19 - Rumah Sakit

1.7K 196 232
                                    


.
.

Happy Reading~

👣👣👣

Pagi buta sebelum sinar fajar mengintip dari ufuk timur, seorang pria berjalan memasuki sebuah rumah sakit umum di kota itu. Suara sol sepatu yang mengetuk lantai terdengar mengisi kesunyian, tetapi tak sampai mengusik orang-orang yang terbaring di bangsal rumah sakit.

Pria yang wajahnya tertutup masker itu menghentikan langkahnya tepat di depan salah satu ranjang yang ada di bangsal. Akhirnya, ia menemukan seseorang yang dia cari. Seorang wanita dengan infus yang menancap di punggung tangannya itu terlihat tidur dengan pulas. Disebelahnya, ada seorang cowok yang tidur dalam posisi duduk.

Pria itu sedikit berhati-hati saat berjalan mendekat karena takut akan membangunkan keduanya. Setelah berada di sisi lain ranjang, pria itu dapat menatap wajah Ruwi dengan leluasa.

"Ruwi," lirihnya.

Dipandanginya wajah gadis itu penuh makna. Cukup lama, sampai akhirnya ia memberanikan diri untuk menjulurkan tangannya mendekati wajah Ruwi. Tangan berotot itu berhasil menyingkirkan helaian rambut yang ada di pelipis gadis itu. Kemudian, tangannya beralih mengusap pipi mulus milik Ruwi dengan penuh kelembutan. Dia segera menarik kembali tangannya karena takut aktivitasnya dapat membangunkan gadis itu.

"Tenanglah, aku akan selalu datang kapanpun kamu membutuhkanku." bisik pria itu.

.
.
.

Ruwi membuka matanya perlahan saat ada suara yang mengusik pendengarannya. Dua mata yang belum terbuka sempurna itu melihat kesana-kemari untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Detik kemudian, Ruwi menyadari bahwa dirinya berada di tempat asing. Langit-langit ruangan itu didominasi warna putih, lalu kedua sisi dari tempatnya berbaring adalah tirai yang memisahkan ruang disebelahnya. Bau khas yang timbul dari tempat itu pun langsung menyapa indra penciumannya. Ruwi langsung dapat menebak di mana ia sekarang berada.

Begitu menengok ke sisi kanan, Ruwi terkejut saat mendapati Zaidan sudah ada di sampingnya. Cowok itu tidur dalam posisi duduk dengan kepala yang diletakkan ditepi ranjang. Sedangkan, tangan kirinya terlihat menggenggam tangan Ruwi begitu erat. Ruwi mengerjap tak percaya saat melihat pemandangan itu. Ia berusaha menarik tangannya sepelan mungkin agar terlepas dari genggaman Zaidan. Namun, hal itu justru mengusik cowok itu dari tidur nyenyaknya.

"Lo udah sadar?" tanya Zaidan dengan nada serak khas orang bangun tidur. Setelah nyawanya terkumpul semua, cowok itu langsung terperanjat kaget saat menyadari tangannya sudah menggenggam tangan mungil milik Ruwi. Cepat-cepat ia melepaskannya dan langsung memasang wajah seolah tak terjadi apa-apa.

Zaidan berdeham pelan untuk mengurangi suasana canggung yang menyergap. "Bagus deh kalo udah sadar." ujarnya dingin. Ia mengambil sikap santai dengan melipat kedua tangannya di dada.

"Apa yang terjadi? Kok aku bisa di rumah sakit?" tanya Ruwi dengan lemas.

"Lo gak inget? Semalam setelah nangis, lo tiba-tiba pingsan. Jadi, gue langsung bawa lo ke sini." terang Zaidan.

Ruwi sendiri pun tak menyadari kalau dirinya pingsan semalam. Hal terakhir yang Ruwi ingat adalah saat Zaidan memeluknya erat seraya berusaha menenangkannya agar berhenti menangis. Oh tidak! Ruwi langsung malu saat mengingatnya.

"Vano..." gumam Ruwi. Ia mendadak teringat dengan cowok itu. Ruwi langsung merutuki dirinya karena telah melupakan Vano yang semalam ia temukan dalam kondisi sudah bersimbah darah. Jelas, cowok itu mendapat luka jauh lebih parah jika dibandingkan dengannya.

STALKER - Beside Me [REVISI] ✔Where stories live. Discover now