SM - 13. Tentang Agam

27.8K 5.2K 588
                                    

Udara dingin terasa menusuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara dingin terasa menusuk. Ditambah hembusan angin yang cukup kencang. Namun, itu tidak membuat Seline meninggalkan balkon yang menjadi tempatnya berpikir dengan ditemani secangkir coklat hangat.

Sudah satu jam Seline hanya berdiam diri di balkon setelah menyelesaikan tugas-tugasnya. Pikirannya masih berputar pada kejadian tadi siang, saat seorang cowok yang memakai seragam yang sama dengannya menyelamatkannya dari paksaan Jagad.

Setiap mengingatnya membuat Seline tersenyum-senyum sendiri. Dia merasa kagum dan anehnya hanya membutuhkan waktu singkat untuk Seline bisa kagum pada cowok yang bernama Agam itu karena sebenarnya dia tipe cewek yang tidak gampang menaruh kekaguman pada seorang cowok. Di matanya semua cowok sama saja, bersikap baik padanya hanya demi menarik perhatiannya. Namun, Agam terlihat lain di mata Seline.

Mau mengakui atau tidak, Agam menjadi cowok yang paling cepat membuat Seline tertarik. Garrel saja dulu membutuhkan waktu satu minggu baru benar-benar mendapat perhatian Seline, sedangkan Jagad malah lebih lama dari itu. Mereka sempat terjebak friendzone berbulan-bulan sebelum memutuskan untuk pacaran. Perubahan yang terjadi pada Jagad setelah mereka putus membuat Seline tidak bisa lagi berteman dengannya seperti sebelum mereka pacaran.

“Tuhan baik banget, sih. Di saat gue mau ngelupain Garrel, eh dikirim Agam sebagai penggantinya,” gumam Seline percaya diri. Dia mesem-mesem sendiri seolah yakin jika Agam memang untuknya.

Di tengah kebahagiaannya tentang kedatangan sosok baru dalam hidupnya Seline sampai sekarang masih heran dengan dirinya sendiri. Kenapa dia tidak pernah tahu ada murid seperti Agam di sekolahnya? Padahal Seline dan kedua temannya termasuk orang-orang gabut yang seringkali jalan-jalan ke kelas lain saat jamkos ataupun saat istirahat. Seharusnya dia pernah melihat Agam walaupun hanya sekali.

Mata Seline seketika melebar saat otaknya berhasil mencetuskan alasan kenapa dirinya tidak pernah melihat Agam. Jangan-jangan Agam anak kelas 10? Tiba-tiba saja tubuh Seline lemas. Harapannya yang tadi seterang mentari sekarang redup. Padahal Seline sudah berencana untuk mengenal Agam lebih dekat setelah ini. Siapa tahu cocok. Namun, jika Agam benar-benar anak kelas 10, Seline harus mengubur niatnya itu karena dia bukan pecinta berondong.

Pesona Agam memang berhasil meracuni pikiran Seline. Seline yang pantang mengejar cowok itu bahkan sekarang punya setitik keinginan untuk mengejar Agam andai Agam bukan adik kelasnya. Terlalu lebay memang, hanya karena ditolong sekali saja Seline sudah langsung terpikat. Namun mau bagaimana lagi, Seline tidak bisa mengendalikan perasaannya sendiri.

Seline memilih beranjak dari kursi saat udara terasa semakin dingin. Wajar saja karena hari memang semakin malam, ditambah angin yang tiada hentinya berhembus.

Seline membawa serta gelas kosong yang tadinya berisi coklat hangat masuk ke dalam kamarnya. Langkahnya secara otomatis menghampiri ponselnya yang berada di atas nakas. Dia harus menanyakan tentang Agam pada Charisa dan Olive walaupun Seline sedikit tidak yakin mereka kenal dengan Agam. Seline saja tidak kenal, pasti mereka juga tidak kenal. Begitulah kesimpulan yang ada di otak Seline.

Sejarah Mantan (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang