17. Pilih dengan Bijaksana

4.5K 618 23
                                    

Lisa menutup bagasi mobil, sebelum kemudian membantu Chaeyoung mendorong stroller.

"Chaeng, kamu belum jawab pertanyaanku di mobil tadi," todong Lisa.

"Masih penasaran?" Chaeyoung membelokan stroller ke kanan saat ada sekelompok pesepeda yang mengayuh ke arahnya. Hari ini sabtu pagi, tidak heran kalau suasana Hangang Park ramai; ada yang berolahraga, atau hanya sekedar bersenang-senang udara segar.

"Tentu saja. Aku penasaran setengah mati dengan alasanmu bersikap welcome pada Jaehyun. He is a jerk."

"Lis, jaga bahasa kamu. Ada Yewon dan Rion di sini." Chaeyoung melirik ke arah dua bayi yang ada di stroller.

Lisa langsung meminta maaf sambil menjawil satu persatu pipi bayi si kembar. Rion mengerang saat tangan dingin Lisa menyentuh pipinya sedangkan Yewon anteng saja dan tersenyum lebar..

"Aku sudah minta maaf, sekarang kamu jawab," ucap Lisa.

Chaeyoung menghembuskan napas. "Well, belakangan Jaehyun baik kepadaku."

"Hanya itu?" Lisa berkerut alis.

"Tidak juga."

"Lalu apa? Kamu nggak mungkin sedangkal itu memberikan kebebasan Jaehyun masuk di kehidupanmu dan si kembar karena dia 'baik'. Lagi pula dia itu baik padamu hanya belakangan. Kemana dia di awal kehamilanmu? Saat kamu terpuruk? He was gone. Dia nggak ada untuk bantu kamu ... "

" ... yang jadi pertanyaanku sekarang adalah, setelah sekian banyak hal buruk yang dia lakukan ke kamu, kenapa kamu masih menerima Jaehyun? Kalau aku jadi kamu, aku nggak akan pernah mau ngelihat muka dia lagi."

Lisa mendengus kesal. "Chaeng, jangan bilang, kalau alasan kamu itu uang."

"Lisa—"

"Please, dari awal aku sudah bilang kamu nggak perlu khawatir soal uang. Ada aku yang siap bantu kamu. Ada Alice juga."

"Bukan, Lis, bukan soal uang." Chaeyoung buru-buru menyela kalimat Lisa yang mulai merembet kemana-mana.

"Lalu apa?" Lisa menghentikan dorongan stroller. Kini, dua orang sahabat itu saling berhadapan di bawah pohon bunga sakura yang daunnya sudah berguguran.

"Karena aku sadar, tanggung jawab itu bukan hanya soal status. Kalau pun misalnya Jaehyun bersedia bertanggung jawab dengan menikahiku, tapi di tengah pernikahan kami tidak cocok dan dia malah membenci aku dan anak-anakku bukakah itu lebih buruk ... "

" ... Lagi pula, aku mengijinkan Jaehyun bertemu si kembar bukan berarti aku memaafkan dia, Lis. Tapi, aku memberikan kesempatan Rion dan Yewon untuk ngerasain kasih sayang papanya. Kalau Jaehyun sudah mengulurkan tangan untuk si kembar, tapi aku nggak menerima uluran tangan itu, rasanya egois."

Lisa menggeleng. Ia sama sekali tidak menyangka kalau sahabatnya—Park Chaeyoung—memiliki pemikiran sedalam itu.

"Setelah putus dari Park Chanyeol otakmu jadi semakin aneh saja."

"Kenapa jadi bawa-bawa Chanyeol?" Chaeyoung mendelik.

"Habisnya, bisa-bisanya kamu berpikiran seperti itu."

"Ini namanya pemikiran orang dewasa."

"Ya ... ya ... ya ..., lain deh, yang sudah dewasa." Lisa mencebik. Ia kemudian mendorong stroller kembali menuju hamparan tanah lapang beralas rumput yang biasa digunakan orang-orang untuk piknik. "Ohya, Nanti malam aku flight ke Rio. Kamu mau oleh-oleh apa?"

Mata Chaeyoung seketika berbinar. "Aku mau baju bayi untuk si kembar."

"Kalau itu aku bisa beli di mall kenapa harus dari Rio segala?"

My Valentines ✔️Where stories live. Discover now