SM - 74. Pembeli Prioritas

22.1K 4.9K 541
                                    

Seline keluar dari mobil bersamaan dengan Garrel yang berjalan di tengah-tengah parkiran mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seline keluar dari mobil bersamaan dengan Garrel yang berjalan di tengah-tengah parkiran mobil. Sebuah tas ransel hitam menggantung di bahu kanannya. Sepertinya cowok itu hari ini membawa mobil.

Mengira Garrel akan menghampirinya seperti biasa, Seline langsung memasang wajah jutek. Dia bersiap memberi penolakan jika Garrel memaksa ingin membawakan tasnya.

Sebulan ini yang cowok itu lakukan setiap pagi memang menjambret Seline. Tidak peduli penolakan seperti apa yang diberikan Seline, cowok itu tetap memaksa membawakan tas Seline ke kelas.

Seperti biasa, Seline kalah atas cowok itu. Hanya saat Seline berangkat lebih dulu darinya saja Garrel tidak bisa menjambret tas Seline.

Pagi ini Seline akan pura-pura menolak seperti biasa walau sejujurnya dia mulai bisa menerima perhatian cowok itu padanya. Entah atas dasar hukuman untuk cowok itu sendiri atau apa, Seline tidak peduli. Yang pasti dia merasa diuntungkan dengan apa yang cowok itu lakukan untuknya selama sebulan belakangan.

Garrel tahu Seline sedang berdiri di depan mobilnya, tapi dia berusaha untuk tidak menoleh, apalagi menghampirinya seperti yang dia lakukan biasanya. Dia teringat ucapan teman-temannya setelah mereka menonton live Instagram Olive kemarin.

“Coba hentiin dulu usaha lo buat deketin Seline, Rel. Kasih waktu Seline buat menenangkan diri. Jangan buru-buru. Kemarin kan lo emang langsung deketin dia pas dia masih sakit hati karena perlakuan lo, jadi mungkin dia risi karena itu,” saran Elgar.

“Iya, yang dibilang Elgar benar. Lo harus bisa lebih sabar, Rel. Mungkin selama ini Seline merasa terdesak karena usaha-usaha lo jadi dia terpaksa menerima apa yang lo berikan,” tambah Bimo.

Raut wajah pura-pura jutek Seline sontak berubah cengo saat Garrel melewatinya begitu saja. Cowok itu bahkan tidak meliriknya. Apa dia tidak melihat keberadaan Seline?

Sepertinya begitu karena Garrel terus menatap ke depan. Wajah tampannya datar disertai tatapan tajam. Langkahnya tampak santai, tapi penuh ketegasan.

Tidak heran kalau dia memiliki secret admirers yang hanya berani mengaguminya secara diam-diam. Hanya segelintir saja yang percaya diri menunjukkan kekagumannya pada Garrel.

Tidak ingin terus meratapi sikap Garrel yang pagi ini berubah, Seline mulai melangkah menuju kelasnya. Di koridor banyak anak yang meliriknya diam-diam lalu berbisik pada temannya.

Seline mengerutkan dahi. Ada apa lagi ini? Terakhir kali dia mendapat reaksi seperti itu saat dia masih sering berjalan bersisian dengan Agam dulu.

“Lo nonton kemarin?”

“Iya, gue nonton!”

“Gue ketinggalan, anjir!”

Sejarah Mantan (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang