Menerima

11.5K 891 4
                                    

Alvina Pov

Ruang rawat inap sudah sepi karena sudah malam, mas Nendra juga baru sampai, siang tadi pamit padaku karena masih ada latihan yang tak bisa di tinggalkan, meski tengah bahagia karena aku sudah bangun dari tidur panjang, mas Nendra tetap harus mengutamakan tugasnya.

Mas Nendra masih di kamar mandi, untuk membersihkan diri dan mengganti seragam PDL yang seharian ini melekat di tubuhnya, aku sendiri sedang menonton acara televisi.

Pintu kamar mandi terbuka, mas Nendra berjalan mendekatiku, senyumnya terus saja terkembang, aku suka senyum berhias lesung pipi milik mas Nendra. Dia duduk di kursi samping bed, menatapku begitu lekat, membuatku jadi salah tingkah.

"Kenapa? Ko lihatin Vina terus?" Akhirnya aku bertanya, karena mas Nendra hanya menatapku dalam diam.

Mas Nendra menggeleng dan tersenyum, "Mas sangat bahagia yang, terima kasih sudah kembali untuk mas." Tangannya mengusap lembut tanganku.

Aku tersenyum dan mengangguk, "Kembali kasih, suami tampannya Vina." Jawabku, membuat senyumnya makin terkembang.

"Inilah salah satu yang mas rindukan darimu yang, mas rindu setiap kamu mengatakan suami tampannya Vina, rasanya seperti terbang ke atas langit, bahagianya pakai banget." Katanya, membuat aku tertawa, aku juga sangat merindukan gombalan receh dari danton galak ini.

"Kenapa?" Aku kembali bertanya, karena mas Nendra kembali menatapku, tatapan yang mengundang begitu banyak tanya dalam diriku.

Mas Nendra mencium tanganku, kemudian menatapku kembali, "Sayang, maaf karena mas gagal menjaga anak kita." Sudah aku duga, dia akan mengatakan hal ini.

Aku tersenyum, "Vina sudah menerima semua yang terjadi mas, biarkan dia bahagia di atas sana." Jawabku, mas Nendra terlihat terkejut, mungkin dia bingung, aku bisa tahu dari mana, jika anak kami sudah bahagia di surga.

"Nggak usah bingung, siang tadi mommy dan mamah sudah menjelaskan semuanya, saat Vina tanya keadaan anak kita." Aku menjelaskan, sebelum mas Nendra kembali bertanya, dia hanya mengangguk saja.

"Sini naik, Vina kangen, pengin bobo di peluk mas." Kataku, mas Nendra tersenyum dan tak butuh waktu lama langsung menaiki bed, memelukku sangat erat, begitu juga denganku membalas pelukannya dengan sangat erat, aku merindukan saat - saat seperti ini.

"Mas."

"Hmm."

"Besok Vina sudah mulai therapy, lama nggak jalan kaki Vina susah di gerakin, mas bisa temani Vina?"

"Insya Allah mas usahakan, tapi kalau mas ada kegiatan nggak apa ya kamu di temani mommy atau mamah."

Aku mengangguk, "Iya nggak apa - apa, Vina tahu kerjaan mas."

"Terima kasih, sayangnya mas Nendra." Katanya sambil kembali mengecup puncak kepalaku.

"Kembali kasih, sayangnya Vina." Mas Nendra, terkekeh mendengar jawabanku.

"Sudah malam, bobo ya yang, mas peluk kamu sampai pagi." Katanya lagi, aku hanya mengangguk saja, rasanya sangat nyaman sekali tidur dalam pelukannya.

Dengkuran halus dan nafas yang teratur dari mas Nendra, menjadi pertanda jika saat ini dia sudah terlelap, mungkin dia sangat lelah karena banyaknya kegiatan hari ini, di tambah kurang tidur karena menjagaku selama koma.

Aku makin erat memeluk mas Nendra, sejujurnya aku ingin menangis, aku ingin menjerit, jika saja kaki aku bisa di gerakkan, sudah pasti aku akan pergi jauh, mencari tempat yang sepi untuk menumpahkan semua yang menyesakkan dada.

Bohong, jika aku tak sedih saat mendengar anakku tak bisa di selamatkan, aku hancur sehancur - hancurnya, aku menangis dalam pelukan mommy dan juga mamah, dadaku rasanya sakit seperti di hujam ribuan anak panah.

Alvina Kaulah Takdir CintakuWhere stories live. Discover now