45. Sly Fox

5.8K 640 172
                                    

"Apa benar ini nomer telepon orang tua Jung Rion?" Suara laki-laki yang terdengar di telepon begitu asing. Jaehyun sama sekali tidak mengenalnya.

"Ya, benar. Siapa ini?" Netra Jaehyun melirik ke arah tubuh Chaeyoung yang tertidur sebelum dengan perlahan melangkah keluar kamar. Tak lupa ia menutup pintu dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang berlebihan.

"Rion saat ini ada bersama saya."

"Siapa Anda?" genggaman tangan Jaehyun di ponselnya mengerat. "Dan dimana anak saya?"

Laki-laki di seberang telepon kemudian berbicara panjang lebar. Jaehyun di sisi lain hanya mendengarkan dengan perasaan campur aduk. Beberapa saat kemudian, sambungan telepon pun terputus.

Jaehyun cepat-cepat menelepon detektif Lucas untuk memberitahu apa yang barusan terjadi. Namun, entah kenapa sambungan telepon itu tidak pernah terhubung. Karena tidak ingin membuang waktu lebih banyak, Jaehyun bergegas ke parkiran mobil untuk menuju alamat yang disebutkan oleh si penelepon.

Jam di dashboard mobil Jaehyun menandakan pukul sebelas malam saat ia mulai keluar dari daerah apartemen tempat tinggalnya. Perjalanan malam hari itu terasa begitu sepi, dingin, dan mencekam. Buku-buku jari Jaehyun bahkan sampai memutih karena terlalu erat memegang setir mobil.

Sekitar pukul setengah tiga pagi, mobil SUV hitam yang dikendarai Jaehyun mulai memasuki daerah permukiman nelayan di Daegu. Sambil sesekali melirik GPS, Jaehyun memastikan kalau jalan yang diambilnya benar. Beruntung, seperti apa yang diucapkan sang penelepon misterius sebelumnya, patokan-patokan jalan yang mereka beritakan dapat Jaehyun temui.

"Anda telah sampai di tempat tujuan." Suara mesin GPS terdengar saat mobil Jaehyun berada di perempatan jalan kecil. Mobilnya yang cukup besar tidak bisa melaju lebih jauh dari sini.

Jaehyun mematikan mesin mobil, membuka sabuk pengaman, lalu keluar. Yang pertama di rasakannya saat menapakan kaki di luar adalah bau asin air laut yang begitu terasa di udara juga angin malam yang menusuk tulang—karena terburu-buru, ia sampai lupa membawa mantel.

Dengan gerakan cepat, Jaehyun mengambil ponsel dari dalam saku kemudian menghubungi nomer tidak dikenal yang beberapa saat lalu meneleponnya.

"Saya sudah di sini," Jaehyun berucap saat sambungan telepon tersambung.

"Baik, tunggu sebentar."

Jaehyun menunggu kurang lebih lima belas menit, sampai tiga orang pemuda menghampirinya.

"Jung Jaehyun?" Pemuda dengan topi beanie hitam dan rokok yang terselip di jemarinya bertanya.

"Ia,  apa anda yang menelepon saya?"

"Ya, benar. Saya Lee Donghyuk." Pemuda itu menyesap rokok dalam, lalu membuang puntungnya sembarang.

"Dimana Rion? Dimana anak saya?"

"Tenang, anak anda baik-baik saja." Donghyuk berucap santai. "Ikuti kami. Kami akan mempertemukan Anda dengan Rion."

Jaehyun tahu, tindakannya sangat gegabah. Ia seharusnya menunggu Lucas untuk menghubunginya balik dan berkoordinasi dengan polisi sebelum datang ke tempat ini. Namun, saat mendengar kalau Donghyuk sedang bersama Rion saat itu, Jaehyun seketika gelap mata. Ia tidak memperdulikan apapun dan yang ada di pikirannya saat itu adalah menjemput Rion pulang sesegera mungkin.

Ada kemungkinan kalau apa yang sedang terjadi sekarang adalah sebuah perangkap atau mungkin rencana jahat lain yang akan menimpa Jaehyun. Tapi sungguh, saat ini ia sama sekali tidak peduli.

Dengan langkah lebar, Jaehyun mengikuti arahan Donghyuk dan kedua temannya menuju jalanan perkampungan nelayan yang hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki. Mereka berbelok ke kanan, kiri, menanjak, hingga akhirnya lima belas menit kemudian sampai di sebuah rumah sederhana dengan pekarangan luas.

My Valentines ✔️حيث تعيش القصص. اكتشف الآن