SM - 45. Jagad

27.4K 5K 505
                                    

Kaki Seline menendang-nendang batu-batu kecil yang berada di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaki Seline menendang-nendang batu-batu kecil yang berada di depannya. Kepalanya menunduk, menghindari sengatan sinar matahari yang masih terasa menyengat walaupun hari sudah sore.

Dia hanya tidak ingin wajahnya memerah dan berkeringat. Apalagi saat ini tidak ada apapun yang melindunginya dari sorotan cahaya matahari, entah itu pepohonan atau bangunan.

Beberapa kali kepala Seline terangkat saat klakson motor ataupun mobil terdengar di depannya dan ditujukan untuknya sebagai bentuk sapaan. Dia hanya melempar senyum tipis dan anggukan sebagai balasan sapaan mereka.

Sejujurnya Seline merasa bad mood sekarang, karena Rega selalu telat saat menjemputnya. Namun, terlepas dari itu semua, ini juga salah Seline. Jika dia tadi membawa mobil sendiri dan tidak meminta Rega mengantarnya pasti saat ini dia sudah ada di rumah.

Ini semua karena kepercayaan dirinya bisa pulang dengan Agam, membuat Seline enggan membawa mobil agar ada kesempatan nebeng Agam. Memang menyusahkan, tapi usaha buaya betina untuk melancarkan modus-modus pada mangsanya memang harus totalitas. Saking totalitasnya dia sampai lupa jika hari ini jadwalnya Agam latihan PASKIBRA.

Mengingat kebodohannya itu membuat Seline merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia lupa, atau mungkin sampai saat ini Seline memang belum hafal jadwal latihan PASKIBRA yang latihannya dua kali dalam seminggu itu.

Sepertinya kemungkinan yang terakhir memang lebih masuk akal dari pada yang pertama.

Sebenarnya Seline tidak masalah jika harus menunggu Agam di bawah pohon hingga dia selesai latihan, sayangnya Agam-nya yang tidak mengizinkan. Apalagi hari ini anak PASKIBRA tidak hanya latihan saja, tapi juga rapat membahas lomba yang akan mereka ikuti tidak lama lagi. Bisa dipastikan pulangnya juga akan lebih malam dari biasanya. Jika biasanya mereka pulang menjelang magrib, kemungkinan hari ini mereka baru bisa pulang setelah magrib.

“Hai, Cantik. Kenapa nunduk terus? Nyari Plankton?”

Suara seseorang yang sangat Seline kenali terdengar membuat dia refleks mengangkat kepala. Tanpa bisa ditahan bola matanya berputar melihat siapa yang baru saja menyapanya.

“Ngapain lo di sini?” tanya Seline dengan bersedekap dada. Matanya menatap orang itu tajam disertai kerutan dahi, pertanda jika dia tidak suka melihat kedatangan orang itu.

“Kangen. Udah lama kita nggak ketemu,” jawab orang itu dengan cengengesan seperti biasa.

Sejauh ini memang hanya Jagad mantan Seline yang suka berterus terang bilang kangen, masih sayang, atau memuji Seline terang-terangan seperti beberapa detik yang lalu.

Lagi-lagi Seline memutar bola matanya jengah. “Mending lo pergi deh! Gue mau pulang.”

“Gue anterin, ya.”

“Nggak,” tolak Seline tanpa berpikir panjang.

“Kenapa sih, Sel, lo nggak mau ngasih gue kesempatan buat deket lagi sama lo? Gue tahu lo sekarang single, gue juga. Kita bisa balik kayak dulu lagi, Sel.” Jagad menatap Seline memohon.

Sejarah Mantan (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang