19. Bintang dan Baru Kerikil

4.3K 637 50
                                    

Jaehyun membelokan setir mobil ke arah rest area. Ini Minggu malam, tapi entah kenapa tempat peristirahatan itu penuh dengan mobil.

Setelah berputar, Jaehyun pun menemukan lahan untuk memarkirkan kendaraannya. Yakin kalau SUV hitam miliknya sudah berada di posisi parkir terbaik, ia langsung menarik rem tangan.

Di tolehkannya kepala Jaehyun ke arah kursi penumpang.

"Ayo turun. Kamu belum makan dari pagi." Jaehyun mencoba untuk meraih tangan Jiho, namun ditepis.

"Aku nggak mau makan."

"Nanti sakit. Ayo, makan. Kamu mau apa?"

Jiho menyeka air matanya yang lagi-lagi meleleh. "Gimana aku bisa makan?" Matanya kali ini menatap nyalang ke arah kekasih. "Aku masih shock dengan kabar pacarku punya anak."

"Jiho—"

"Dengerin aku dulu!" potong Jiho.

Jaehyun lagi-lagi mengalah. Ia menyenderkan kepalanya ke head rest lalu memejamkan mata.

"Sekarang, kamu sudah nggak tinggal di Incheon dan kita akan ngelakuin hubungan jarak jauh. Saat jarak aku sama kamu semakin jauh, mereka semakin dekat dengan. Gimana aku nggak gila? Gimana aku bisa makan dalam keadaan seperti ini?" tangis Jiho yang semula sudah mereda kembali pecah.

Pikiran perempuan itu tak karuan. Dadanya nyeri, dan matanya sakit karena terlalu lama menangis. Melihat Jaehyun membuat rasa sakit itu semakin nyata, namun jika tidak ada laki-laki itu di sisinya, ia hanya akan semakin kacau.

"Jangan mikir macam-macam."

"Aku takut, Jaehyun.

"Apa yang kamu takutin? Aku di sini." Jaehyun menggenggam tangan Jiho, dan kali ini perempuan itu tidak menolak.

"Aku takut kamu pergi. Aku sayang kamu."

"Aku juga, Jiho. Percaya sama aku. Aku dan Chaeyoung nggak ada apa-apa. Aku sering ketemu dia hanya karena Yewon dan Rion."

"Chaeyoung terus! Yewon Rion terus!" Jiho berteriak. Ia menarik tangannya dari genggaman tangan Jaehyun lalu menutup telinganya dengan kedua tangan. "Aku benci denger nama mereka!"

Jaehyun tercenung.

Ia menatap Jiho dengan pandangan kosong. Hatinya seakan-akan perlahan retak. Tidak cukup besar untuk membuatnya hancur, tapi cacat itu berhasil membuat tangan Jaehyun mengepal erat.

"Kamu nggak peduli sama perasaan aku! Aku ini pacar kamu Jaehyun! Aku sedang patah hati. Bisa kamu sedikit toleren dengan tidak menyebut nama mereka? Aku benci!"

Jaehyun masih terdiam. Ia melihat Jiho yang terlihat begitu berantakan di hadapannya. Perempuan yang selama ini ia jaga senyumannya malah berakhir seperti pecahan kaca. Hancur lebur.

"Harus berapa kali aku minta maaf sama kamu? Kalau bisa pergi ke masa lalu, aku nggak akan pergi ke reuni. Tapi aku bisa apa? Semua sudah terjadi. Aku harus terima, dan karena kamu pacarku aku harap kamu juga bisa terima keadaanku, Jiho."

"Berat, Jaehyun." Jiho terisak. "Berat untuk aku menerima ini semua."

"Jiho—"

"Tapi aku sayang kamu. Aku nggak mau kehilangan kamu. Aku mau kamu di sisiku."

"Kalau begitu jangan nyerah. Selama kamu nggak ngelepas tanganku, aku nggak akan pergi. Kita laluin ini pelan-pelan, ya."

"Kenapa jadi begini?"

"Maaf,"

Lagi-lagi hanya itu yang bisa dikatakan Jaehyunsebelum menarik Jiho ke dalam pelukannya.

My Valentines ✔️Where stories live. Discover now