48 - Kabar Buruk

425 82 1
                                    

Dibalik kepuasan readers saat membaca cerita ini, ada meng Ara yang jatuh bangun mencoba mengumpulkan mood utk nulis, berkali-kali kena writer block, begadang, mimisan.... Yaaaa! Tapi mimisan-nya sblm dan saat UAS sih ehhee

Dan plot 'Ruwi mimisan' di part ini terinspirasi dari kisah nyata meng Ara :)))))

Masih ragu utk vote komen? Apa aku perlu curhat semua kesulitanku selama bulan ini biar kalian berbelas kasih utk ngasih votment? Wkekekeke

.
.

👣👣👣

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

👣👣👣

Menjalani hari setelah mengalami kejadian menyesakkan kemarin bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Ruwi benar-benar berada pada titik terendah dalam hidupnya. Tiga hari berlalu, gadis itu masih mengunci dirinya di dalam kamar. Dia tak melakukan apapun di ruangan kecil itu selain diam memandang selembar foto usang yang menunjukkan kedekatannya dengan sang ayah 15 tahun lalu.

Kedua mata yang baru istirahat satu jam itu kembali mengeluarkan cairan bening. Sebenarnya Ruwi sudah sangat lelah menangis. Kesedihannya bahkan tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Mau bagaimana pun ia harus bisa menerima keadaan, bahwa dirinya-lah yang menyebabkan sang ayah harus menjadi seorang pembunuh bayaran.

"Ruwi masih belum mau keluar kamar?" tanya penghuni kamar no. 4 pada Mila yang berdiri di depan pintu kamar Ruwi.

"Tadi subuh dia keluar cuma mau ke kamar mandi, abis itu dia masuk kamar lagi," jawab Mila dengan lesu. Ia seperti akan menyerah setelah tiga hari ini mencoba mengajak Ruwi berkomunikasi.

"Yaudahlah biarin aja, mungkin Ruwi butuh waktu lebih banyak untuk menyendiri. Gue gak tau apa yang dia alami, tapi semoga aja dia bisa melewati semua itu dan bisa menjalani hari dengan bahagia lagi."

Mila mengangguk setuju. Saat gadis itu melangkah hendak pergi, suara decitan pintu terbuka berhasil menghentikannya. Mila dan penghuni kamar no. 4 nampak terkejut melihat Ruwi keluar setelah 3 hari mengurung diri di kamar.

"Ruwi, lo mau ke mana?" tanya Mila mencoba bersikap sewajarnya agar Ruwi merasa nyaman.

"Kuliah, lah. Udah 2 hari gue bolos."

"Oh iya, kuliah, ya." Mila cengar-cengir untuk membangun suasana ceria.

"Lo gak kenapa-napa 'kan? Sebenarnya lo tuh---" Ucapan penghuni kamar no. 4 langsung dipotong Mila dengan cepat.

"Ayayaya, mulut lo bau! Sikat gigi dulu sono!" seru Mila sembari mencubit hidungnya kuat.

"Masa, sih?!" Cewek yang memakai baju tidur bermotif bunga itu langsung mengeluarkan napas agar bisa menciumnya sendiri. Sadar diri, dia langsung berjalan menuju ke kamar mandi meninggalkan Ruwi dan Mila.

Mila merasa lega setelah berhasil mengubah topik. Ia tahu Ruwi masih diselimuti kesedihan setelah menemui ayahnya beberapa hari yang lalu. Karena itulah ia tak ingin penghuni kamar no. 4 itu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bisa memancing kesedihan Ruwi lagi.

STALKER - Beside Me [REVISI] ✔Where stories live. Discover now