50 - Lembaran Baru

453 70 4
                                    

👣👣👣

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

👣👣👣


3 bulan kemudian...

Jarum pendek sudah menunjuk angka dua belas malam saat Ruwi berdiri menghadap jendela di ruang tamu. Pemandangan malam di luar sana nampak begitu indah. Hiasan bulan sabit yang menggantung begitu terang ditambah ratusan juta bintang di sekelilingnya membuat pikiran Ruwi sedikit tenang.

"Ruwi masih bangun?"

Suara lembut yang berasal dari belakang itu seketika mengejutkan Ruwi yang tengah melamun.

"Bunda." Ruwi tersenyum lebar saat mendapati direktur panti asuhan sudah berada tepat di sampingnya.

Perempuan baya itu menatap Ruwi lembut. Dia adalah pendiri panti asuhan Bakti Bangsa yang sudah Ruwi anggap sebagai ibunya sendiri. Meski panti asuhan yang dia kelola berada jauh dari kota, tapi bangunan itu cukup besar dan nyaman untuk menaungi anak-anak yang kurang beruntung di luar sana. Salah satunya adalah Ruwi.

15 tahun lalu, Ruwi ditemukan di tengah hutan oleh penduduk setempat. Seorang anak kecil berusia 4 tahun yang tidak tahu apa-apa itu harus digiring ke kantor polisi. Segerombolan orang berseragam dinas terus melontarkan pertanyaan untuk mengusut asal-usul Ruwi. Ruwi sangat ketakutan kala itu, sampai pada akhirnya ada seorang perempuan yang melihat ketakutannya. Dia adalah Bunda. Lama membujuk, Bunda akhirnya berhasil membawa Ruwi ke rumah panti asuhannya yang saat itu masih kecil dan sederhana.

"Sudah tengah malam kenapa kamu belum tidur?" tanya Bunda.

"Ruwi tiba-tiba teringat pertemuan kita 15 tahun lalu. Saat itu, Ruwi sangat ketakutan berada di kantor polisi. Untungnya Bunda datang untuk membawaku kemari."

Bunda mengangguk. Masih segar dalam ingatannya saat kembali membayangkan momen itu. "Kenapa Ruwi tiba-tiba memikirkan hal itu?"

"Ruwi senang bisa bertemu Bunda waktu itu. Kalau hal itu tidak terjadi, mungkin Ruwi gak akan menjadi seperti yang sekarang. Terima kasih, Bunda, karena telah menyayangi Ruwi selama ini," ucap Ruwi tulus.

Bunda tersenyum. "Bunda juga berterima kasih pada Ruwi. Terima kasih karena sudah tumbuh menjadi gadis yang baik. Terima kasih karena sudah bertahan menghadapi semua hal sulit yang selalu datang silih berganti. Bunda salut sama Ruwi."

"Semua berkat didikan Bunda. Semoga Bunda selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan oleh Tuhan supaya bisa mendidik banyak anak-anak di luar sana."

"Aamiin," ucap mereka berbarengan.

Keduanya saling melempar senyuman lebar. Larut dalam suasana, Bunda mengulurkan kedua tangan untuk membelai lembut kepala Ruwi.

"Ruwi tahu, 'kan, kalau Bunda itu sangat menyayangi Ruwi?"

Ruwi mengangguk manja. "Ruwi tahu itu."

"Bunda gak mau melihat Ruwi bersedih lagi. Sudah cukup. Bunda pengen Ruwi tetap sehat dan mendapatkan kebahagiaan di luar sana. Ruwi bisa 'kan mewujudkan keinginan Bunda?"

STALKER - Beside Me [REVISI] ✔Where stories live. Discover now