Manis Seperti Cuka

22.2K 1.4K 33
                                    

Alvina POV

Belum 24 jam menginjakkan kaki di tanah Borneo aku sudah dibuat kesal sama pria yang empat tahun lalu bertemu denganku di Resepsi pernikahan bang Alvand.

Aku masih ingat betapa menyebalkannya dia saat meminta berkenalan denganku, sudah aku tolak tapi tetap saja dia mengekoriku. Untung saja saat itu Om Firza memanggilnya dan itu kesempatanku untuk kabur darinya.

Aku terkejut saat dia memperkenalkan diri, nama belakangnya Mahya itu sama seperti nama belakang istri Om Firza. Siapa yang tak kenal klan Mahya terutama di dunia Militer.

Ayah pernah bercerita, kalau Om Firza dulu menolak lamaran dari keluarga Mahya karena merasa insecure, saat itu om Firza masih Letu sedangkan tante sudah Kapten, di tambah keluarga besar Mahya yang pangkatnya mentereng, membuat om Firza mundur, tapi tante dengan gigihnya meyakinkan om Firza, bahkan tante rela mundur dari dunia militer, karena jika menikah sesama anggota TNI, Calon suami harus dalam pangkat yang sama atau lebih tinggi, pada saat pengajuan izin pernikahan.

Om Firza dan tante, hingga sekarang ini mereka hidup bahagia, aku jadi penasaran ingin bertanya sama m Firza, apa danton menyebalkan ini masih satu keluarga dengan tante atau hanya kebetulan saja nama belakangnya sama.

Saat ini aku menggantikan tugas Mommy memberikan pelayanan kesehatan gratis ke daerah – daerah yang jauh dari jangkauan Faskes, sudah menjadi kegiatan rutin rumah sakit sejak Ayah menggantikan Opa, Ayah membuat program Kesehatan Masyarakat daerah tertinggal, perbatasan dan daerah yang terkena bencana, setiap 3 bulan sekali kami berpindah tempat dan rolling Nakes.

Di setiap pulaunya ada dua tim dan kali ini aku kebagian di pulau Kalimantan, awalnya Ayah memintaku untuk di pulau Jawa tapi aku menolaknya dengan alasan ingin menambah pengalaman, bukan alasan sih tapi memang iya biar makin banyak pengalamanku saat bekerja dengan minim peralatan dan ini yang pertama buatku terjun dilapangan.

Tapi sekarang aku menyesali keputusanku yang menolak permintaan Ayah, karena di sini aku bertemu dengan pria menyebalkan itu yang ternyata Danton dan sialnya lagi dia dipercaya sebagai penanggung jawab selama Tim aku di sini.

Andai waktu bisa di putar ingin rasanya aku terima tawaran Ayah, di sini belum 24jam saja sudah dibuat kesal apa lagi tiga bulan, bisa tua sebelum waktunya.

Pagi – pagi aku sudah bangun karena suara berisik dari depan rumah, para rekan medis terutama yang wanita pada berteriak heboh membuatku jadi penasaran. Aku berjalan menuju pagar rumah di mana para rekanku ada di sana.

“Ada apa sih sus.” Tanyaku pada suster Zahra.

“Itu dok.” Jawab suster Zahra sambil menunjuk dan aku pun melihat ke arah tunjuk suster Zahra, barisan prajurit yang sedang berolahraga lari pagi sambil bernyanyi, hanya mengenakan celana pendek dan tanpa baju, memperlihatkan tubuh mereka yang memang menggiurkan.

Kebetulan bangunan yang di sulap jadi rumah sementara untuk kami tempati masih di dalam Yon, hanya berjarak dua bangunan dari klinik, karena asrama letaknya di belakang Yon dan lokasinya di atas, sebenarnya dekat tapi karena harus berputar jika jalan kaki lumayan jauh juga, itu sebabnya kami tinggal di sini, bangunan yang sudah di sekat untuk di jadikan kamar khusus wanita, pria dan satu ruangan untuk kami berkumpul, kata danton agar kami tak terlalu jauh ke kliniknya dan ini menguntungkan untuk nakes wanita juga, mempermudah kami melihat body para om Perwira muda, Baja (Bintara Remaja) dan Taja (Tamtama Remaja) yang masih kinyis – kinyis berolahraga.

“Ya ampun kirain apaan.” Kataku.

“Cuci mata dok, lumayan 'kan.” Jawab dr. Dwi, benar juga ya di sini 'kan nggak bisa cuci mata ke Mall jadi lumayanlah. Sebenarnya ini bukan aku banget tapi mau gimana lagi aku juga wanita normal, sayang jika dilewatkan.

Alvina Kaulah Takdir CintakuWhere stories live. Discover now