Extra 1 : Rion dan Adik

6.3K 623 124
                                    

Kata orang, waktu akan berjalan dengan sangat cepat saat kamu bahagia, dan nyatanya hal itu benar-benar terjadi. Chaeyoung mengingat momen dimana ia memberitahu Jaehyun tentang kehamilan keduanya, lalu ia juga mengingat saat-saat dimana bayi di dalam kandungannya bergerak untuk pertama kali dan sekarang tanpa ia sadari usia kehamilannya sudah memasuki bulan kedelapan.

Semuanya terjadi dengan sangat cepat sampai-sampai Chaeyoung merasa hidupnya seperti masuk ke dalam mode fastforward.

Perut Chaeyoung yang semula rata, kini membuncit. Memang tidak sebesar saat ia hamil Rion dan Yewon tapi, cukup untuk membuat Chaeyoung sulit beraktifitas.

Jaehyun dan Rion adalah orang yang paling terkena imbasnya. Sudah satu minggu belakangan Chaeyoung tidak bisa memasak karena kakinya selalu kram kalau terlalu lama berdiri. Alhasil, dua laki-laki itu harus membuat makanan mereka sendiri. Seperti pagi ini, Rion membuat susu dan serealnya sendiri untuk sarapan. Meski merasa bersalah tapi, melihat Rion mandiri seperti ini membuat Chaeyoung sedikit banyak bangga.

"Ma, makanan Dudong dimana?" Rion bertanya setelah selesai dengan makan paginya.

"Di laci biasa, Sayang," jawab Chaeyoung sambil melipat baju-baju bayi yang baru selesai ia cuci, di ruang TV. Karena waktu persalinannya semakin dekat, Chaeyoung sudah mulai mengemasi barang-barang apa saja yang sekiranya akan ia bawa ke rumah sakit nanti.

"Nggak ada, Ma."

"Ada, kemarin baru Mama beresin."

"Nggak ada udah aku—eh, ada deh." Rion segera mengambil botol berisi larva cacing kering yang menjadi makanan kesukaan Dudong dan berjalan menyusul Chaeyoung di ruang TV.

Rion mengambil kandang Dudong yang ada di pinggir jendela dan menaruhnya di atas meja. Ia buka tutup kandang itu dan memasukan beberapa larva kering ke dalamnya. Dengan lahap, kodok kuning kesayangan Rion memakan sarapannya.

Bertahun-tahun hidup bersama Dudong, Chaeyoung masih belum bisa menatap kodok itu terlalu lama. Apalagi di masa awal kehamilannya, Chaeyoung selalu ingin muntah saat melihat Dudong. Kulitnya yang bertekstur dan licin membuatnya bergidik ngeri.

"Papa kenapa belum bangun, ya, Ma?" tanya Rion sambil memperhatikan 'adiknya' makan. "Padahal Papa janji mau ajak aku main bola hari ini."

"Papa kecapekan kayanya. Semalam adik kamu nggak bisa diem. Mama jadi nggak bisa tidur, Papa ikut-ikutan nggak bisa tidur."

Rion melirik perut buncit sang mama dengan tatapan datar, lalu kembali fokus pada Dudong.

"Bangunin aja, Sayang. Kalau didiemin bisa-bisa Papa kamu bangunnya sore."

Rion kembali memasukan beberapa larva kering ke kandang Dudong sebelum berdiri. "Iya, deh. Rion bangunin aja."

"Botol makanannya Dudong jangan lupa ditaruh di tempatnya lagi."

"Iya, Mama baweeeel." Berbarengan dengan Rion yang hendak menaruh kembali makanan Dudong di laci, Jaehyun keluar dari kamar sambil menguap.

"Papa!"

"Pagi, Pangeran Kodok." Entah seberapa sering Rion meminta sang Papa untuk tidak memanggilnya dengan sebutan itu, Jaehyun sama sekali tidak ada niatan untuk berubah. "Good morning, Sayang." Jaehyun menangkup wajah Chaeyoung dan memberikan perempuan itu ciuman gemas di pipi juga perutnya yang buncit.

Malas-malasan, Jaehyun merebahkan tubuh di sofa dengan kepala berada di pangkuan Chaeyoung. "Baby Peach, sudah bangun belum?"

"Sempet gerak-gerak tadi. Sekarang tidur lagi mungkin," jawab Chaeyoung.

My Valentines ✔️Where stories live. Discover now