7 - Preman dan Bunga

2.7K 455 262
                                    


👣👣👣

Di pagi yang cerah, embun yang menggumpal di ujung daun jatuh ke tanah satu persatu. Awan hitam tidak lagi menyelimuti langit, terlihat sinar fajar malu-malu menampakkan diri. Di saat itu, Ruwi sudah duduk bersantai di sofa sambil menonton kartun Spongebob yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta.

Mila keluar dari kamar dengan penampilan berantakan khas orang baru bangun tidur. "Ruwi, lo gak siap-siap kerja?"

"Malas." Ruwi menjawabnya dengan mata yang tetap fokus ke televisi, tak peduli dengan ekspresi Mila yang tengah terkejut dengan jawabannya.

"Anjir, robot kayak lo bisa malas juga ternyata. Biasanya, kayak orang gila kerja nyari duit terus."

Ruwi memaksa tawanya keluar. "Gue tukar shift jadi malam, soalnya nanti jam sepuluh pagi ada latihan buat pensi makrab mahasiswa barubaru," ungkapnya.

"Ouch, begituwww..." Mila melebih-lebihkan nada bicaranya.

Usai ke dapur mengambil segelas air putih, Mila mendudukkan diri di samping Ruwi. "Kata Wina, semalam lo dianterin cowok sampai depan gerbang. Siapa?"

"Teman kerja gue. Semalam 'kan hujan, dan gue lupa gak bawa payung, jadi dia nawarin buat anterin gue."

"Uwu, so sweet, kayak film-film India. Hujan-hujanan, basah-basahan, nyanyi bareng sambil cilukba di tiang lampu. Uhuyyy..." Goda Mila.

"Apaan sih, norak deh."

"Cieee... salting~"

Ruwi melempar bantal yang ada dipangkuannya tepat ke wajah Mila, hingga membuat gadis itu kesakitan di bagian hidungnya. "Ya! Neo mitcheoseo! Hidung gue tambah pesek. Ah, eoteokhae!" Seru Mila seraya mengelus hidup peseknya.

"Aishhh. Ngomong apaan sih lo! Kek orang kumur-kumur."

Mila yang tadinya cemberut setelah dilempar bantal, seketika kembali menggoda Ruwi dengan cengirannya. "Siapa namanya? Wina bilang kalau cowok itu ganteng dan pake pdh berlogo fakultas Teknik, barangkali gue kenal." Katanya sambil mengambil posisi duduk di samping Ruwi.

"Vano."

"Oh, Vano." Jeda satu detik, mata Mila terbelalak. "What! Vano?!"

Ruwi refleks menjauhkan kepala beberapa senti saat Mila berteriak kencang. "Biasa aja syoknya, kuah lo muncrat ke muka gue." Ucap Ruwi sembari mengelap pipinya.

"Ma--maksud lo, Revano anak Teknik Kimia?!"

"Lo kenal sama dia?"

"Siapa sih yang gak kenal Revano. Dia tuh masuk daftar cowok most wanted di fakultas Teknik." Mila terlihat bersemangat. "Seriusan dia teman kerja lo?!"

Ruwi mengangguk. "Dia jadi barista di kafe Vun."

"Kok bisa Vano kerja di sana?"

"Bisalah. Dia mengirim CV, wawancara, terus diterima kerja."

"Bukan itu. Maksud gue, ngapain dia kerja, dia 'kan anak orang kaya."

"Vano orang kaya?"

Ruwi terlihat berpikir. "Tapi dilihat sekilas, kayaknya Vano bukan dari keluarga kaya. Penampilan dia keliatan biasa aja."

"Jangan liat buku dari sampulnya. Ada kok orang kaya yang penampilannya b aja. Gak pake mobil mewah, barang-barang branded, intinya tuh orang kaya yang sesungguhnya gak pernah menunjukkan kekayaannya."

STALKER - Beside Me [REVISI] ✔Where stories live. Discover now