1. Titik Tengah

9.3K 909 6
                                    

Park Chaeyoung melangkah keluar kamar dengan setelan rapi; kemeja putih, rok pensil, dan stoking hitam. Hari ini, ia ada meeting dengan salah satu client penting maka dari itu sejak pagi-pagi sekali ia sudah bersiap.

"Loh, Rion? Kenapa sarapannya gak dimakan?" Chaeyoung yang baru sampai di dapur bertanya saat melihat isi piring Rion yang masih sama dengan sepuluh menit yang lalu.

Ditaruhnya tas jinjing yang ia bawa di kitchen island lalu dihamipirinya Rion yang memasang wajah lesu.

"Kenapa, Sayang? Gak suka ya sama makananya?" Chaeyoung mengambil garpu lalu menusuk wortel rebus yang berjejer rapi bersama kentang, brokoli, dan ayam kukus. "Makan, yuk, Mama suapin ya."

"Gak mau." Rion mengelak ketika Chaeyoung mendekatkan garpu ke mulutnya.

"Kalau gak sarapan nanti Rion sakit," bujuk Chaeyoung namun anak laki-laki berumur empat tahun itu malah balik badan.

Aneh. Pikir Chaeyoung.

Sejak dibangunkan pagi tadi, Rion lebih banyak diam. Padahal biasanya, Rion itu anak yang bawel dan aktif. Sejak bangun tidur hingga mau tidur lagi Rion tidak akan berhenti mengoceh dan bergerak. Jadi, melihatnya berdiam diri seperti ini, cukup membuat Chaeyoung khawatir.

"Kangen Papa, ya?" tebak Chaeyoung.

Rion menggeleng. "Semalam sudah video call Papa."

"Terus kenapa Rion gak mau makan dan kelihatan sedih banget hari ini? Mau kasih tahu Mama alasanya gak?"

Bibir Rion mengerucut dan mata bulat besarnya menatap Chaeyoung seperti orang yang sedang menilai.

"Tapi Mama janji gak akan marah, ya." Rion mengulurkan jari kelingking.

"Iya, Mama janji." Chaeyoung mengaitkan jari kelingkingnya yang lebih besar pada milik Rion yang mungil.

Rion menghembuskan napas. "Rion gak mau sekolah, Ma."

Senyuman manis Chaeyoung berubah kaku.

"Tuh, kan, Mama marah." Wajah Rion memerah. Matanya bahkan sudah berair menahan tangis. "Katanya gak mau akan marah sama Rion."

"Mama nggak marah. Mama bahkan belum ngomong apa-apa."

"Tapi muka Mama udah kaya mau marahin Rion. Hueeeee." Seketika angis Rion menggema di ruang makan.

"Loh, loh, kok nangis? Mama gak marah."

"Mama marahhhhhh." Rion merengek.

"Mama nggak marah." Chaeyoung mengusap rambut mangkuk Rion. "Tapi, Rion bisa kasih tahu Mama, alasan kenapa Rion nggak mau sekolah?"

Tangisan Rion perlahan-lahan mereda.

"Rion takut, Ma."

Deg.

Tangan Chaeyoung yang sedang mengusap jejak air mata di pipi Rion membeku.

Saat sekolah dulu, Chaeyoung juga pernah mengucapkan kalimat yang sama kepada ibunya. Alasan di balik kalimat itu hanya satu: Chaeyoung takut bertemu teman sekelasnya dan di-bully lagi di sekolah.

Mendengar Rion mengucapkan kata-kata itu membuat hati Chaeyoung bagai teriris. Ia tidak mau pengalaman pahitnya terulang pada Rion.

"Teman Rion ada yang usil?" tanya Chaeyoung berusaha santai.

Rion menggeleng sampai poni di dahinya ikut bergoyang.

"Ada guru yang galak sama Rion?"

Rion masih menggeleng, namun Chaeyoung tidak percaya.

"Rion gak perlu takut. Bilang sama Mama semuanya. Mama pasti bantu Rion. Mama pasti bela Rion."

"Bener kok, Ma. Di sekolah gak ada yang jahat sama Rion. Tapi ... "

"Tapi apa?"

"Tapi Rion takut, Ma." Rion menundukan kepalanya semakin dalam. "Setiap hari ada Om-Om yang ngeliatin Rion terus. Kemarin, Om itu mau kasih Rion coklat tapi gak Rion ambil karena Rion ingat pesan Mama. Mama bilang, Rion gak boleh ngobrol atau terima barang apapun dari orang yang gak Rion kenal."

Chaeyoung menelan salivanya dengan susah payah.

"Bagus. Rion anak pintar." Dengan senyum kaku dan tangan yang sedikit gemetar, Chaeyoung mengusap kepala Rion. "Kalau ada yang seperti itu lagi, Rion teriak minta tolong yang kenceng ya."

Rion mengangguk patuh, sedangkan pikiran Chaeyoung berkelana ke kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi jika andai saja, Rion menerima coklat itu.

No... no... no...

Jantung hatiku... Darah dagingku...

Chaeyoung menggelengkan kepala untuk membuang jauh-jauh pikiran buruk itu.

"Kalau begitu hari ini Rion ikut Mama ke kantor aja, ya," putus Chaeyoung.

"Beneran, Ma?" Mata Rion berbinar.

"Ia. Khusus hari ini boleh gak sekolah."

"Yeaaayyy!!" Rion bersorak. Wajah lesu tidak bersemangat yang semula menggantung di wajah anak laki-laki itu sekarang sirna.

"Karena sudah boleh gak sekolah, sekarang sarapannya dimakan." Chaeyoung mendekatkan piring bergambar gajah ke hadapan Rion. Kali ini, dengan senang hati Rion mengambil sumpil kecilnya lalu mencapit ayam kukus kesukaannya.

"Enak gak, Sayang?"

Rion mengacungkan jempolnya dan Chaeyoung tidak bisa untuk tidak tersenyum.

.

To Be Continued

My Valentines ✔️Where stories live. Discover now