Berpisah

13.6K 1.1K 4
                                    

Alvina Pov

Tak terasa hampir 3 bulan sudah aku dan timku di tanah Borneo, tepatnya satu minggu lagi tugasku bersama Timku selesai, itu berarti aku akan segera kembali ke Jakarta. Aku pun sudah tak sabar untuk pulang karena di sini sangatlah tidak baik untuk kesehatan Jantungku.

Setiap hari Jantungku dibuat berdetak tak normal oleh tingkah dua pria yang sama - sama sudah menyatakan perasaannya padaku.

Sungguh aku dibuat stress oleh tingkah Danki dan Danton yang makin intens mendekatiku.

Saat aku berusaha menjauhi Danki, Danki malah makin gencar mendekatiku membuat Danton uring - uringan dan melampiaskannya dengan memarahi siapapun yang di temuinya bahkan Serda Adit bilang hampir satu pleton di lahap habis kena amukan Danton.

Dan saat Danton yang mendekatiku maka giliran Danki yang misuh - misuh satu kompi kena amukannya juga, sudah seperti wanita yang sedang datang bulan.

Kadang aku ingin tertawa melihat tingkah mereka berdua tapi kadang juga aku ingin menangis karena tingkah mereka yang terang - terangan bersaing untuk menarik perhatianku terlalu berlebihan.

Danyon malah sempat menggodaku, Danyon bilang.

"Ayo mau pilih yang mana dokter Vina, Danton yang masih perjaka apa Danki yang sudah berpengalaman? Keduanya sama - sama memiliki sejuta pesona loh."

Aku hanya tersenyum saja tak ingin menjawab karena bagiku itu nggak penting, aku belum mau menerima pria manapun untuk mengisi hatiku walau sejujurnya aku memiliki rasa pada Danton menyebalkan itu, hanya sebatas rasa kagum saja bukan rasa cinta.

Aku menerima tantangannya karena aku ingin membuktikan pada Danton bahwa pertemuan kami bukan takdir tapi hanya kebetulan saja agar dia tak terus - terusan mengejarku.

Aku berjalan seorang diri menuju klinik karena suster Mimi sudah berangkat terlebih dahulu, sebenarnya aku malas jaga klinik karena disana ada Bidan Ika yang selalu kecentilan pada Danton membuatku kesal.

Kesal? Kenapa bisa aku kesal pada Danton itu, aku dan dia belum memiliki ikatan apapun tapi kenapa rasanya dongkol sekali setiap bidan Ika nempel sama Danton. Apa rasa yang aku punya sudah berubah jadi cinta? Aku harap jangan sampai berubah, aku hanya memiliki rasa kagum saja dengannya yang gigih mendekatiku, beda dengan pria lainnya yang langsung menjauh saat aku mengacuhkannya.

Danton justru berbeda, dari awal bertemu saat resepsi pernikahan bang Alvand sampai pertemuan ke dua di tanah Borneo ini, dia masih sama gigihnya mengejarku, sebenarnya dia pria baik dan akupun merasa nyaman saat bersamanya tapi hatiku masih belum bisa menerima kehadiran pria manapun.

"Selamat pagi dokter cantiknya Nendra." Aku menoleh ke samping kiriku, pria yang dari tadi aku pikirkan saat ini sedang tersenyum menyapaku membuat jantungku dengan tak tahu dirinya berdetak kencang seakan mau lompat keluar.

Aku tersenyum, "Selamat pagi." Jawabku.

Aku melihat penampilannya saat ini tumben sekali dia tak mengenakan seragam loreng kebanggannya itu. Hari ini dia memakai celana jeans sebatas lutut, kaos polo hitam  yang di balut jaket boomber, sepatu sneakers putih dan memakai topi.

"Kenapa? Saya tampan ya?" Katanya sambil menaik turunkan kedua alisnya yang lebat seperti ulat bulu namun terlihat rapi.

Aku mencebikan bibirku dan pergi begitu saja tanpa berniat menjawab pertanyaannya. Dia memang tampan, sangat tampan malah karena terlihat lebih muda dan aura garangnya yang khas sebagai prajurit berkurang, berbeda saat dia menggunakan seragam loreng maka aura prajuritnya sangat kental membuat siapapun yang di tatapnya akan mecelos sendiri.

Alvina Kaulah Takdir CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang