BAB 10 Oppa and I

93 55 14
                                    

Kenapa keadaannya menjadi canggung seperti ini?

Tae Hwan bingung dengan apa yang akan dilakukannya. Ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya terlebih dahulu, meninggalkan Yena seorang diri.

"Aku ke kamarku dulu ya." Tae Hwan berjalan menuju kamarnya dengan malas.

"Yah aku sendiri. Aku mau ngapain ya? Aku juga mau ke kamarku aja lah." Yena berkata kepada dirinya sendiri. Lalu ia berjalan menuju kamarnya.

Tae Hwan duduk melamun di depan meja belajarnya. Kemudian ia mengambil sebuah kotak kecil, di kotak itu terdapat sebuah foto. Foto dirinya bersama Hyun Ji-adik kandungnya saat masih kecil.

"Hyun Ji. Oppa sangat merindukanmu. Maafkan Oppa yang tidak bisa menjadi kakak yang baik untukmu." Setelah memandangi foto tersebut, Tae Hwan beralih memandangi kalungnya yang tergeletak di meja dan membuatnya teringat kepada seseorang.

"Yena, seperti apa rupamu sekarang? Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah dua belas tahun lamanya aku tidak melihatmu." Ketika memikirkannya Tae Hwan jadi teringat masa lalunya.

"Eomma aku ingin menjadi seorang idol." Tae Hwan meminta ibunya untuk menjadikannya seorang idol.

"Ada apa denganmu nak?" Ae Ri membelai lembut rambut putranya itu.

"Seorang temanku mendorongku untuk menjadi idol, aku juga ingin, kalau aku menjadi idol aku pasti akan kaya, dan kita tidak akan hidup kesulitan lagi." Ae Ri terkekeh pelan mendengar perkataan Tae Hwan yang seperti orang dewasa saja.

"Baiklah, eomma akan selalu mendukungmu."

"Jeongmal? (Benarkah?) Horee." Tae Hwan berteriak kegirangan.

Beberapa minggu kemudian Tae Hwan dan Yena duduk bersebelahan di sebuah bangku di taman.

"Yena, akhirnya eomma mau mewujudkan impianku sebagai idol. Dan keluargaku akan segera pindah ke seoul."

"Benarkah? Tapi Yena jadi tidak bisa ketemu oppa lagi." Kata Yena dengan raut wajah sedih.

"Tenang saja, oppa akan menepati janji oppa untuk membelikanmu hadiah. Oppa akan kembali kesini."

"Benarkah? Yena akan selalu menunggu oppa." Yena dan Tae Hwan saling tersenyum.

Tae Hwan tersadar dari lamunannya. Ia mengusap wajahnya dengan kasar.
"Dasar bodoh, aku bahkan belum menepati janjiku kepadanya. Apakah dia benar-benar menungguku?" Tae Hwan merutuki dirinya sendiri sambil mendesah pelan.

♪♪♪♪

Yena duduk di ranjangnya sambil memandangi seisi ruangan. Ia baru menyadari bahwa di kamarnya sama sekali tidak ada foto yang menunjukkan dirinya. Sampai foto terkecil pun tidak ada.

"Kenapa tidak ada fotoku sama sekali disini ya? Apa aku tidak pernah foto? Rasanya aneh." Yena memandangi dinding kamarnya yang bersih tanpa foto apapun. Hingga akhirnya Yena terbaring di ranjang hingga tidak lama kemudian ia sudah terlelap.

Pada saat tengah malam Yena membolak-balikkan badannya dengan gelisah, keringat bercucuran deras muncul di pelipisnya. Yena melihat bayangan-bayangan gelap muncul dalam mimpinya sehingga membuat Yena terbangun dari tidurnya.

"Mimpi apa aku tadi? Mimpi itu terlihat mengerikan." Yena terbangun dengan napas terengah-engah. Tubuhnya gemetaran.

Akhirnya Yena memutuskan keluar dari kamarnya dan mengambil minum di dapur.

Yena kemudian menuang air lalu menenggaknya sampai habis. Saat hendak kembali ke kamarnya, Ia mendengar samar-samar suara aneh, ia menghentikan langkahnya. Yena melirik kesana kemari, namun tidak ada seorang pun disana.

Sing for You [Hiatus]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt