44. A Dream That Doesn't Sleep

5.2K 631 72
                                    

Jaehyun menjabat tangan Lucas Wong—detektif utama yang menangani hilangnya Rion.

"Jika ada perkembangan, kami akan menghubungi Anda secepatnya," ucap Lucas dengan nada tegas. Namun, hal itu sama sekali tidak membuat Jaehyun berniat untuk membalasnya. Malahan, laki-laki berlesung pipi itu memilih langsung ke luar ruangan interogasi tanpa menoleh kebelakang.

Berlama-lama berada di sana membuat Jaehyun muak. Ia tidak habis pikir dengan pihak kepolisian yang mencurigainya sebagai dalang dibalik hilangnya Rion, hingga menginterogasinya selama tiga jam lebih.

Di satu jam awal interogasi, Jaehyun masih bersikap kooperatif dan menjawab setiap pertanyaan detektif Lucas dengan sopan. Namun, lama kelamaan, ia merasa pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan kepadannya semakin menyudutkan.

Lucas bahkan membawa-bawa keputusan Jaehyun yang sempat tidak ingin mengakui Rion sebagai anaknya.

"Kami hanya melakukan tugas," ucap Lucas saat itu. "Setiap petunjuk yang kami dapatkan, akan kami proses sedalam mungkin."

Meski dengan alasan demikian, Jaehyun tetap merasa tidak nyaman. Ia bahkan sempat berniat untuk menghentikan interogasi dan menelepon pengacara untuk membantunya. Beruntung, sebelum hal itu terjadi, Lucas sudah terlebih dahulu memperbolehkannya pulang.

Jaehyun melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah jam sembilan malam. Ia yakin Chaeyoung pasti belum makan—ia bahkan ragu perempuan itu sudah makan siang dengan baik. Maka dari itu, sebelum pulang ke rumah Jaehyun menyempatkan untuk mampir ke restoran china kesukaan Chaeyoung.

Kira-kira pukul setengah sepuluh malam, Jaehyun sudah berada di rumahnya. Hal pertama yang ia lihat adalah Chaeyoung yang duduk di depan TV yang menyala dengan pandangan kosong.

"Hai," sapa Jaehyun sambil menaruh makanan yang dibawanya, di meja di hadapan Chaeyoung. "Kamu belum makan, kan. Aku bawa makanan kesukaan kamu."

"Aku nggak lapar."

"Tapi kamu harus tetap makan. Aku temenin makan, ya." Jaehyun mengusap pelan kepala Chaeyoung sebelum beranjak ke dapur untuk mengambil peralatan makan.

"Tadi sore, ayah dan ibunya Da Eun ke sini."

Langkah Jaehyun terhenti lalu ia berbalik. "Da Eun?"

"Itu nama anak perempuan yang menjadi korban penculikan beberapa saat yang lalu."

"Oh." Jaehyun kehilangan kata-kata.

"Orang tua Da Eun ke sini setelah mendengar berita di TV tentang hilangnya Rion." Chaeyoung menyeka air matanya dengan cepat. "Mereka berniat untuk memberi semangat sekaligus berbagi pengalaman mereka selama mencari Da Eun."

Jaehyun segera menghampiri dan berlutut di hadapan Chaeyoung yang sekarang mulai terisak.

"Semua akan baik-baik aja." Jaehyun mencoba untuk menenangkan. "Kita pasti akan ketemu Rion lagi."

"Tapi kapan?"

"Secepatnya. Kamu tahu, kan, aku dan pihak kepolisian selalu berusaha, siang dan malam."

"Kamu selalu bilang begitu!" Chaeyoung berdiri sambil menghempaskan tangan Jaehyun yang berada di lengannya. "Yang bisa kamu bilang cuma secepatnya, soon, sebentar lagi! Tapi mana buktinya? Sampai sekarang Rion belum ketemu."

"Aku tahu tapi,--"

"Sekarang sudah tiga hari sejak Rion hilang! Tapi nggak ada perkembangan sama sekali!"

"Chaeyoung—"

"Ayah dan Ibunya Da Eun bilang, di hari kedua hilangnya Da Eun, orang yang menculiknya sempat menghubungi mereka untuk meminta uang tebusan. Tapi kenapa mereka nggak menghubungi kita? Kenapa mereka sama sekali nggak ada kabar? Aku akan kasih mereka apapun asakan Rion bisa pulang."

My Valentines ✔️Where stories live. Discover now