49 - An Apology

418 71 2
                                    

👣👣👣

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

👣👣👣

"Pasien mengalami henti jantung mendadak saat berada di lapas Nusa Kembang. Untungnya pasien masih bisa diselamatkan dengan bantuan CPR, meski saat ini dia sedang berjuang melewati masa koma."

"Henti jantung?" ulang Ruwi saat seorang dokter menjelaskan kondisi sang ayah.

"Benar. Suatu kondisi dimana jantung tiba-tiba berhenti berdetak karena adanya gangguan gaya listrik pada otot jantung. Henti jantung dapat terjadi sewaktu-waktu, dan jika tidak segera mendapat pertolongan maka kematian dapat terjadi dalam hitungan menit. Jadi, selama 24 jam tim medis akan terus memantau kondisi pasien. Anda diharapkan selalu siap menghadapi kemungkinan buruk yang akan terjadi," tutur dokter ahli itu.

.
.

Di ruang ICU, Ruwi yang sudah mengenakan pakaian medis khusus berusaha menahan tangisnya saat melihat sang ayah terbaring koma di ranjang. Sosok pria tua yang tempo hari ditemui Ruwi itu kini harus bertahan hidup dengan alat bantu pernapasan dan beberapa alat medis lain.

"Ayah...," lirih Ruwi gemetaran.

Secara perlahan, Ruwi mengulurkan tangannya, menyentuh punggung tangan sang ayah yang masih hangat. Untuk pertama kalinya setelah 15 tahun, Ruwi akhirnya bisa menyentuh kembali tangan besar itu.

"Kenapa Ayah terbaring seperti ini? Ayah gak boleh sakit, Ayah harus kembali sehat supaya Ruwi bisa membenci Ayah lagi." Tak kuasa menahan lagi, tangis Ruwi pun pecah memenuhi seisi ruangan.

Ruwi harus bisa mengendalikan diri agar tidak larut dalam kesedihan. Meski ayahnya sedang terbaring koma, Ruwi yakin beliau masih bisa mendengar suara apapun di sekitar termasuk suara tangisnya. Ia tak ingin membuat ayahnya ikut sedih.

"Saat Ayah terbangun nanti, Ruwi janji tidak akan menemui Ayah lagi, Ruwi... tidak akan membawa kesialan lagi. Ruwi berjanji. Jadi, Ayah harus cepat bangun."

"Jangan tinggalin Ruwi, Yah."

Suara isak tangis Ruwi rupanya terdengar sampai luar ruangan. Mr. R, Zaidan, dan Vano yang menunggu di luar ikut merasa sedih saat mendengarnya.

Tak dapat dipungkiri, semua yang telah dilalui Ruwi memang tragis. Hubungan Ruwi dengan ayahnya tidak berjalan mulus layaknya keluarga pada umumnya. Mereka melewati waktu 15 tahun untuk bisa bertemu lagi. Namun, pertemuan pertama setelah sekian lama terpisah itu tidak seindah yang dibayangkan. Ruwi harus melihat fakta bahwa ayahnya berada di penjara karena telah menjadi seorang pembunuh bayaran.

Tidak ada yang dapat memahami kesedihan Ruwi selain dirinya sendiri. Bahkan orang-orang yang memberikan belas kasihan padanya belum tentu bisa kuat menerima jika berada di situasi yang sama.

"Jadi, selama ini ayah Ruwi berada di penjara, dan beliau adalah seorang pembunuh." Vano menghela napas pelan setelah mengetahui hal itu. "Bagaimana bisa Ruwi menahan semua kesedihan itu?"

STALKER - Beside Me [REVISI] ✔Where stories live. Discover now