BAB 62 Mungkin ini Yang Terakhir

40 10 1
                                    

Jung Soo yang berbaring di ranjang rumah sakit, belum juga sadarkan diri. Ye Seul masih menunggu dan ketiduran di sebelah Jung Soo.

Jung Soo mulai membuka matanya, namun kepalanya masih sangatlah pusing. Ia menatap ke seluruh ruangan. 'Bagaimana bisa aku di rumah sakit?' Lalu pandangan Jung Soo beralih ke seorang gadis yang ketiduran di sebelahnya. "Ye Seul."

Ye Seul terbangun saat merasa ada yang memanggilnya. "Jung Soo-ya, kau sudah sadar."

"Kenapa kau bisa ada di sini?"

"Aku yang telah membawamu ke rumah sakit, saat aku menelponmu aku khawatir terjadi sesuatu padamu. Jadi aku langsung mencarimu."

"Gomawo, Ye Seul-ah." Ye Seul hanya tersenyum.

"Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa sudah agak baikan?"

"Aku masih pusing sekali, tapi agak baikan."

"Terus bagaimana dengan keluargamu dan juga teman satu grupmu? Mereka tidak tahu jika kau sakit. Aku akan menghubungi mereka." Ye Seul mencoba untuk menelepon Tae Hwan, namun tangan Jung Soo menahan Ye Seul.

"Hajima (jangan)."

"Wae (Kenapa)?"

"Bisakah hanya kau saja yang menemaniku? Jebal (Ku mohon)."

"Baiklah." Ye Seul pun menuruti perkataan Jung Soo.

♪♪♪♪

Tae Hwan, Ji Hoon, dan Dae Ho merasa panik karena dari kemarin Jung Soo tidak ada kabar. Sejak dari resort ski, Jung Soo belum kembali ke asrama.

"Sebenarnya ke mana sih dia? Dari kemarin tidak bisa dihubungi," kata Ji Hoon dengan kesal.

"Mungkin dia pulang ke rumahnya. Tapi dia juga tidak memberi kabar," balas Tae Hwan.

"Tuh anak, emang kadang pergi seenaknya saja. Dia tidak tahu kalau yang di sini itu khawatir," kesal Dae Ho.

"Bagaimana kalau kita ke rumahnya?"

"Aku rasa tidak perlu. Kalau dia memang pulang ke rumah. Berarti dia baik-baik saja."

"Tapi dia kan juga harus kembali ke asrama, kita harus membawanya ke sini."

"Benar Juga."

Mereka bertiga pun akhirnya sampai di depan rumah Jung Soo dengan gerbang yang tertutup rapat. Lalu mereka turun dari mobil mereka. Di saat bersamaan, juga ada mobil sport yang berhenti di depan mereka. Dan seseorang turun dari mobil itu.

"Bukannya kalian adalah teman satu grup Jung Soo," kata Jung Hwa.

"Anda siapa ya?" tanya Ji Hoon.

"Aku kakaknya Jung Soo, namaku Jung Hwa." Mereka bertiga hanya melongo, sudah empat tahun mereka bersama, tapi dia tidak pernah tahu Jung soo punya kakak. Itu karena Jung Soo memang tidak pernah bercerita tentang keluarganya.

"Kalau begitu, ayo masuk dulu. Mobilnya di parkir di dalam saja."

"Tidak perlu, kami ke sini hanya mau menjemput Jung Soo. Apa dia ada di rumah?"

"Aku tidak tahu, coba aku tanyakan ke satpam." Jung Hwan pun berjalan masuk dan menghampiri satpam. "Apa Jung Soo ada di rumah?"

"Tidak tuan."

"Kau tahu di mana dia?"

"Tidak tuan," jawab satpam itu berbohong, padahal beberapa menit lalu Jung Soo telah menelpon satpam itu, dan melarangnya agar tidak mengatakan kepada siapapun bahwa Jung Soo sakit.

Jung Hwa kembali berjalan menghampiri tiga orang itu.
"Jung Soo tidak ada di rumah. Ke mana dia ya? Apa kalian sudah mencoba menghubunginya?"

"Sudah, tapi dia tidak bisa dihubungi," jawab Tae Hwan.

"Aku mengerti. Aku akan coba cari dia."

"Kalau begitu, kami permisi dulu," kata Ji Hoon.

♪♪♪♪

Ye Seul masih menemani Jung Soo di rumah sakit. Ia melihat Jung Soo yang tidak berselera makan, Jung Soo hanya menatap ke makanan yang ada di depannya.

"Kenapa belum juga dimakan?" tanya Ye Seul.

"Aku tidak berselera makan."

"Tapi kau harus makan, supaya kau cepat sembuh."

"Bagaimana bisa aku makan sedangkan kau juga dari tadi belum makan."

"Aku tidak apa-apa."

"Ayo kita makan di kantin saja, dan kau harus menemaniku makan."

"Baiklah."

Jung Soo langsung memakan sandwich dengan lahap. Energinya kini sudah pulih kembali.

"Makanan di sini lebih enak daripada makanan rumah sakit. Aku jadi lebih sehat."

"Syukurlah. Kalau begitu, makanlah sepuasnya."

"Ye Seul-ah, setelah ini aku mau pulang saja. Aku tidak mau kelamaan di rumah sakit."

"Tapi kondisimu kan..."

"Kau lihat aku makan selahap ini. Aku sudah baik-baik saja."

"Baiklah."

"Aku juga tidak bisa terus membiarkanmu menemaniku. Kau kan juga punya pekerjaan penting."

"Itu tidak masalah kok."

"Ye Seul-ah, setelah ini kau pulang saja. Kau juga harus beristirahat."

"Tidak, aku akan mengantarmu pulang dulu."

"Kau ini memang perhatian ya." Jung Soo menatap Ye Seul sehingga membuatnya jadi salah tingkah.

"Hah? Itu hanya..."

"Sepertinya kau memang benar-benar menyukaiku."

"Tidak, kau jangan kepedean deh."

"Tapi waktu itu kau kan menyatakan perasaanmu padaku." Wajah Ye Seul memerah, namun Jung Soo malah terkekeh pelan.

"Kenapa kau malah tertawa?"

"Kau lucu sekali, wajahmu sangat merah tuh."

"Benarkah?" kata Ye Seul sambil memegang wajahnya.

"Kau memang benar-benar menyukaiku. Ayo pergi." Jung Soo beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendahului Ye Seul yang masih duduk di kursi dan masih merasa malu.

♪♪♪♪

Jung Soo dan Ye Seul sampai di rumah Jung Soo setelah pulang dari rumah sakit. Mereka duduk di sofa begitu sampai di rumah.

"Jung Soo-ya, kenapa kau tidak pulang ke asrama?" Jung Soo merasa kebingungan menjawab pertanyaan Ye Seul. "Tidak ada apa-apa, itu karena aku jarang pulang ke rumah. Dan aku mau menghabiskan waktu beberapa hari di rumah," jawab Jung Soo asal.

Pandangan Ye Seul teralihkan pada sebuah biola yang terpajang di lemari kaca.

"Wah ada biola." Ye Seul pun mengambil biola itu dari lemari kaca.

"Apa kau bisa memainkan biola?" tanya Jung Soo.

"Tentu saja, aku suka memaikan biola." Ye Seul pun mulai menggesek biola itu hingga terdengar alunan yang sangat indah.

Jung Soo terpukau melihat Ye Seul yang begitu anggun memainkan biola dengan nada yang benar-benar menyentuh hati. Kecantikan Ye Seul juga semakin terpancarkan dari dalam dirinya.

"Ye Seul-ah, apa kau mau berduet lagi denganku kali ini? Aku benar-benar ingin melakukannya satu kali saja, sebelum semuanya benar-benar berakhir."

"Apa maksudmu? Apanya yang berakhir?" tanya Ye Seul bingung.

"Maksudku ayo sekarang kita berduet."

"Baiklah."

Jung Soo duduk di depan pianonya sedangkan Ye Seul siap dengan biolanya. Ye Seul mulai menggesekan biolanya sebagi intro setelah itu di lanjutkan dengan alunan piano Jung Soo. Setelah itu mereka mulai bernyanyi.

Hati Jung Soo merasa sangat tenang saat bernyanyi dengan Ye Seul. Ia masih sangat ingin terus bernyanyi, namun keinginanya tersebut tidak terjadi. Ia harus merelakan mimpi dan hobinya demi ayahnya.

Annyeong!! Jangan lupa untuk vote dan comment ya^^

See you~

Sing for You [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang