SM - 19. Nekad

27.6K 5.1K 477
                                    

Mobil Mini Cooper berwarna pink dengan garis-garis putih terlihat berhenti di depan sebuah bangunan sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil Mini Cooper berwarna pink dengan garis-garis putih terlihat berhenti di depan sebuah bangunan sekolah. Berbanding terbalik dengan tampilannya yang feminim, mobil itu malah dikendarai oleh cowok maskulin. Sebenarnya itu bukan mobilnya sendiri, tapi mobil seorang cewek yang sedang duduk di kursi penumpang sebelahnya.

"Mana? Kok belum ada yang keluar?" tanya Seline, sang pemilik mobil saat melihat jalanan depan sekolah SMA Raden Wijaya masih sepi.

"Sabar, kenapa! Lo nggak sabaran banget, sih, pengin jadi babu gue," balas Garrel, sang pengemudi dengan tertawa meledek.

Mereka berdua sekarang berada di depan sekolah SMA Raden Wijaya. Garrel sengaja memakai mobil Seline agar tidak dicurigai karena sebagian besar anak SMA Raden Wijaya cukup hafal dengan mobil dan plat nomornya karena saking seringnya Garrel mengapeli Fajar. Bisa-bisa mereka mengira Garrel mencari ribut jika melihat mobil Garrel berhenti di depan sekolah mereka.

Seline mendengus mendengar balasan Garrel. "Bukan gitu. Kalau tahu bakal nunggu kayak gini kan tadi nggak usah buru-buru. Tangan gue sampai sakit lo tarik-tarik."

Seline cemberut dengan menunjukkan pergelangan tangannya yang masih meninggalkan bekas warna merah karena genggaman Garrel yang erat.

Tadi saat bel pulang berbunyi Garrel langsung menghampiri Seline ke kelasnya. Hanya butuh beberapa langkah saja sampai di depan pintu kelas Seline karena kelas mereka bersebelahan.

Tanpa memberi waktu untuk Seline memperhatikan penampilannya atau merapikan seragamnya yang sudah kusut di beberapa bagian, Garrel langsung menariknya keluar kelas.

Dia terus menarik Seline sampai parkiran, tidak peduli segala keluhan yang Seline lontarkan mulai dari tali sepatunya lepas, dia yang hampir jatuh ke selokan andai Garrel tidak sigap menahan tubuhnya, sampai keluhannya karena tidak sempat melambaikan tangan dan mengucapkan see you saat tidak sengaja bertemu Agam di pinggir lapangan.

Entah sejak kapan Seline menjadi semerepotkan itu, membuat Garrel kapok dekat-dekat dengannya.

Mendengar keluhan Seline akan sikap Garrel yang tadi menariknya sampai membuat tangannya memerah tidak membuat Garrel merasa bersalah atau kasihan padanya. Dia hanya melirik pergelangan tangan Seline sekilas tanpa minat lalu kembali menatap lurus ke depan.

Jam pulang sekolah SMA Tunas Bangsa yang lebih awal dari jam pulang sekolah SMA Raden Wijaya membuat mereka harus menunggu sedikit lebih lama jika ingin melihat Fajar keluar gerbang. Apalagi tadi Garrel mengemudikan mobilnya dengan cepat, membuat waktu mereka menunggu semakin banyak.

Melihat antuasias Garrel untuk pergi ke SMA Raden Wijaya menimbulkan kecurigaan di benak Seline. Beberapa dugaan mulai bermunculan. Entah Garrel sangat antusias ke SMA Raden Wijaya karena ingin cepat menunjukkan bukti, bertemu dengan gebetan barunya, atau bahkan karena dia sudah rindu dengan Fajar.

Memikirkannya membuat Seline bergidik geli. Jangan sampai cowok ganteng di sebelahnya ini belok, nanti Seline tidak bisa menahan dirinya sendiri untuk tidak meluruskan Garrel kembali.

Sejarah Mantan (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang