BAB 61 Memilih

40 11 0
                                    

Jung Soo berlari menyusuri lorong rumah sakit dengan perasaan panik. Lalu ia menghentikan langkahnya saat melihat Jung Hwa yang merupakan kakaknya sedang bersandar di tembok. Lalu Jung Hwa langsung menghampiri Jung Soo saat tahu dia datang.

"Jung Soo-ya."

"Bagaimana keadaan Appa?"

"Appa masih belum sadar." Lalu Jung Soo melihat ayahnya dari jendela yang terlihat lemah.

"Jung Soo, masuklah dan temui Appa," perintah Jung Hwa. Jung Soo pun masuk ke dalam ruang rawat ayahnya. Ia melihat ayahnya dengan perasaan sedih.

"Kenapa Appa tidak pernah cerita padaku, kalau Appa sakit?" jeda Jung Soo. "Ah, benar, aku kan tidak pernah bertemu dengan Appa. Aku kan yang tidak mau berbicara dengan Appa lagi. Aku memang bodoh." Jung Soo merutuki dirinya sendiri.

Jung Soo keluar dari ruang rawat, lalu ia melihat ke arah ibunya.

"Eomma, sebenarnya Appa sakit apa? Sudah berapa lama ia sakit?" tanya Jung Soo penasaran.

"Ayahmu sakit jantung, sudah dua tahun ia merasakan sakit di dadanya. Namun, ini yang paling parah. Aku harap ayahmu akan baik-baik saja."

"Dua tahun? Kenapa aku tidak tahu hal ini?" Lalu pandangannya beralih ke Jung Hwa. "Hyung, sudah tahu kalau appa sakit?"

"Eo (Ya)."

"Kenapa eomma tidak memberitahuku kalau Appa sakit?"

"Eomma senang ternyata kau masih peduli dengan ayahmu, aku kira kau sangat membenci ayahmu."

"Tapi bagaimana pun juga, dia tetaplah ayahku dan aku tidak bisa membencinya." Ibu Jung Soo tersenyum. "Oleh karena itu, kau jangan menghindari ayahmu lagi. Sebenarnya ayahmu sangat membutuhkanmu dan berharap kau berada di sisinya. Jung Soo-ya, tolong maafkanlah sikap ayahmu." Jung Soo hanya terdiam, dan ia pikir mungkin perkataan ibunya memang benar. Ia tidak bisa menghindari dan menentang ayahnya lagi.

"Eomma, Jung Soo. Ayah sudah sadar." Jung Soo dan ibunya pun langsung berlari masuk ke ruang rawat di saat bersamaan dokter pun juga masuk untuk mengecek kondisi ayah Jung Soo.

"Kondisi jantung bapak sudah kembali membaik. Tapi bapak harus banyak istirahat. Bapak tidak boleh terlalu capek atau pun terlalu stress," jelas Dokter.

"Syukurlah, terima kasih dokter." Dokter pun keluar dari ruangan.

Pandangan ayah Jung Soo menunjuk ke arah Jung Soo.

"Kau ke sini juga rupanya. Kau baru datang saat aku sakit."

"Sayang, apa yang kau katakan? Jung Soo datang ke sini karena menghawatirkanmu," kata ibu Jung Soo.

"Terima kasih sudah menghawatirkan appa Jung Soo-ya." Jung Soo masih terdiam.

"Jung Soo-ya, karena kau ada di sini. Maka aku akan mengatakan hal ini padamu," jeda ayah Jung Soo. "Jung Soo-ya, Appa akan menyerahkan perusahaan appa kepadamu." Jung Soo tersentak mendengar perkataan ayahnya.

"Tapi aku..."

"Jung Soo-ya, appa sakit jantung. Dan mungkin sakit jantung ini akan merenggut nyawa appa kapan saja, jadi appa akan segera menyerahkan perusahaan appa padamu."

"Kenapa appa (ayah) lebih memikirkan perusahaan appa daripada kesehatan appa?"

"Karena perusahaan lebih penting bagiku."

"Mwo (apa)?" Jung Soo tidak mengerti dengan jalan pikiran ayahnya itu.

"Jung Soo-ya, kau harus membuat ayah bangga padamu dan jangan kecewakan ayah. Kau harus menuruti apa yang ayah minta."

"Aku mau keluar dulu." Jung Soo bingung harus bagaimana, sehingga ia memutuskan untuk keluar ruangan. Jung Hwa juga ikut keluar menyusul Jung Soo.

"Apa kau benar-benar tidak tertarik dengan perusahaan appa?" tanya Jung Hwa.

"Kenapa tidak kau saja yang meneruskan perusahaan appa?" Jung Soo malah balik bertanya.

"Aku tidak bisa. Aku punya perusahaan sendiri di Amerika. Walaupun perusahaan appa lebih besar, tapi aku lebih menyukai bisnisku."

"Sama halnya sepertimu, aku juga menyukai pekerjaanku."

"Jung Soo-ya, walau begitu. Kau harus membuat bangga ayah. Itu kan yang kau inginkan? Lebih baik kau menuruti perintah ayah."

♪♪♪♪

Jung Soo pulang ke rumahnya dengan lesu. Ia terus teringat perkataan ayahnya dan juga kakaknya. Lalu pandangannya beralih ke piano yang ada di kamarnya. Di saat sedih seperti, bermain piano dapat menenangkannya.

Jung Soo duduk di depan piano dan mulai menekan tuts itu. Melodi indah dari piano tersebut terdengar. Namun, pikiran Jung Soo terus saja memikirkan itu. Ia berhenti memainkan piano. "Apa aku harus meninggalkan semua yang aku impikan? Akankah aku tidak bisa bernyanyi lagi, main musik lagi, menari lagi. Dan akankah aku meninggalkan teman-temanku?" Semua pikiran itu terus berputar di kepalanya.

Pagi harinya, Jung Soo serasa sangat tidak bertenaga. Ia bahkan tidak bisa bangkit dari ranjang. Suhu tubuhnya naik dan dia terasa menggigil. Tiba-tiba ponselnya berdering dan Jung Soo mencoba untuk mengambil ponselnya di meja sebelah tempat tidurnya. Namun, menjangkau ponselnya terasa sangat sulit. Namun, ia berusaha mengambil ponselnya yang terus berdering.

"Yeoboseyo (halo)," kata Jung Soo dengan nada lemah.

"Jung Soo-ya, hari ini aku mau berbicara denganmu, kamu bisa bertemu denganku kan?"

"Sepertinya, aku...." perkataan Jung Soo terhenti karena ia merasa tidak berdaya, ponselnya pun terjatuh ke lantai.

"Jung Soo-ya, Jung Soo-ya," panggil Ye Seul panik namun tidak ada jawaban dari Jung Soo.

♪♪♪♪

Ye Seul mematikan panggilan teleponnya, dan dia sangatlah panik.

"Apa terjadi sesuatu pada Jung Soo? Tapi di mana dia sekarang? Aku akan mencoba untuk menelpon Tae Hwan." Ye Seul mencari nama Tae Hwan di kontaknya, lalu menelponnya.

"Tae Hwan-ah, apa Jung Soo ada di asrama?"

"Tidak, dari kemarin ia tidak di sini. Aku juga tidak tahu dia ke mana. Mungkin dia pulang ke rumahnya."

"Aku mengerti."

"Tapi untuk apa kau mencari Jung Soo." Ye Seul langsung mematikan panggilan teleponnya.

Ye Seul bergegas pergi ke rumah Jung Soo. Sesampainya di depan gerbang rumah Jung Soo. Ye Seul langsung mengetuk pintu gerbang dengan keras.

"Cepat, tolong buka pintunya." Tidak lama ada satpam yang ke luar.

"Ada apa ini?"

"Sepertinya terjadi sesuatu pada Jung Soo, aku harus segera mengeceknya." Tanpa ada respon dari satpam, Ye Seul langsung menerobos masuk.

"Jung Soo, Jung Soo-ya, Choi Jung Soo." Ye Seul pun langsung masuk ke rumah yang luas tesebut sambil memanggil-manggil namanya dengan tergesa-gesa. Suaranya bahkan menggema di seluruh penjuru ruangan, namun tidak ada respon dari Jung Soo. Hingga ia tiba di salah satu ruangan yang menurutnya itu kamar Jung Soo.

Ye Seul mencoba untuk mengetuk kamar Jung Soo.

"Jung Soo-ya, ini aku, Ye Seul." Tidak ada jawaban dari dalam kamar. Ye Seul pun akhirnya membuka pintu kamar itu yang tidak terkunci dengan perlahan.

Saat masuk ke kamar itu, Ye Seul melihat Jung Soo yang tergeletak lemas di lantai. Dia pun langsung berlari ke arah Jung Soo.

"Jung Soo-ya, Jung Soo-ya." Ye Seul menggoyang-goyangkan tubuh Jung Soo namun ia tetap tidak sadarkan diri.

Annyeong yeorobeun!! Jangan lupa untuk vote dan comment ya^^

See you~

Sing for You [Hiatus]Where stories live. Discover now