37 - Serious Talk

1K 129 176
                                    

👣👣👣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👣👣👣

David terlihat sibuk mengelap beberapa komponen yang berserakan di meja. Setelah dirasa sudah cukup bersih, dia pun merakit kembali komponen-komponen itu dengan teliti hingga membentuk sebuah barang yang siap dipakai.

"Wah, cantik sekali." Manik mata David terlihat berbinar. Senjata api berlaras pendek yang diselundupkan dari Singapura itu memang menjadi salah satu 'mainan' favoritnya.

"Tinggal masukin peluru." David bersiul sembari menggeledah isi laci meja. Sebuah kotak berukuran sedang berhasil dia keluarkan dari dalam sana. Isinya tak lain adalah peluru yang jumlahnya lebih dari sepuluh biji.

"Gue rasa satu peluru udah cukup untuk melubangi kepala bedebah yang masih berkeliaran di luar sana." David kembali bermonolog sembari memasukkan satu peluru ke dalam pistol.

Mr. R yang terlihat fokus membaca buku di tempat tidur dengan terpaksa mengalihkan pandangannya. "Mau bunuh siapa?" tanyanya ringan. Dia seperti sudah mengetahui jalan pikirannya temannya itu.

"Sebagai teman baik, gue akan mewakili lo untuk melancarkan aksi balas dendam pada orang yang udah menusuk perut lo kemarin malam."

"Jangan buat masalah lagi. Lo itu baru keluar dari penjara minggu lalu. Gue gak mau lo reuni dengan sipir penjara."

David berdecak kagum. Jarang-jarang dia Mr. R memberikan perhatian kepadanya. "Peduli amat sama hidup gue."

Cowok itu kemudian berjalan menuju lemari pakaian yang berada di pojok ruangan. Setelah melakukan beberapa kali pertimbangan, akhirnya David memutuskan untuk mengenakan sebuah mantel hitam.

"Lo mau bunuh dia sekarang?" tanya Mr. R lagi.

David mengeluarkan smirk andalannya. "Lebih cepat lebih baik. Gue gak suka mengulur waktu."

Mr. R sangat ingin menghalangi niat David, namun dirinya masih kesulitan bergerak karena rasa sakit dari efek operasi di perutnya yang belum juga mereda.

"Jangan bunuh orang itu. Lo boleh nyari keberadaan dia, tapi jangan sampai membunuh, cukup bawa dia ke kantor polisi aja!" tegas Mr. R.

"Lihat aja nanti. Kalau situasi dan kondisi gak mendukung, maka dengan terpaksa gue akan membiarkan orang itu hidup. Kalo enggak, ya, langsung eksekusi ditempat."

Selesai menata penampilannya, David langsung mengambil pistolnya lalu menyembunyikan benda itu di saku mantel bagian dalam. "Oh iya, sebentar lagi jam delapan malam, waktunya Bos menelepon, bersiaplah."

Tak lama setelah David meninggalkan ruangan, telepon rumah yang berada di atas nakas berdering. Dapat dipastikan kalau panggilan telepon itu dari seseorang yang biasa dipanggil Bos oleh Mr. R dan David. Mr. R langsung mengangkat dan mengarahkan gagang telepon ke telinganya.

"Bagaimana?" Suara seorang pria paruh baya langsung menyambut telinga Mr. R.

"Aku ketahuan. Ruwi sudah melihat wajahku," jawab Mr. R yang membuat lawan bicaranya di sana terdiam.

STALKER - Beside Me [REVISI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang