Aku, mau kamu!

15.6K 858 10
                                    

Sudah tiga hari kami semua sibuk menyambut kelahiran Zivana Achazia Mahendra, putri cantik bang Alvand dan mbak Zia. Putri cantik yang menjadi rebutan kedua omnya, siapa lagi kalau bukan mas Nendra dan bang Vino yang berebut untuk menggendongnya, membuat bang Alvand kesal dan menjitak mereka berdua karena selalu saja membuat Ivana menangis.

Pagi tadi mbak Zia sudah diperbolehkan pulang, lahiran normal pulih dengan cepat, aku salut sama mbak Zia yang tenang saat melahirkan. Aku sendiri, jika nanti melahirkan entah bisa seperti mbak Zia atau tidak.

Saat ini aku sedang berada di IGD, karena tadi ada kecelakaan beruntun dan salah satu korbannya sedang hamil, sudah memasuki trimester tiga, untung saja tak terjadi sesuatu yang fatal hingga masih bisa dipertahankan.

Aku berjalan untuk kembali ke ruang kerjaku, tapi panggilan dari seseorang membuat langkahku terhenti.

"Dokter Vina." Aku menoleh dan ternyata suster Mimi.

"Ya, suster Mimi." Jawabku tersenyum.

"Ini ada kiriman makanan buat dokter." Kata suster mimi sambil menyerahkan paperbag dan aku menerimanya.

"Dari siapa?" Tanyaku.

"Dari suamiku Lettu Ganendra." Mataku langsung membelalak mendengar jawaban suster Mimi, sejak kapan mas Nendra jadi suaminya.

"Dia suamiku." Kataku, membuat suster Mimi tertawa.

"Cieee, suami, dulu mah lari - larian terus kalau di dekati danton." Kata dr. Dwi yang tiba - tiba saja berada di sampingku.

"Jangan ungkit masa lalu, itu kan dulu." Kataku sambil terkekeh.

"Yang antar kesini siapa sus?" Tanyaku.

"Ojol dok." Aku hanya mengangguk dan membuka paperbag yang ternyata berisi salad, aku membaca note yang tertera di atas cup salad.

'Di makan ya sayang, dari suami tampanmu Mas Ganendra'

Aku tersenyum, bisa saja bapak yang satu ini, selalu membuatku makin cinta.

"Seneng banget ya, punya suami tampan, tajir dan perhatian." Kata dr. Dwi, aku tertawa.

"Makanya, buruan cari suami." Kataku sambil berjalan menuju ruang kerjaku.

Sore ini aku terpaksa pulang menggunakan taxi, siang tadi mas Nendra memberitahuku tak bisa menjemput karena harus menghadap bang Andi. Tadinya mas Nendra akan meminta tolong bang Vino atau lainnya untuk menjemputku, tapi aku tolak karena jarak rumah sakit ke asrama tak terlalu jauh.

Sampai di rumah, aku langsung mandi dan masak untuk makan malam.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tapi mas Nendra belum pulang juga membuatku cemas, apa lagi ponselnya juga tidak aktif.

Ceklek

Pintu depan terdengar ada yang membuka, aku langsung berjalan ke depan untuk melihat siapa yang membuka pintu, ternyata mas Nendra.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, ko baru pulang?" Aku mencium punggung tangan suamiku, dia terlihat sangat letih.

"Baru selesai briefing yang."

"Briefing?" Mas Nendra mengangguk.

"Sini, ada yang mau mas bicarakan." Kata mas Nendra sambil membawaku untuk duduk di sofa. Mas Nendra menatapku, aku sangat yakin jika perjuanganku menjadi istri seorang prajurit TNI yang sesungguhnya akan segera di mulai.

Mas Nendra menggenggam kedua tanganku, matanya masih terus menanatapku. "Maaf jika ini sangat mendadak, besok setelah subuh mas dan prajurit yang terpilih untuk menjalankan  misi khusus harus berangkat, mas terpilih karena keahlian mas sebagai sniper sangat di butuhkan dalam misi ini."

Alvina Kaulah Takdir CintakuWhere stories live. Discover now