22. Terlambat Sejak Awal

5.3K 703 63
                                    

Pesawat yang ditumpangi Jaehyun dari pulau Jeju mendarat di Bandara Internasional Gimpo pukul empat sore. Karena tidak membawa bagasi, setelah turun dari pesawat ia langsung keluar gate untuk menghentikan taksi.

Sepanjang jalan dari bandara menuju rumah duka, Jaehyun beberapa kali mencoba menghubungi Chaeyoung, namun tidak pernah diangkat.

Setelah satu jam perjalanan, barulah taksi yang dikendarai Jaehyun berhenti di depan rumah duka Cheon Sa.

Dengan berat hati, Jaehyun masuk ke dalam gedung tujuh lantai tersebut. Matanya menyisir sekeliling lobi dan tidak sengaja melihat layar LCD yang menampakan nama Park Yewon dan nomer ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk melayat.

Kaki Jaehyun seketika lemas.

Nama yang sempat ia pilihkan beberapa hari setelah si kembar lahir ke dunia, terpampang di layar pengumuman sebuah rumah duka.

Dengan terburu-buru Jaehyun berjalan menuju eskalator. Lantai tiga ruangan nomer dua, adalah tujuan Jaehyun. Langkah laki-laki itu melambat saat ia berada di ambang pintu ruang peristirahatan Yewon.

Seseorang yang menjaga di depan pintu memandang Jaehyun dengan tatapan aneh. Semakin dalam Jaehyun melangkah, semakin banyak tatapan mata penasaran yang tertuju kepadanya.

Kebanyakan dari mereka heran dengan pakaian yang Jaehyun kenakan. Kaos garis-garis, jaket kulit, dan ripped jeans, bukanlah setelan yang pantas untuk melayat. Tapi, Jaehyun tidak menghiraukan semua itu karena netranya terfokus pada foto bayi yang berada di tengah-tengah tumpukan bunga krisan.

Ia ingat foto itu.

Chaeyoung sempat mengirimkannya ke ponsel Jaehyun sebelum dihapus oleh Jiho.

Manik mata Jaehyun kemudian bergulir ke arah perempuan yang duduk di pojok kanan.

Perempuan itu mengenakan hanbok berwarna hitam dengan pita putih yang terselip di rambut hitam panjangnya yang dikepang.

Jaehyun sempat menebak kalau Chaeyoung pasti menangis meraung-raung, tapi nyatanya tidak. Park ChaeyoungPerempuan itu hanya duduk dengan pandangan kosong. Tidak ada jejak air mata yang ada hanya aura kesedihan yang menyelimutinya.

Tangan Jaehyun terangkat untuk membuka topi baseball yang dikenakannya sebelum berjalan ke arah Chaeyoung. Setiap langkah yang Jaehyun ambil, membuat Chaeyoung perlahan-lahan menyadari keberadaannya.

Mata Chaeyoung menyipit. "Untuk apa kamu ke sini"

"Aku turut berbelasungkawa. Aku tidak menyangka—"

"Sudah cukup basa-basinya," potong Chaeyoung. "Kalau kamu ingin mengirimkan salam perpisahan untuk Yewon, silahkan. Tapi, setelah itu aku mau kamu pergi."

"Chaeyoung,  aku mau kamu dengarkan penjelasanku dulu."

"Tidak ada yang perlu dijelaskan. Aku mengerti kalau kamu tidak ingin terlibat dalam urusan Yewon dan Rion lagi."

"Bukan—"

"Sudah, jangan buat hariku semakin berat. Aku masih berduka dengan kepergian Yewon. Kalau kamu sudah selesai dengan urusanmu maka pergi dan jangan pernah muncul di hidupku lagi."

"Chaeyoung, jangan begini. Kita bisa selesaikan masalah ini sama-sama. Kita harus mengobrol."

Chaeyoung menggeleng. Tangannya yang Jaehyun coba gapai ia sembunyikan di balik tubuh.

"Sudah cukup. Aku sudah tidak menemukan alasan untuk membiarkan kamu berkeliarandi kehidupanku dan Rion lagi. Kami bisa tanpa kamu. Jadi, sudahi sandiwara ini,oke. Berhenti pura-pura peduli, Jung Jaehyun."

My Valentines ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang