BAB 54 Love is Feeling

44 12 2
                                    

Hari ini Yena menunggu Tae Hwan di sebuah cafe. Namun sudah lima belas menit ia menunggu, Tae Hwan belum datang juga. Yena memutuskan untuk memesan minuman.

Yena menyeruput minumannya sambil memainkan ponselnya, sesekali ia melihat ke arah pintu, namun Tae Hwan belum juga datang dan tidak seperti biasanya Tae Hwan datang setelat ini.

Tiba-tiba pandangan Yena teralihkan pada sebuah televisi di cafe tersebut. Yena terkejut saat televisi tersebut menayangkan berita tentang dirinya.

"Belum juga masalah Tae Hwan memukul Jung Soo selesai, kali ini mereka digemparkan dengan sosok seorang gadis yang mereka sukai. Kabarnya gadis itu kadang berkencan dengan Jung Soo namun terkadang sering terlihat bersama Tae Hwan. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya foto kedekatan mereka dengan gadis itu. Para netizen pun banyak yang menduga penyebab Tae Hwan memukul Jung Soo karena memperebutkan gadis itu," kata penyiar berita tersebut.

Hati Yena sudah tidak karuan, ia tidak menyangka bahwa masalahnya akan menjadi serumit ini. Yena pun menutupi wajahnya, takut jika ada orang yang melihat ke arah dirinya, karena wajahnya terlihat jelas di televisi tersebut.

Tidak lama kemudian Tae Hwan datang dengan nafas yang terengah-engah. Ia pun langsung menarik tangan Yena.

"Yena, ayo cepat pergi," kata Tae Hwan, lalu Tae Hwan membawa Yena keluar dari cafe itu. Namun, di depan cafe, mereka sudah dihadang banyak reporter.

"Apa ini, gadis yang kalian rebutkan?" tanya salah satu reporter.

"Apa hubunganmu dengan gadis itu?" tanya reporter lainnya. Tae Hwan tidak menjawab satu pun pertanyaan mereka, dan ia mencoba untuk bisa menghindar dari para reporter itu.

Tae Hwan menggandeng tangan Yena dan berjalan menyerobot para reporter itu. Namun, para reporter itu terus mengikutinya. Tae Hwan dan Yena langsung naik taksi, sehingga para reporter itu tidak lagi mengejarnya.

"Sebaiknya, kita pulang ke rumah dulu," ajak Tae Hwan, dan Yena hanya mengangguk. Saat ini Yena hanya terdiam, dia terlihat sangat lelah dan juga gelisah.

"Yena-ya, jangan khawatir. Masalah ini pasti akan segera selesai," kata Tae Hwan mencoba menyemangati Tae Yena.

Saat mereka sampai di depan rumah mereka, ternyata di depan rumah mereka sudah ada banyak reporter.

"Aish, kenapa dimana-mana ada reporter sih?" kesal Tae Hwan.

Para reporter itu menyadari ada taksi yang berhenti di depan rumah Tae Hwan. Mereka pun akhirnya mendekat ke taksi itu. Beberapa reporter mengintip ke dalam taksi tersebut.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Yena yang mulai panik.

"Kita akan turun."

Tae Hwan dan Yena turun dari taksi itu, para reporter langsung heboh dan melontarkan beberapa pertanyaan.

"Bagaimana bisa gadis itu tinggal di rumahmu?" Tae Hwan tidak menjawab pertanyaan itu dan langsung membawa Yena masuk ke rumah.

Ae Ri langsung berjalan mengahampiri mereka dengan raut wajah panik.

"Kalian baik-baik saja kan?" tanya Ae Ri. Keduanya pun hanya mengangguk.

"Para reporter itu, pasti masih mau menunggu di depan. Sebaiknya kalian tidak usah keluar rumah dulu," kata Ae Ri.

"Iya," jawab Tae Hwan dan Yena bersamaan.

"Aku mau ke kamarku dulu," kata Yena, lalu berjalan menuju kamarnya.

"Eomma, sepertinya Yena sangat tertekan," kata Tae Hwan.

"Iya, eomma akan mencoba menghiburnya." Ae Ri pun berjalan menuju kamar Yena.

♪♪♪♪

Hari sudah menjelang malam, tapi Yena masih berdiri di balkon rumahnya. Padahal cuaca sangatlah dingin.

"Kenapa kau berdiri di situ? Masuklah, cuacanya sangat dingin."

"Aku masih ingin di sini," jawab Yena, Tae Hwan pun akhirnya memutuskan untuk berdiri di samping Yena.

"Kau pasti sangat tertekan. Mianhae, karena aku, kau jadi terlibat masalah seperti ini."

"Bukan salahmu kok. Justru gara-gara aku kalian jadi terlibat skandal."

"Berhenti menyalahkan dirimu." Mereka saling bertatapan sekilas lalu kembali mengalihkan pandangannya ke depan.

"Yena-ya, ayo ikut denganku. Aku akan membawamu ke suatu tempat."

"Tapi bagaimana caranya? Kita tidak bisa keluar dari sini. Lihat para reporter masih menunggu di depan rumah kita."

"Ikut aku. Percaya saja padaku." Tae Hwan pun menarik tangan Yena.

Yena dan Tae Hwan keluar dari rumah mereka melalui pintu belakang. Mereka juga mengenakan pakaian tebal berwarna hitam dan juga menggunakan masker hitam.

♪♪♪♪

Tae Hwan dan Yena menaiki tangga darurat di sebuah gedung pencakar langit. Sudah setengah perjalanan, Yena sudah tampak sangat lelah. Nafasnya sudah terengah-engah.

"Kau baik-baik saja? Kau masih kuat berjalan kan?"

"Iya. Aku masih kuat." Yena pun kembali berjalan menaiki tangga satu persatu. Tae Hwan kemudian mengulurkan tangannya ke arah Yena. Dan Yena pun akhirnya menggenggam tangan Tae Hwan lalu tersenyum ke arahnya. Tae Hwan juga tersenyum ke arah Yena. Mereka pun menaiki tangga tersebut dengan semangat.

Setelah melewati tangga yang panjang, akhirnya mereka sampai di atap gedung pencakar langit tersebut. Yena dan Tae Hwan berjalan ke tepi atap tersebut. Yena mengedarkan pandangannya. Seluruh kota terlihat dari atas gedung ini, gemerlap lampu yang warna-warni menghiasi kota di malam yang gelap ini. Walaupun cuaca masih sangatlah dingin, tapi untungnya hari ini tidak turun salju.

"Indah sekali," gumam Yena. "Kenapa kau mengajakku ke sini?"

"Karena kau menyukai pemandangan kota. Mungkin dengan begini akan membuat perasaanmu jadi lebih tenang." Yena menoleh ke arah Tae Hwan dan tersenyum. Lalu ia kembali menatap ke depan.

Memikirkan banyaknya masalah yang menimpanya membuat ia meneteskan air mata. Lalu tiba-tiba, Tae Hwan memasang headset ke kepala Yena. Yena pun mulai mendengar nyanyian yang terdengar dari headset yang dipakainya. Suara nyanyian itu adalah Tae Hwan, ia menyanyikan lagu yang sama saat ia masih kecil. Namun yang ini versi suara Tae Hwan yang sekarang. Untuk yang kedua kalinya Tae Hwan menyanyikan lagu untuk menenangkannya. Namun kali ini ia tidak berhenti menangis, namun justru air matanya tambah mengalir. Sedangkan Tae Hwan membiarkan Yena menangis.

Yena menghapus air matanya dan mulai menenangkan hatinya.
"Tae Hwan oppa, aku menyukaimu," kata Yena yang masih menatap ke depan. Lalu ia menghadapkan tubuhnya ke arah Tae Hwan dan menatap Tae Hwan. "Aku selalu menunggumu dan berharap kita bisa bertemu lagi. Dan aku merasa senang kita bisa di pertemukan lagi."

"Yena-ya, mianhae. Karena aku terlambat datang dan sudah membuatmu menungguku."

"Tak apa, aku sudah memaafkanmu."

Tae Hwan mengeluarkan sebuah kalung dari dalam sakunya, lalu ia berjalan mendekat ke arah Yena. Ia memasangkan kalung itu ke leher Yena, lalu ia menatap Yena lekat.

"Aku juga menyukaimu, Yena-ya." Setelah mengatakan itu, Tae Hwan mencium kening Yena. Suasana yang dingin malam itu menjadi lebih hangat.

Annyeong!! Jangan lupa untuk vote dan comment ceritanya ya^^

See you~

Sing for You [Hiatus]Where stories live. Discover now