Tom and Jerry

14.4K 1.2K 5
                                    

Pagi ini kami yang di tugaskan mengawal para tenaga kesehatan untuk posyandu karena ada jadwal imunisasi, kami berkumpul di halaman depan Yon untuk menerima pengarahan dan pembagian tugas dari Danyon, karena ada beberapa desa dengan medan yang lumayan sulit harus di tempuh dengan jalan kaki, bagi kami para prajurit sudah biasa tapi bagi para tenaga kesehatan mungkin ini akan jadi perjalanan yang luar biasa.

Kalian tahu kawan? Sudah seminggu ini aku di buat kesal sama dokter cantikku, mau tahu kenapa?

Itu karena sejak seminggu kedatangan Danki baru, bu dokter cantikku yang kalau marah lebih galak dari singa betina selalu saja dipepet sama Danki baru, sepertinya Danki ada rasa sama dokter cantik dan itu tak akan aku biarkan, karena dokter cantik hanya milikku seorang, Ganendra Bhadrika Mahya.

Dan kalian tahu kawan? Kalau dokter cantikku juga makin hari makin manis saja sama Danki membuatku uring - uringan setiap hari, hampir saja satu pleton selalu kena amukku.

Aku menatap dokter cantikku yang berdiri di barisan para tenaga kesehatan tepat di depanku, dia sedang tertawa entah apa yang membuatnya tertawa sampai memegang perutnya.

Hari ini dia terlihat berbeda tak seperti biasanya, rambutnya di kuncir kuda membuat leher jenjangnya yang putih sangat terlihat jelas.

Tunggu, wajahnya juga seperti ada yang beda, bibir tipisnya yang suka mengomeliku di poles lipstik merah merona, seperti Vampir habis hisap darah saja dan dia juga mengukir alisnya dengan sangat indah membuat kecantikannya naik berkali lipat.

"Bu dokter hari ini cantik ya Ndan, sepertinya sengaja merias diri demi Danki baru yang terus mepet." Bisik Serda Adit, aku menoleh menatapnya. Apa dia bilang? Demi Danki baru? Oh sial, kenapa otak cerdasku nggak berpikir sampai situ.

"Mana katanya Danki itu duren lagi, istrinya belum lama meninggal." Lanjut Serda Adit, aku menatap dokter cantikku. Danki masih muda dan juga duren, bisa jadi sainganku berarti, nggak rela aku kalau dokter cantik kecantol Danki baru.

Aku tak menanggapi omongan Serda Adit, aku segera melangkah mendekati dokter cantik yang masih tertawa dengan rekan - rekannya. Aku berdiri tepat di depannya membuat tawanya berhenti saat itu juga.

"Apa?" Tanya dokter cantikku, seperti biasa dengan juteknya.

"Ikut saya." Kataku yang langsung menarik tangannya pergi, aku tak peduli semua mata menatap ke arah kami.

"Apa - apaan sih main tarik saja, memangnya saya kambing." Omelnya tapi tak aku pedulikan, aku tetap menarik tangannya menjauh dari semua orang.

Aku membawanya memasuki ruanganku, dia tampak terkejut, "Heh apa - apaan ini? Jangan macam - macam ya Danton." Katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.

Aku berjalan mendekatinya, dia perlahan berjalan mundur juga hingga tubuhnya mentok pada tembok. Aku tersenyum melihatnya yang sudah panik, aku makin mendekatinya dan mengurungnya dengan kedua tanganku.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Apanya?" Jawabnya mengernyitkan dahinya.

"Kenapa hari ini penampilan dokter beda sekali? Rambut kenapa di kuncir? Bibir kenapa kaya Vampir habis hisap darah merah begitu dan itu alis kenapa di coret - coret pakai spidol? Tumben sekali." Kataku kesal sambil menatapnya, aneh dia malah tertawa setelah mendengar perkataanku.

"Kenapa tertawa?" Tanyaku.

"Danton perhatikan saya sampai segitu detailnya sih." Jawabnya di sela tawanya.

"Dengar ya Pak Ganendra yang terhormat, mau saya kuncir atau saya biarkan terurai itu terserah saya karena rambut saya, bibir mau saya pakai warna merah atau hitam sekalipun itu terserah saya karena bibir saya dan heeehh jangan sembarangan ya ini bukan pakai spidol kalau ngomong asal keluar saja." Jawabnya ketus membuatku melongo karena dia malah memarahiku.

Alvina Kaulah Takdir CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang