Kembali

11.8K 899 7
                                    

Lima bulan sudah berlalu, setiap selesai tugas dan tak ada giat, aku akan menghabiskan waktuku di sini, di ruang serba putih dengan suara dari alat medis yang terus berbunyi, memberi kehidupan untuk dia yang masih betah memejamkan mata indahnya.

Hari ini tepat lima bulan, ruangan ini menjadi saksi aku menumpahkan air mata. Menangis meratapi wanita yang paling aku cinta dan aku sayang setelah mamah, wanita yang sudah memberi begitu banyak warna dalam hidupku, dia belahan jiwaku.

Alvina Badhrika Mahya, istri tercintaku masih saja betah memejamkan mata indahnya, mata yang sudah membuatku jatuh cinta begitu dalam padanya.

Flasback On

"Maaf, maafkan ayah nak." Kata ayah, air matanya saat ini sudah mulai berjatuhan.

Aku menatap Ayah yang saat ini juga sedang menatapku, "Ayah tak bisa menyelamatkan anak kalian, karena peluru menembus rahim Vina."

Waktu terasa berhenti berputar, dadaku rasanya sangat sesak, juga sulit sekali untuk bernafas, tubuhku terasa sangat lemas seperti tak bertulang, air mataku tak lagi bisa aku tahan.

Ya, pada akhirnya aku menangis, aku bahkan tak peduli menjadi pusat perhatian orang - orang.

Saat aku hampir terjatuh, bang Vino yang berada di sampingku segera menangkap tubuhku, memeluk memberiku kekuatan.

"Ikhlaskan." Bisik bang Vino.

"Apa yang akan Nendra katakan, saat Vina bangun bang, Nendra nggak akan sanggup melihat Vina menangis."

"Kita hadapi semua bersama, kita semua akan membantu lu, jangan khawatir, lu nggak sendirian Ndra." kata bang Vino lagi sambil melepaskan pelukannya.

"Kita bersiap kembali ke Jakarta, heli RS sudah siap, nanti abang hubungi bang Alvand untuk menyiapkan pemakaman." Aku hanya mengangguk saja.

Flashback off

"Sayang, mau sampai kapan kamu tidur? Sudah lima bulan, mas rindu dengan tawa kamu, mas rindu dengan masakkan kamu yang, apa kamu nggak kasihan sama mas." Aku mengusap tangannya yang sudah semakin kurus.

"Mas juga rindu lihat kamu ngomel, apalagi kalau sudah nyubit, meski sakit mas rindu yang, mas rela deh setiap hari di cubit asal kamu bangun yang."

"Yang, tahu nggak? Mas sebel banget sama bang Vino, sok jual mahal banget dia, ceritanya mas sama bang Alvand comblangin dia sama Letu Ani, masa bang Vino nolak yang, mas jadi penasaran deh, bang Vino bakal dapat istrinya kaya apa. Coba kamu yang jodohin, pasti bang Vino nggak bakalan nolak yang, siapa sih yang berani nolak titah Nyonya muda Badhrika Mahya." Kataku sambil tertawa.

Inilah yang aku lakukan setiap berada di ruangan ini, mengajaknya berbicara, menceritakan apa saja yang bisa aku ceritakan, kadang tertawa, kadang menangis sudah biasa aku lakukan di sini.

Ceklek

Terdengar suara pintu terbuka, aku menoleh ke pintu ternyata mommy dan mamah yang datang, aku berdiri menyalami mommy dan mamah.

"Sudah siang, berangkat sana, biar mamah yang menjaga Vina bersama mommy kamu." Kata mamah, aku mengangguk kembali menatap wajah istriku dan berjalan mendekatinya.

"Mas kerja dulu ya yang, bobonya jangan lama - lama, love you." Aku mengecup kening dan juga bibirnya.

"Nendra titip Vina ya mom, mah, kalau ada apa - apa segera hubungi Nendra." Mommy dan mamah mengangguk, aku pun berjalan keluar ruang rawat inap istriku, untuk menjalankan tugasku sebagai abdi negara.

Aku memarkirkan mobil dan berjalan menuju lapangan tembak, karena hari ini aku diminta melatih prajurit yang terpilih untuk mengikuti Australian Army of Skill Arms at Meeting (AASAM) atau lomba menembak di Australia.

Alvina Kaulah Takdir CintakuWhere stories live. Discover now