part 3: Trio babu Nindi

1.8K 365 60
                                    

-Trio Babu Nindi-

Tiga cowok yang awam soal menyembuhkan seseorang yang mabuk kecubung tidak punya cara lain, selain membawa gadis mabuk itu ke UKS, itu pun di UKS tidak ada pengurusnya, sebab jam pelajaran masih berlangsung, otomatis pengurus UKS pun sedang mengikuti kegiatan pembelajaran.

Untuk kali ini, sebut saja mereka Trio Banin, Trio Babu Nindi. Tapi, untuk dilain hari, mereka ogah disatukan sebagai trio. Hanya Nindi yang sukses membuat tiga cogan akur dan berinteraksi layaknya tak pernah ada masalah di masa lalu, saling membagi tugas, bahu membahu menyadarkan Nindi yang tak kunjung terbuka kesadarannya.

Radit sibuk menyeduh teh hangat, sementara Mahes dan Dimas bergumul dengan P3K dan kotak obat.

"Ketemu!" seru Dimas sambil melompat-lompat kegirangan. Se-kaplet kapsul bewarna orange telah berada di tangannya.

"Obat apaan tuh?" Mahes bertanya bingung, pasalnya setahunya obat itu bukan diperuntukkan menyembuhkan mabuk.

"Mencret."

Tangan Mahes yang gatal ingin menjitak si bedebah jahanam itu, langsung menuruti naluri tangannya."Dia lagi nge-fly! Bukan sakit radang tenggorokan, pinter!" protesnya dengan memasang ekspresi seberigas serigala.

"Sakit diare Hes!" kata Dimas, membenarkan ucapan Mahes yang salah."Lagian ini bukan buat si kerak WC! Ini buat gue yang mencret! Ngerti kaga?" imbuh Dimas, kemudian melangkah menuju dispenser.

Sementara si gadis nge-fly kini sudah tak lagi ketakutan, dan kian aneh saja karena gadis itu hanya berdiri menempel ditembok dengan pandangan kosong. Entah apa yang sedang gadis itu halusinasikan.

Ketiganya berbondong-bondong menghampiri sang majikan, dengan menyodorkan masing-masing apa yang mereka temukan di ruangan beraroma obat-obatan itu. Radit dengan segelas teh panasnya, Mahes menyodorkan minyak kayu putih dan Dimas yang kini telah siap dengan obat antipusingnya. Namun si gadis tak juga menanggapi mereka.

"Nindi, lo kenapa lagi?" kata Radit dengan kesabaran yang tersisa sedikit.

"Lho, aku 'kan cicak." respon serta ekspresi polos gadis itu membuat ketiga cogan itu memunculkan ekspresi jengkel. Terlintas keinginan untuk mengguyur gadis itu dengan teh panas, namun hati Radit terlalu peri untuk melakukannya.

"Gue pamit dulu, ada urusan mendadak," cetus Radit, lalu meletakkan segelas teh itu di sebuah nakas. Berlenggang tanpa menyetujui izin pamit dari Mahes atau pun Dimas.

"Gara-gara nih, cewek, gue jadi lupa mau berak," celetuk Dimas, memasang wajah melasnya, kamudian berlenggang keluar UKS.

Otomatis yang tersisa tinggal Mahes dan Nindi, hanya berdua tentu saja. Mendadak Mahes gugup kala memandangi wajah polos gadis itu, jantungnya memompa sangat cepat, serta telapak tangannya yang seperti membeku. Mengapa mendadak reaksinya seheboh ini? Dia hanya Nindi. Tetap Nindi yang menyebalkan!

"Tiduran gih!" Akhirnya Mahes bersuara setelah sekian menit bercumbu dengan kecanggungan.

Nindi tak merespon, barangkali dia sedang berlagak seperti cicak yang kerjaannya terdiam di tembok seraya menunggu mangsa lewat.

"Hei! Tiduran!" Sekali lagi. Nihil, Nindi tetap bergeming.

Mahes mendengkus gusar, lantas tangannya mencekal pergelangan tangan Nindi."Gue geret paksa Nih!" ancam Mahes, yang jelas tak dipedulikan gadis itu. Mau tidak mau, Mahes menyeret gadis yang kontan memberontak itu, namun tidak berteriak heboh seperti sedia kala, memang cicak macam apa yang berteriak ketika ditangkap?

"Apa gue harus ngomong bahasa cicak biar lo paham?" tanya Mahes disela-sela menyeret gadis itu.

"Yah! Buntut aku copot!"

GUE CANTIK, LO MAU APA?! (End)Where stories live. Discover now