini terus aku bisa kehilangan tubuh ideal ku. " ucap Irene lagi sembari menggelang-gelengkan kepala.

Selama beberapa minggu belakangan ini Irene menikmati statusnya menjadi seorang calon ibu. Bahkan kehadiran janin kecil di dalam rahimnya membuat Irene tak merasakan kesepian lagi. Wanita itu sering kali mengajak calon anaknya membicarakan hal-hal ringan sembari sesekali tertawa sendiri, meskipun ia sadar jika janin itu tak akan mampu membalas perkataannya namun Irene yakin si kecil selalu mendengarkannya.

Dengan langkah gontai ditengah kantuknya Irene mengacak-acak dapurnya mencari makanan untuk menenangkan si kecil yang tengah kelaparan itu.

" tidak adakah yang bisa ku makan " keluh Irene sembari memanyunkan bibir mungilnya

Benar-benar tak tahan dengan rasa lapar yang menderanya, Irene memutuskan mengenakan matel hangatnya dan melangkahkan kaki menuju restoran kesukaannya. Entah mengapa tiba-tiba ia ingin menyantap semangkuk besar soup ikan buatan bibi pemilik restoran di seberang jalan.

" hah.... tabungan ku benar-benar terkikis hanya untuk makan dan makan " ucap Irene sembari memandang dompetnya yang tampak tipis setelah membayar banyaknya makanan yang telah ia santap. Bahkan Bibi pemilik restopun sampai terpekik karena terkejut dengan porsi makan irene yang jauh dari kata wajar.

" tapi tak apa asalkan kau senang, aku akan memberikan apapun keinginanmu. Kakek mu tak akan bangkrut jika hanya untuk memberikanmu 20 mangkuk besar soup ikan setiap harinya" ujar Irene sembari membelai perut penuhnya dan terkekeh pelan

" ku harap kau tumbuh sehat di dalam sana, dan jangan membuat ibu mu ini susah dengan mual hebat di pagi hari. Mengerti ? " irene terus membelai lembut perut nya yang bahkan masih terlihat rata itu.

Senyum dan rona bahagia di wajah Irene menguap entah kemana kala netranya menangkap sepasang kekasih yang tengah berpelukkan tak jauh dari tempatnya berdiri.

Kehangatan dan kebahagian yang sejak tadi menyelimuti hatinya tiba-tiba berubah menjadi perih yang amat menyakitkan, rasanya ada beribu jarum yang menusuk hatinya saat ini. irene memejamkan matanya sebentar sembari meremas kedua tangannya kuat kala air matanya lagi-lagi berontak untuk di keluarkan.

Di sana tepat di depannya berdiri, Taehyung dan Jennie terlihat tengah berpelukan mesra sebelum akhirnya sang wanita pergi memasuki sebuah café bersama temannya yang Irene ingat bernama Seulgi.

Irene semakin diam membeku takut saat netra Taehyung menyadari keberadaannya. Ingin rasanya Irene pergi dari sana, namun kedua kaki bahkan tubuhnya tak mampu ia gerakkan. Irene tak mengelak jika saat ini ia amat merindukan Taehyung, bahkan beberapa hari ini ia amat sangat ingin memeluk hangat tubuh matan kekasihnya itu.

Irene bernapas dengan susah payah kala ia menyadari jika Taehyung bergerak mendekatinya dan tanpa aba-aba menariknya pergi dari tempat itu. Irene memandang jemari Taehyung yang tengah menggenggamnya saat ini. tangan besar yang hangat tampak pas membalut jemari mungilnya. Tanpa sadar dikala rasa takutnya, Irene mengulas senyum bahagianya.

Sepanjang perjalanan tak ada suarapun yang keluar dari sepasang anak manusia di dalam mobil yang melaju membelah jalanan malam. Setelah dengan tanpa permisi Taehyung membawanya pergi dan memaksanya mengikuti pria itu, Irene sama sekali tak berani mengeluarkan suara untuk sekedar bertanya.

Irene hanya mampu terdiam dengan sesekali membelai lembut perut ratanya sembari sesekali bergumam dalam hati mengatakan pada sang anak bahwa pria disampingnya saat ini adalah ayahnya yang tampan.

Sekali lagi tampaknya Irene kembali dibuat bingung oleh pria yang menjadi ayah dari calon bayinya, bagaimana tidak jika saat ini tanpa mengatakan apapun Taehyung membawanya kembali ke bangunan apaerement yang telah lama ia huni.

Dengan tampang tanpa bersalahpun pria itu dengan seenaknya membuka pintu apartement setelah memasukkan kode keamanan yang memang sejak mereka menjalin hubungan tak pernah lagi Irene ubah, wajar saja jika pria itu masih mengingatnya dengan jelas.

" kita perlu bicara " ucap Taehyung akhirnya kala sudah cukup lama duduk terdiam di sofa empuk kesayangan Irene. Hingga wanita manis yang sejak tadi berdiri diam tanpa berani mendekat ataupun bersuara itu mulai mendongakkan wajahnya menatap si lawan bicara.

" tentang kehamilan mu, aku akan bertanggung jawab " ucap Taehyung setelah menarik napas panjang seolah mencoba melepaskan semua beban yang ada di dalam kepalanya

" Tae, kau.... "

" ayo kita menikah " kalimat pendek seorang Taehyung kembali mampu membungkam Irene dengan segala keterkejutannya.

Tapi Irenepun tak mampu berbohong bahwa hati nya merasa teramat lega dan sungguh-sungguh bahagia. Irene tak pernah menyangka jika Tehyung akan mengambil langkah sejauh ini. Sejak awalpun Irene tak penah berpikir untuk memaksa Taehyung bertanggung jawab, terlebih ketika pertama kali Taehyung mengetahui kehamilannya pria itu sempat memaki dirinya, namun sepertinya semua kembali berpihak kepadanya.

" kau serius ? " Tanya Irene dengan senyum yang tak mampu hilang di wajah manisnya

" aku tak mau menjadi lelaki pengecut. Kau hanya perlu diam dan menunggu sampai aku selesai membereskan semuanya. Termasuk mengakhiri hubunganku dengan Jennie " ucap Taehyung lihir di akhir kalimatnya, bahkan lelaki itu kembali menundukkan wajahnya sembari mengepalkan tangan

Irene sakit melihat pria yang ia sayangi itu tampak kacau, namun Irene sekali lagi bahkan untuk yang keseribu kalinya ingin kembali bersikap egois. Ia mengandung anak Taehyung dan lelaki di hadapannya ini lah yang memang harus bertanggung jawab.

Tanpa mengucapkan selamat tinggal atapun menoleh kearahnya, Taehyung pergi meninggalkan Irene yang sejujurnya dilanda dilema antara mengikuti kata hati atau justru bersikap egois.

Way Of LoveWhere stories live. Discover now