18. Badai

4.4K 661 93
                                    

Jam lima sore, Kim Jiho menangis tak karuan. Di hadapannya ada Jaehyun yang menunduk menatap lantai.

Janji semalam untuk keluar barang sebentar nyatanya hanya bualan. Jung Jaehyun pergi jam dua belas malam dan kembali pukul tiga sore. Laki-laki itu menemani Yewon mendapatkan penanganan medis.

Dokter memutuskan untuk merawat inap Yewon. Jaehyun menyaksikan bagaimana kaki bayi kecil yang baru berusia empat bulan itu harus ditusuk jarum infus. Tangisan yang tak berhenti dan wajah yang memerah membuat Jaehyun tidak tega untuk meninggalkan Yewon barang sedetik.

Melalui telepon, Jaehyun memberitahu Chaeyoung kalau Yewon harus dirawat dan perempuan itu panik.

"Yewon sakit apa? Separah apa penyakitnya? Aku... Jaehyun, aku harus ketemu Yewon."

"Chaeyoung, nggak apa-apa. Biar aku yang jaga Yewon malam ini. Kamu sekarang pulang ke rumah, kasihan Rion. Dia perlu istirahat."

"Tapi—"

"Kamu bilang, siang ini baby sitter yang akan rawat Rion dan Yewon datang. Kamu tunggu di rumah aja, sampai baby sitter itu datang untuk jaga Rion di rumah, setelah itu ke sini."

Sepanjang malam, Jaehyun tidak bisa tidur. Ia memperhatikan Yewon yang sesekali menangis—mungkin karena merasa badanya yang tidak enak. Menepuk-nepuk dada bayi itu atau mengusap kepala untuk menenangkan bayi yang sedang kesakitan itu.

Sampai saat ini, Jaehyun terkadang masih sulit untuk menerima kalau dua bayi yang dilahirkan oleh Chaeyoung adalah anak kandungnya. Tetapi, sesuatu di dalam dadanya selalu mendorong Jaehyun untuk melakukan hal yang membuatnya semakin dekat dekat dengan Rion dan Yewon.

Mengunjungi Chaeyoung di rumah sakit, bertamu seminggu sekali ke rumah perempuan itu, membawakan banyak perlengkapan si kembar, dan pergi meninggalkan Jiho begitu saja saat Jaehyun tahu Yewon sakit.

Mungkinkah ini yang disebut insting ayah? Entahlah Jaehyun juga tidak mengerti.

Sekitar jam dua siang, Chaeyoung datang ke rumah sakit dan saat itu lah Jaehyun memutuskan untuk pulang.

Laki-laki itu terlalu mengkhawatirkan Yewon, sampai-sampai ia lupa dengan eksistensi Jiho yang sedang menunggu dengan harap-harap cemas di apartemen Jaehyun.

Belum ada lima detik setelah Jaehyun masuk ke dalam rumah, Jiho sudah menodongnya dengan berbagai pertanyaan.

Jaehyun lelah mengelak, dan akhirnya mengungkapkan semuanya. Tidak ada lagi rahasia dan tidak ada lagi alasan.

Jiho menangis sambil memukuli Jaehyun. Perempuan itu terlihat begitu terluka dan terpukul. Hingga tiga puluh menit berlalu, tangisan Jiho masih belum berhenti.

"Kamu tega." Jiho berucap di sela-sela tangisannya.

"Maafin aku."

"Setelah sekian lama, baru sekarang kamu kasih tahu aku?" Jiho mendorong bahu Jaehyun denga tenaganya yang sudah hampir habis.

Jaehyun mengusap wajahnya kasar. "Maaf."Hanya itu yang bisa ia ucapkan saat ini.

"Dari awal kita pacaran aku sempet curiga kalau kamu selingkuh. Tapi, ternyata kenyataanya lebih buruk dari itu. Bukan cuma selingkuh tapi kamu punya anak dari selingkuhan kamu!" Jiho berteriak lalu menyembunyikan wajahnya di balik tangan.

"Jiho, aku nggak pernah selingkuh." Jaehyun berkali-kali ingin menyentuh Jiho, namun tangannya ditepis kasar.

"Lalu Chaeyoung apa?"

"Aku dan dia hanya one night stand, dan itu terjadi saat kita belum pacaran."

"Segampang itu kamu ngelakuin one night stand, padahal jelas-jelas waktu kamu reuni kita sudah dekat. Kamu tahu aku suka kamu! Kamu tahu aku lagi nunggu kamu untuk ngajak aku pacaran. Kamu juga tahu kalau aku pasti akan balas perasaan kamu! Tapi kamu tetep ngelakuin one night stand sama perempuan itu! Perasaan kamu dimana Jung Jaehyun!"

My Valentines ✔️Where stories live. Discover now