37. The Pandora Box

4.7K 604 13
                                    

Chaeyoung terbangun dari tidur lelapnya ditemani oleh rasa sakit kepala. Dengan tenggorokan kering dan perut yang perih, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ketika sedang menyikat gigi sambil bercermin, ingatan tentang kejadian semalam muncul.

Shit!

Chaeyoung mengingat semuanya; pertengkarannya dengan Junhoe, kehadiran Jaehyun, dan 'lamaran' konyol itu.

"Nggak mungkin." Chaeyoung buru-buru melihat ke arah jari manisnya, namun jari itu kosong. "Pasti hanya mimpi," gumamnya.

Chaeyoung mempercepat kegiatan bersih-bersihnya dan bergegas ke dapur untuk membuat sarapan. Saat melewati ruang TV, ia menyadari kalau ruangan itu terlihat sangat rapi; tidak ada botol alkohol berserakan, tidak ada sampah dan tidak ada jejak keberadaan Jaehyun semalam.

"Oke, sekarang aku yakin kalau itu hanya mimpi. Nggak mungkin semalam Jaehyun melamarku. There is no way, that kind of thing actually happened." Chaeyoung menggelengkan kepala. Ia mencoba untuk menyadarkan diri dari pengar di kepalanya.

Pagi itu, Chaeyoung melanjutkan harinya seperti biasa; ia  menjempur Rion di kondominium Lisa, melakukan pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan, dan kegiatan lainnya sampai tak terasa matahari sudah terbenam dan digantikan oleh bulan.

Sepanjang hari Chaeyoung telah meyakinkan diri untuk menganggap ingatannya mengenai kehadiran Jaehyun semalam adalah sebuah mimpi. Begitu pun dengan janji yang laki-laki itu berikan untuk datang kembali hari ini. Tapi, menyadari kalau Jaehyun benar-benar tidak menunjukan batang hidungnya entah kenapa membuat Chaeyoung sedikit kecewa.

Apa mungkin hati kecilnya menginginkan apa yang adadi ingatannya menjadi sebuah kenyataan?

***

Tiga hari berlalu semenjak kejadian malam itu. Selama tiga hari itu pula Jaehyun menghilang bagai buih. Tidak ada pesan, telepon, apalagi kehadirannya di tengah-tengah Chaeyoung dan Rion.

Ketidak hadiran Jaehyun yang seperti ini entah kenapa terasa begitu familiar. Laki-laki itu datang dan pergi sesukanya. Tanpa salam apalagi pamit.

Chaeyoung pun sebenarnya mencoba untuk tidak peduli. Namun, hatinya entah kenapa merasa gelisah. Menghilangnya Jaehyun membuat Chaeyoung berpikir selama apa laki-laki akan pergi? Akankah ia kebali?

"Chaeyoung, sudah ingin pulang?" seorang rekan kerja menyapanya di depan lift.

"Ia, kamu?"

"Aku lembur hari ini."

"Oh, kalau begitu semangat, ya."

"Thanks."

Chaeyoung melambaikan tangan sebelum masuk ke dalam lift yang akan membawanya turun ke lanati dasar. Sesampainya di lantai tujuan, Chaeyoung keluar lift dan berjalan menuju lobi sambil memainkan ponsel.

BRUKK!

Karena tidak memperhatikan jalan, Chaeyoung menabrak seseorang dengan cukup kencang.

"Maaf," Chaeyoung membungkuk untuk mengambil paper bag dan juga buket bunga tulip milik orang yang ia tabrak yang tercecer di lantai. Pikirannya sempat melayang saat melihat rangkaian tulip putih indah yang sekarang ada di tangannya.

Aneh, untuk apa bawa-bawa bunga seperti ini ke kantor?

"Kamu lagi mikirin apa sampai nggak perhatiin jalan?"

Deg.

Jantung Chaeyoung berdetak lebih cepat saat mendengar suara familiar itu. Dengan cepat ia menengadah dan tebakannya pun tepat. Jung Jaehyun berdiri di hadapannya dengan setelan jas hitam.

My Valentines ✔️Where stories live. Discover now