SM - 30. Mulai Chatting

28.8K 4.9K 551
                                    

Mesem-mesem tidak jelas sudah menjadi kegiatan Seline sejak beberapa saat yang lalu, saat dia mendapat pesan dari nomor yang tidak dia kenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mesem-mesem tidak jelas sudah menjadi kegiatan Seline sejak beberapa saat yang lalu, saat dia mendapat pesan dari nomor yang tidak dia kenal.

Sedari tadi ponselnya tidak pernah lepas dari genggamannya sampai ke kamar mandi pun Seline membawanya.

Seline sekarang sedang chatting dengan seseorang. Senyumnya selalu mengembang setiap membaca balasan pesan dari manusia di ujung sana yang merelakan waktunya terbuang sia-sia untuk membalas pesan Seline.

Padahal jam segini biasanya dia akan membaca buku hingga matanya mengantuk dan tidur setelah itu. Namun, malam ini dia malah berbalas pesan dengan Seline. Tentu itu dia lakukan setelah menyelesaikan tugas-tugasnya.

“Gammy, kenapa gemesin banget, sih?! Jadi makin suka kan.”

Ya, yang mengiriminya pesan adalah Agam. Mereka sempat bertukar telepon tadi sebelum kembali ke kelas masing-masing. Tujuannya agar memudahkan mereka berkomunikasi. Entah itu untuk membahas tugas atau yang lainnya.

Seline membaca pesan dari Agam dengan hati membuncah bahagia. Cowok itu menyuruh Seline untuk makan setelah Seline mengatakan kalau dia belum makan malam, tapi Seline menolak karena lauknya memang tidak ada setelah dimakan habis oleh Rega dan beberapa temannya yang tadi mampir ke rumah.

Rega tadi sudah menyuruh Seline memesan makanan untuk makan malam, tapi tidak Seline lakukan walaupun uangnya tetap dia terima karena dia memang tidak lapar.

Dan, sekarang Agam sedang memberi wejangan tentang pentingnya makan teratur dan menyebutkan penyakit-penyakit yang bisa timbul jika telat makan. Ternyata seperti ini rasanya chatting dengan anak IPA. Seline berasa chatting dengan ahli gizi.

Meskipun begitu, Seline tidak berubah pikiran. Dia masih enggan untuk makan.

Chatting dengan Agam membuat hati Seline berbunga-bunga. Dia bahagia bukan main. Pemikiran-pemikiran buruk tentang kelanjutan hubungannya dengan Agam yang sempat mengusik pikiran Seline sekarang lenyap begitu saja.

Seline sangat yakin tidak lama lagi dia bisa mendapatkan hati si gundul menggemaskan yang sekarang terlihat sedang mengetik balasan untuk pesan Seline sebelumnya.

Mungkin Seline tidak akan sebahagia itu hanya karena chatting dengan Agam andai dia tahu yang sebenarnya kalau Agam meladeninya hanya karena menghormatinya saja. Seline juga tidak tahu kalau Agam melakukan itu sebagai penebusan dosa yang dilakukan seseorang.

Rega mengamati wajah Seline dengan teliti. Adiknya yang tidak seberapa pintar itu sekarang terlihat tidak seberapa waras juga. Dia senyum-senyum sendiri dengan pandangan menerawang entah sedang memikirkan apa.

Semenjak Seline jomblo Rega memang kerap kali khawatir padanya karena tingkat kehaluannya semakin tinggi. Tidak jarang Rega mendapati Seline bernyanyi dengan menatap wajah seorang penyanyi layaknya sedang berduet. Justin Bieber dan Shawn Mendes adalah korban halu tetapnya.

“Sel! Woy, Seline!”

Teriakan seseorang yang ternyata sudah berdiri di depannya itu membuyarkan lamunan Seline tentang Agam.

Seline mengerjap-ngerjapkan mata terkejut mendapati kakaknya sedang menatapnya penuh selidik.

“Lagi mikirin apaan lo senyum-senyum gitu?” tanya Rega dengan mata memicing.

“Mikirin masa depan,” jawab Seline asal.

Rega tidak perlu tahu jika Seline mulai membuka hati untuk cowok lain karena yang Rega tahu Seline masih sadgirl yang belum move on dari Garrel. Sungguh miris image Seline di mata Rega.

Rega mendengus tidak percaya. “Nggak mungkin. Kalau mikirin masa depan pasti lo overthinking, nggak mungkin mesem-mesem gitu. Emang lo yakin banget masa depan lo secerah itu sampai lo senyum-senyum sendiri mikirinnya?”

“Udah deh lo jangan gangguin gue! Ngerusak suasana hati gue aja.” Seline melempar bantal sofa yang ada di sebelahnya ke arah Rega.

Dengan sigap Rega menangkapnya, membuat Seline semakin kesal karena lemparannya tidak berhasil mengenai Rega.

“Gue mau keluar dulu. Lo jaga rumah. Kalau mau makan, pesen aja. Nggak usah bikin drama dengan bilang ke Mama kalau lo nggak gue kasih makan,” pesan Rega penuh peringatan karena kerjaan Seline biasanya memang seperti itu.

Dia mengadu ke mamanya dan bercerita seolah dia adik tiri yang teraniaya padahal mereka lahir dari rahim yang sama. Jadi, jangan terkejut jika di mata orang tuanya Rega terlihat seperti penyihir perebut kekuasaan dengan Seline sebagai tuan putri yang menjadi korban kekejamannya.

“Iya, iya, sana pergi!” usir Seline.

Rega sebenarnya kesal, tapi dia lebih memilih pergi alih-alih meladeni Seline karena teman-temannya sudah menunggunya.

Setelah Rega pergi Seline kembali fokus pada ponselnya untuk membalas pesan Agam. Ketenangannya seketika terusik saat mendengar suara ketukan pintu.

Tok! Tok! Tok!

Seline meletakkan ponselnya ke atas meja lalu beranjak menuju pintu. Dia membuka pintu itu entah setelah ketukan ke berapa. Alisnya terangkat sebelah, menatap seseorang yang sedang berdiri di depannya dengan tatapan heran.

“Ada apa?”

“Kerjain tugas gue.”

Mulut Seline terbuka bersiap menolak, tapi itu akan percuma saat seseorang di depannya sudah meletakkan bukunya di atas tangan Seline dengan tiba-tiba. Seline refleks memeganginya agar buku-buku itu tidak jatuh.

“Kenapa nggak dari tadi, sih?! Ini udah malem, Rel, gue ngantuk mau tidur.”

Ya, yang merusak kebahagiaan Seline setelah Rega hari ini adalah Garrel. Cowok itu masih berdiri dengan tampang tak bersalah walaupun di depannya Seline sedang menatapnya kesal.

“Gue baru inget kalau ada tugas,” balas Garrel tampak tidak peduli dengan keluhan Seline.

Siapapun tolong jangan ada yang menahan Seline untuk mencakar wajah macan menyebalkan di depannya ini.

🎸🎸🎸

🎸🎸🎸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sejarah Mantan (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang