Ayah

8.4K 840 23
                                    

Selamat Malam 😊
.
Up bu dokter cantik
.
Semoga suka
.
Jangan lupa Votement'a
Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak
Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang
Kalau sudi comment juga boleh, biar author makin semangat 😊
.
Happy reading 😘
.
.
.
.

"Vina! Sudah cukup renangnya, buruan naik!" Teriak bang Vino, sejak aku bilang ingin berenang mulutnya langsung ngoceh dengan sangat cerewet tak ada hentinya, padahal baru 10 menit aku menceburkan diri tapi dengan hebohnya, bang Vino terus memintaku mengakhiri sesi renang. Hari ini bang Vino memang libur dan meminta pada mommy untuk menjagaku.

Sejak mas Nendra berangkat satgas pamtas, semua memang bergantian menjagaku. Sebenarnya, meski bang Vino tak menjaga ada dua kowad ajudan pribadi mamah mertua yang selalu ada untuk menjagaku, tapi ya begitu mereka semua tetap bergantian menjagaku, siapa yang tak begitu sibuk maka dia yang akan menjagaku.

"Vina masih mau renang bang." Jawabku.

"Ya ampun Vina! Gue nggak mau ya triby lahir di kolam renang, ingat perut lu udah gede, gue nggak mau kenapa - napa." Omel bang Vino dengan kesal, membuat aku tertawa.

Lihatah kembaranku itu, walau dia menyebalkan tapi selalu menjadi yang paling kalut jika sesuatu terjadi padaku. Aku mengusap perutku yang memang sudah sangat membuncit karena triby tumbuh dengan sehat di dalam sana, tak terasa kehamilanku sudah mulai memasuki minggu ke 33, itu artinya tak akan lama lagi triby lahir ke dunia, karena perutku ada bekas jahitan dan juga kehamilanku yang besar ini, persalinanku jelas di majukkan.

Hamil kembar, apalagi tiga sekaligus sepertiku memang tak sampai 39 minggu, rata - rata memang lahir prematur, triplet 36 minggu saja sudah beresiko, aku tak mau terjadi sesuatu pada triby.

"Nggak bang! Vina masih mau renang." Teriakku, lalu kembali berenang.

"Vina! Naik sekarang atau abang paksa lu!" Omelan bang Vino masih aku dengar tapi tak aku pedulikan, sejak kehamilan masuk usia 18 minggu aku suka sekali bermain air, suka renang, suka berendam lama - lama di bath tub dan bermain dibawah guyuran air hujan, meski setelah itu harus bersin - bersin dan kena omelan mommy.

Aku menyembulkan kepala setelah sampai di ujung kolam, berpegangan pada besi pinggir kolam, bang Vino sudah berada tepat di depanku tengah bertolak pinggang membuatku mendengus kesal, ternyata dia mengikutiku dengan berjalan.

"Apa sih bang! Vina masih mau renang."

"Nggak boleh, sudah lebih dari 15 menit Vina! Nanti triby masuk angin, gue juga yang ribet, lu dokter obsgyn apa lu nggak kasihan sama anak - anak lu." Omel bang Vino lagi.

"Ngarang saja ka ... aww!" Tiba - tiba saja perutku kontraksi, sepertinya triby patuh pada pakdhenya. Perutku mendadak keras, membuatku meringis kesakitan, aku langsung tarik nafas panjang dari hidung dan menghembuskannya perlahan dari mulut.

"Kenapa? Tuh kan apa gue bilang, buruan naik jangan sampai triby keluar di situ, kalian berdua buruan kemari bantu saya!" Seru bang Vino panik.

Aku perlahan menaiki tangga kolam dengan bantuan bang Vino, rasanya benar - benar nikmat sekali. Setelah di atas, bang Vino langsung memakaikan bathrob dan juga handuk untuk mengeringkan rambutku.

"Mau langsung ke rumh sakit?" Tanya bang Vino masih panik, aku menggeleng.

"Nggak perlu, hanya kontraksi biasa." Jawabku.

"Biasa apaan, lu kesakitan Vina! Gue telfon mommy atau Ayah ya." Aku langsung menggeleng.

"Nggak perlu, ini juga sudah baikan ko." Kataku menenangkan bang Vino, "Bantu Vina ke kamar saja." Lanjutku dan bang Vino langsung mengangguk dengan cepat mengangkat tubuhku yang berat pakai banget, karena ada tiga janin dan juga kenaikan berat badan selama kehamilan yang drastis, selama hamil BB-ku naik hingga 20kg, gila nggak tuh.

Alvina Kaulah Takdir CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang