Kabar dari Jakarta

8.1K 808 44
                                    

Selamat malam 😊
.
Adakah yang belum tidur?
.
Up Danton tampan
.
Yang baca dari kota mana saja nih?
.
Baca di jam berapa?
.
Semoga suka ya
.
Jangan lupa Votement'a
Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak
Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang
Kalau sudi comment  juga boleh, biar author makin semangat 😊
.
Happy reading 😘
.
.
.
.

Ganendra Badhrika Mahya

Satgas pamtas RI-PNG kali ini rasanya sangat berbeda, meninggalkan istri yang sedang hamil ketiga anakku sungguh membuatku tak henti memikirkannya, inginku sebagai suami dan calon papi selalu ada di dekat mereka, menjaga dan melindungi mereka dari berbagai marabahaya, namun sayangnya semua itu tak bisa aku lakukan, karena tugasku sebagai prajurit lebih utama dari apapun.

Aku tak bisa menolak saat ibu pertiwi memanggil, aku juga tak bisa berpaling dan lebih mementingkan urusan pribadiku, menghianati sumpah yang sudah aku ucapkan dulu saat berhasil lulus dari lembah tidar, aku tak bisa mengorbankan semua jerih payahku.

Bukan karena keluarga tak penting, mereka sangat penting bagiku, tapi sebagai prajurit sejati yang menjadi garda terdepan menjaga ibu pertiwi, aku tak bisa mengabaikan sumpah dan janji yang sudah aku ucapkan. Vina bahkan tahu jika istri pertamaku bukanlah dia, tapi SS1 yang selalu berada dalan pelukanku, SS1 tentu saja bukan lah manusia, kalian pasti tahu SS1 senjata yang menemaniku menjaga ibu pertiwi.

Enam hari yang lalu, terakhir aku menghubungi Vina sebelum berangkat untuk patroli patok, memastikan patok batas NKRI terjaga dengan aman, kami juga melakukan pemeriksaan pada warga di perbatasan RI - PNG, bekerjasama dengan dokter militer. Tugas kami bukan hanya pengamanan perbatasan, tapi juga memberi pelayanan kesehatan untuk warga, membantu instansi lain yang mengirimkan perwakilan mereka untuk menjadi relawan, seperti guru atau tenaga kesehatan.

Saat ini aku dan team dalam perjalanan pulang kembali ke pos, rasanya sudah sangat rindu ingin mendengar suara istriku. Aku juga tak tahu kenapa terus saja memikirkannya, aku takut terjadi sesuatu dengannya, andai saja ada sinyal dan aku bisa menghubungi Vina untuk menanyakan kabarnya, pasti aku tak akan sekalut ini.

Perasaan ini sama persis saat dulu Vina menghilang, jantung ini berdenyut nyeri sama seperti saat Vina sedang merasakan kesakitan, aku takut jika Vina saat ini benar - benar merasakan kesakitan. Semoga saja rasa khawatir ini tak terbukti, aku selalu berdoa agar triby tak menyusahkan maminya.

"Ada yang di pikirkan Ndan?" Tanya Serda Ipin yang berjalan di sampingku, aku menoleh menatapnya dan mengangguk.

"Ingat istri, perasaan saya nggak enak banget dari kemarin." Kataku jujur.

"Mungkin karena rindu, hampir seminggu tak mendengar suara mbak Nendra, tetap berpikir positif, nanti malam begitu sampai pos langsung hubungi mbak Nendra."

Aku mengangguk, "Aamiin, semoga saja benar ini semua karena saya merindukan suaranya." Jawabku menghibur diri.

Andai saja perjalanan ini memakai kendaraan bukan dengan jalan kaki, pasti aku sudah tancap gas agar cepat sampai pos, sayangnya perjalanan ini dengan jalan kaki, waktu tempuh PP kurang lebih 6 - 7 hari menerobos hutan dan juga sungai.

Aku belum sempat memberitahu Vina nama - nama yang sudah aku siapkan untuk triby, Vina memang menyerahkan semuanya padaku, Vina bilang jangan hanya bisa bikin saja, tapi juga harus bisa memberi mereka nama, nama terbaik penuh doa dan harapan baik untuk triby.

Aku memang sudah menyiapkan enam nama untuk triby, berhubung aku belum tahu jenis kelamin mereka, karena Vina selalu menolak saat aku memintanya USG untuk melihat jenis kelamin triby, Vina bilang surprise dan aku tak bisa menolak jika nyonya muda Mahya sudah menolak, kalau aku terus memaksanya yang ada istriku itu akan merajuk. Merajuk dalam posisi LDR tak pernah aku inginkan atau aku bayangkan, bahkan meski hanya dalam mimpi, jangankan saat LDR, ada di depan mata saja susah untuk aku bujuk, ujungnya aku juga yang merana.

Alvina Kaulah Takdir CintakuWhere stories live. Discover now