4. Menggapai Bintang

5.6K 687 4
                                    

Kelopak mata Chaeyoung perlahan terbuka dan menangkap samar-samar cahaya temaram lampu tidur yang menjadi satu-satunya sumber penerangan.

Meski Chaeyoung mabuk, namun ia cukup sadar untuk mengingat apa saja yang telah ia lakukan berdua dengan Jaehyun, semalam; ciuman panas, tangan yang tidak berhenti menjamah, dan tubuh yang menyatu—Park Chaeyoung mengingat setiap detail momen itu, dan sama sekali tidak berniat untuk melupakannya dalam waktu dekat.

Chaeyoung membalikan tubuh dan melihat Jaehyun yang masih tertidur pulas. Dada laki-laki itu terpampang polos, dan selimut putih hanya menutup tubuhnya sebatas perut.

Pipi Chaeyoung seketika memanas saat melihat tanda kemerahan di leher, juga luka cakaran di bahu dan dada Jaehyun.

Itu bukan perbuatanku. Chaeyoung mengelak percaya.

Tapi siapa yang ingin ia coba bohongi di sini? Jelas-jelas tanda dan luka itu adalah maha karyanya.

Sambil menahan kantuk, Chaeyoung menyugar rambut yang menutupi dahi Jaehyun.

Pikiran perempuan itu melayang jauh ke masa depan. Memikirkan apa yang akan terjadi di antara mereka setelah ini.

Apakah ia terdengar terlalu berharap kalau menginginkan mereka untuk tetap saling berhubungan. Mungkin sebagai teman ngobrol atau mungkin...,

Lebih dari itu.

Salahkah Chaeyoung berharap demikian?

Apa yang terjadi pada Jaehyun dan Chaeyoung malam itu berjalan dengan sangat cepat.

Seingat Chaeyoung mereka hanya mengobrol, namun detik berikutnya yang terjadi adalah mereka saling mencumbu dan menginginkan lebih, lalu disinilah mereka berakhir; di kamar hotel yang Jaehyun pesan dengan terburu-buru.

Bukankah kalau sudah seperti ini artinya mereka sama-sama memiliki ketertarikan?

Sial.

Chaeyoung benar-benar tidak percaya kalau ia memiliki kemampuan untuk menjerat seorang Jung Jaehyun—bintang yang selama ini ia anggap terlalu tinggi untuk digapai.

Chaeyoung tidak yakin apa yang telah diperbuatnya hingga Jaehyun bertekuk lutut dan tidak berhenti membisikan namanya sepanjang malam.

Tapi satu hal yang pasti, Chaeyoung berhasil mendapatkan laki-laki yang selama ini hanya ada di angan-angannya.

Tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar, dan saat Jaehyun sudah ada di genggamannya, Chaeyoung benar-benar tidak ingin melepaskannya.

Saat itu jam tiga pagi.

Kepala Chaeyoung yang penuh dengan Jaehyun akhirnya harus tunduk pada kantuk dan kembali tertidur

***

Cahaya matahari yang menyelinap dari sela gorden kamar hotel hingga membangunkan Chaeyoung dari tidur lelapnya.

Kelopak mata perempuan itu kembali terbuka dan pupilnya langsung beradaptasi dengan cahaya di dalam ruangan.

Tidak ada yang berbeda dibandingkan beberapa saat lalu ketika Chaeyoung tak sengaja terbangun di jam tiga pagi; langit-langit masih berwarna putih, lampu tidur masih menyala, dan jam dinding yang ada di atas TV masih berdentik.

Saat Chaeyoung merentangkan tangannya, barulah ia sadar kalau sesuatu yang penting, yang ia harap dengan seluruh jiwanya untuk tetap ada saat ia terjaga sudah lenyap.

Jung Jaehyun menghilang.

Sisi ranjang yang semula ditempati laki-laki berlesung pipi itu kini kosong dan hanya menyisakan seprai putih yang kusut.

Secuil hati Chaeyoung berharap kalau Jaehyun sedang berada di kamar mandi, atau keluar kamar hotel barang sebentar.

Namun nyatanya, berapa lama pun Chaeyoung menunggu hari itu, Jaehyun tidak pernah kembali.

Laki-laki dengan senyum hangat itu menghilang, seperti buih.

Tidak ada pesan apalagi, salam perpisahan. Jung Jaehyun memilih untuk tetap menjadi orang asing.

"Dasar bodoh." Chaeyoung merutuki diri sendiri.

Tidak seharusnya ia berharap.

Tempat bintang memang hanya akan selalu ada di langit, bukan di bumi bersamanya.

.

To Be Continued

My Valentines ✔️Where stories live. Discover now