BAB 8 Lembaran Baru

92 54 5
                                    

"Apa maksudnya ini?!"

"Tae Hwan-ah." Panggil Ae Ri. Keduanya dikejutkan dengan kedatangan Tae Hwan.

"Tae Hwan, ayo kita bicara di luar." Ajak Ae Ri yang sudah terlebih dahulu keluar dari ruangan kemudian diikuti Tae Hwan yang mengekori di belakangnya.

Di luar ruangan Ae Ri dan Tae Hwan berdiri berhadapan, Tae Hwan berusaha mengecilkan suaranya agar tidak terdengar siapapun, tetapi ia masih belum bisa menahan emosinya sehingga ia berbicara sedikit berteriak.

"Apa maksud eomma, kenapa dia harus memanggilmu eomma? Dia itu siapa? Dia bukan siapa-siapa." Kesal Tae Hwan tidak terima.

"Tae Hwan, gadis itu tidak punya keluarga, kasihan dia, eomma akan mengganggapnya sebagai anakku."

"MWO?! (APA?!)" Tanya Tae Hwan kaget bukan main.

"Lalu kenapa eomma memanggilnya Hyun Ji? Eomma, sadarlah! Dia bukanlah Hyun Ji, apa yang ada dipikiran eomma?" Tae Hwan masih tidak bisa menerima kaeadaan tersebut.

"Ara (aku tahu) dia bukanlah Hyun Ji, tapi Tae Hwan-ah, tolong izinkan dia berada di sisiku, dan hidup sebagai Hyun Ji." Ae Ri memohon kepada Tae hwan yang masih menatapnya tidak percaya.

"Kenapa harus sebagai Hyun Ji? Hyun Ji itu sudah tiada. Tolong, jangan berharap Hyun Ji akan kembali."

"Oleh karena itu, dia akan hidup menggantikan Hyun Ji. Aku tidak bisa hidup tanpa Hyun Ji. Aku mohon Tae Hwan-ah." Tae Hwan menatap ibunya yang memelas, ia sebenarnya juga tidak tega melihat ibunya seperti itu, ia sangat terpukul setelah kepergian Hyun Ji, beberapa bulan yang lalu setelah Hyun Ji pergi saja ia masih tidak bisa merelakannya, ia hanya bisa berdiam diri sambil menangis sesenggukan.

"Tapi itu hanya akan menyiksaku, aku tidak bisa menganggapnya sebagai Hyun Ji. Karena dia bukanlah Hyun Ji." Lalu Tae Hwan pergi begitu saja meninggalkan ibunya.

"Tae Hwan-ah. Tae Hwan-ah." Ae Ri memanggil-manggil Tae Hwan. Namun Tae Hwan tetap tidak menghiraukannya.

Ae Ri kembali masuk ke dalam ruang rawat inap dengan muram. Ia mendekati gadis itu.

"Eomma, dari mana?" Panggil Yena dengan nada lirih. Ae Ri menatap Yena lamat-lamat. Dia sudah memanggilku eomma, apa yang harus aku lakukan?

"Eomma." Panggil gadis itu kedua kalinya membuat Ae Ri terhenti dari lamunannya.

"Iya, Hyun Ji-ya." Jawab Ae Ri.

"Apa namaku Hyun Ji?" Ae Ri menahan tangisannya agar tidah terpecah. Ia sudah bertekad untuk menganggap gadis itu sebagai anak sendiri dengan nama Hyun Ji. Nama yang sama dengan anak kandungnya yang telah tiada.

"Nee, namamu Hyun Ji."

"Eomma, tolong jangan tinggalin Hyun Ji. Hyun Ji tidak mau sendiri."

"Eomma akan selalu disisi Hyun Ji." Ae Ri mengusap pipi Yena. Sedangkan Yena hanya tersenyum.

Aku tidak mungkin meninggalkan gadis ini sendirian disini, dia sudah tidak punya siapa-siapa. Aku yang sudah menabraknya, maka aku juga harus bertanggung jawab.

♪♪♪♪

 
Lima hari setelah Yena sadarkan diri, ia dibolehkan untuk pulang ke rumah. Yena sudah tidak tahan berada di rumah sakit terus menerus, sehingga ia meminta Ae Ri untuk pulang bersamanya. Awalnya Ae Ri melarangnya karena keadaanya belum pulih total, namun Yena mengatakan bahwa ia sudah baik-baik saja, ia hanya merasa sedikit pusing dikepalanya tetapi akan segera pulih dengan meminum obat yang diberikan dokter. Akhirnya Ae Ri menuruti keinginannya.

Ae Ri dan Yena keluar dari rumah sakit. "Hyun Ji, kita naik taksi ya, mobil eomma lagi diperbaiki."

"Iya, tidak apa-apa eomma." Yena tersenyum lebar. Ae Ri memesan taksi, dua menit mereka menunggu akhirnya taksi itu datang kemudian mereka menaiki taksi tersebut.

"Eomma, kita jalan-jalan sebentar ya. Hyun Ji ingin refreshing, bosan di rumah sakit terus." Yena meminta dengan wajah imutnya.

"Baiklah." Jawab Ae Ri dengan senang hati.

"Eomma, aku mau tanya, dulu aku itu bagaimana? Aku tidak ingat apapun, bahkan tentang diriku sendiri, namaku sendiri saja aku tidak ingat." Tanya Yena tertunduk muram.
Ae Ri menatap Yena prihatin, ia kemudian tersenyum untuk menenangkan. "Kamu itu dulu tidak seceria sekarang, tapi kamu adalah orang yang sangat menyayangi keluarga, terutama oppa mu."

"Oppa? Aku punya oppa?."

"Ne (Iya)."

"Seperti apa dia? Apa dia tampan?" Tanya Yena antusias.

"Orang yang sempet datang ke rumah sakit itu adalah kakakmu."

"Benarkah? Ternyata Oppa tampan juga ya. Tapi kenapa dia tidak jadi masuk dan menjengukku?"

"Waktu itu dia ada urusan mendadak. Banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan." Jawab Ae Ri berbohong.

"Memangnya apa pekerjaan oppa?"

"Dia adalah seorang idol terkenal."

"Jinjja? Dia seorang idol? Aku jadi tidak sabar ingin bertemu dengannya." Kata Yena dengan tatapan berseri-seri.

Taksi yang mereka tumpangi berhenti di salah satu pusat perbelanjaan di Seoul. Yena berseru takjub, Ae Ri yang disebelahnya hanya tersenyum melihat tingkah laku gadis itu. Setelah memasuki mall, mereka memilih-milih pakaian yang menurut mereka cocok.

"Eomma lihat, baju ini cocok kan dengan Hyun Ji?" Tanya Yena setelah mencoba baju itu di kamar pas seraya bergaya selayaknya model.

"Kamu cantik sekali memakai baju itu. Kamu terlihat seperti model."

“Benarkah?” Ae Ri hanya mengannguk sambil tersenyum, Yena juga ikutan tersenyum. “Hyun Ji, lihat jepit rambut ini, sepertinya serasi sekali dipakai di kepalamu. Sini eomma pakaikan.” Ae Ri memakaikan jepit rambut itu di kepalanya, kemudian Ae Ri membeli jepit rambut itu. Kemudian mereka melanjutkan jalan-jalan menyusuri pusat perbelanjaan, hingga tiba disebuah toko ponsel.

“Hyun Ji, apa kamu mau membeli ponsel? Ponselmu kan rusak saat kamu mengalami kecelakaan.”

“Eomma mau membelikanku ponsel?” Yena malah balik bertanya.

“Iya.” Jawab Ae Ri singkat.

“Baiklah.”

Setelah selesai memilih-milih pakaian, dan membeli ponsel mereka pergi ke cafe terdekat dari pusat perbelanjaan tersebut.

“Hyun Ji mau makan apa?” Tanya Ae Ri.

“Apa saja boleh?”

“Baiklah eomma pesankan sandwhich saja ya.” Yena hanya mengangguk. Tidak lama kemudian pesanan yang mereka pesan datang. Yena langsung memakannya dengan lahap.

"Ini lezat sekali, berbeda dengan di rumah sakit." Yena terus saja memuji-muji makanan tersebut bahwa makanan itu sangat enak. Ae Ri yang melihatnya lagi-lagi tertawa pelan.

“Kamu boleh memakan apapun sepuasnya?” Tawar Ae Ri dengan senang kepada Yena, karena sepertinya sangat menikmati makanannya.

“Benarkah? Kalau begitu, aku mau memesan satu sandwhich lagi.”

“Baiklah, akan eomma pesankan lagi.” Yena mengangguk senang.

Belum juga Yena menghabiskan makanan yang ia pesan. Tiba-tiba saja kepalanya merasa sedikit pusing.

"Aah." Yena memegangi kepalanya yang terasa pusing itu.

Ae Ri langsung memegang bahu Yena dengan cemas. "Hyun Ji, kamu baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja, hanya sedikit pusing, kita pulang saja ya eomma."

"Baiklah." Ae Ri menuntun Yena keluar cafe.

Jangan lupa vote dan comment cerita ini ya biar penulis tambah semangat nulisnya. Dan juga follow @Stella_Luna31

Sampai jumpa hari Rabu~

Sing for You [Hiatus]Where stories live. Discover now