SM - 36. Move On, yuk!

26.9K 4.8K 372
                                    

Suara benturan antara meja kayu dan mangkok keramik terdengar nyaring hingga membuat Garrel yang sedari tadi hanya fokus pada ponselnya seketika terlonjak kaget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara benturan antara meja kayu dan mangkok keramik terdengar nyaring hingga membuat Garrel yang sedari tadi hanya fokus pada ponselnya seketika terlonjak kaget. Dia mendongak. Matanya melotot menatap sang pelaku yang malah menampilkan raut santai tanpa merasa bersalah.

“Lo bisa kalem dikit nggak, sih?! Ngagetin aja,” dumel Garrel kesal.

Sang pelaku, yang tidak lain adalah Seline, mengedikkan bahunya santai lalu mendudukkan dirinya di kursi sebelah Garrel.

“Salah sendiri lo melototin HP terus. Nih, bakso lo.” Seline mengulurkan bakso Garrel ke hadapan cowok itu.

“Hmmm.” Garrel menerimanya, tapi tidak langsung menambahkan saus, kecap, ataupun sambal seperti yang dilakukan Seline. Dia malah membiarkan bakso itu diam di tempat dan kembali fokus pada ponselnya.

Seline memutar bola matanya jengah melihat Garrel kembali menatap ponsel dengan mesem-mesem. Pandangannya beralih pada Dicky dan Bimo yang ternyata juga sedang memperhatikan objek yang sama.

“Dia kenapa?” tanya Seline dengan pandangan mengarah pada Garrel.

“Biasa. Lagi chatting sama cewek gila. Eh, maksudnya Senja,” ralat Dicky cepat sebelum Garrel menyadarinya. Bisa-bisa dia dihajar Garrel jika Garrel tahu Dicky menyebut gebetannya gila.

Hingga sekarang kekesalan Dicky pada Senja memang masih ada jadi tidak heran jika Dicky selalu memanggilnya cewek gila.

Hati Seline tiba-tiba terasa nyeri. Wajah cerahnya tadi sekarang meredup. Dia memakan baksonya dalam diam. Dengan sudah payah dia menelan baksonya karena tiba-tiba saja nafsu makannya hilang.

Sebelumnya, Seline tidak pernah secemburu ini saat melihat Garrel dekat dengan cewek karena Seline tahu Garrel hanya main-main dengan mereka. Namun dengan Senja, Seline benar-benar merasa ketakutan. Takut posisinya di hati Garrel tergantikan.

Seline bisa melihat keseriusan Garrel dalam mendekati Senja. Itu sudah cukup untuk menjadi pendorong agar Seline benar-benar move on dari Garrel. Namun, nyatanya rasa sakit dan cemburu itu masih ada sekalipun Seline yakin jika dia sekarang sudah move on. Setidaknya begitulah kesimpulan yang bisa dia ambil dari survey akhir-akhir ini. Hal itu bisa dibuktikan dengan rasa tertariknya pada Agam.

Seline masih bingung sebenarnya perasaannya untuk siapa? Dia suka kedua cowok itu, tapi tidak mungkin dia cinta pada keduanya juga. Rasa suka untuk keduanya pun berbeda, sayangnya Seline tidak tahu yang mana yang namanya cinta. Apalagi dia sudah jomblo setahun. Mengartikan perasaan seperti itu cukup sulit untuknya.

“Lo udah bergerak sejauh mana, Rel? Jangan terlalu lambat nanti ketikung Fajar,” tanya Dicky sekaligus mengingatkan Garrel.

“Tenang aja gue bakal gerak cepat. Minggu ini gue mau ngajak dia jalan,” jawab Garrel dengan tersenyum miring. Dia sudah merencanakan semuanya. Dia akan membuat Senja nyaman padanya dengan cara memberikan apapun yang cewek itu suka.

Sejarah Mantan (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang