Part 25: Pacar ganteng, bikin Insecure

1K 246 115
                                    

Part 25: Pacar ganteng, bikin Insecure

"Mau nangis, ini Dimas ganteng banget! Gue harus cetak nih foto segede Billboard, terus gue pajang di pinggir jalan. Kayaknya dibuat spanduk, terus dipasang depan gang bagus juga. Wajib banget!" Pekikan heboh itu bersumber dari Misel yang sedari tadi histeris dengan penampakan yang ada di layar ponselnya.

Nindi bergidik jijik, selain karena suaranya mendominasi di lorong sekolah, Misel juga tampaknya kesetanan. Andai di sekolah ada ekskul dukun, mereka pun pasti bakal kewalahan menghadapi manusia setengah Syaiton ini.

"Lebay," cibir Nindi.

Sebetulnya Nindi masih sangsi dengan gadis di sampingnya ini. Ia merasa, kedekatannya dengan Dimas tengah dimanfaatkan. Yang paling memuakkan, dia seolah menggunakan kedekatan Nindi dengan Mahes untuk cari perhatian. Sulit bagi Nindi untuk menahan berang, ia selalu gemas kala Misel berusaha menarik perhatian Mahes. Seperti yang dulu-dulu, Nindi ingin menamparnya, menjambak rambutnya, memutilasinya, mencincangnya, dan menjadikan dia makanan dinosaurus.

"Eh, lo pasti udah puas foto bareng sama Dimas?"

Memangnya Dimas siapa? dan kenapa Nindi perlu foto bareng sama Dimas? Maaf, selera idola Nindi sekelas Oh Sehun.

"Nggak pernah."

"Ya, kali nggak pernah?"

"Tanyain aja ke orangnya."

Terdengar helaan napas dari Misel."Harusnya lo gunain kesempatan deket sama Dimas buat pansos," ujar Misel, teramat menyayangkan tingkah Nindi.

"Nggak perlu followers, berak dengan tenang tanpa hambatan udah bikin hidup gue sejahtera, aman, bahagia, dan sentosa."

"Ah, bisa aja lo Nin."

Ugh, agaknya dia belum pernah menahan panggilan alam di tempat umum. Sungguh, itu musibah paling menyedihkan dibanding putus dengan pacar. Pasalnya, menyangkut harga diri. Bayangkan kalau cepirit?

Setelahnya, tak ada percakapan di antara Nindi dan Misel. Hanya suara langkah masing-masing yang menemani perjalanan mereka menuju kelas.

Ditengah santainya melangkah, tiba-tiba ia dibuat terhuyung membentur bahu Misel karena senggolan yang disengaja dari belakang. Ia juga merasakan seragam bagian pinggangnya ditarik, hingga keluar dari lilitan ikat pinggangnya. Nindi mendelik kesal melihat seragam bagian pinggangnya yang tak rapi. Lalu menyorot pelaku yang melangkah di depannya. Namun amarahnya surut dalam sekejap kala memandang sosok jangkung yang jadi pelaku itu.

Tio. Nindi membatin menyebut namanya.

Senyum miring tak surut barang sedetik pun kala lelaki itu menatapnya. Barulah, ketika di makan jarak, Nindi tak melihatnya senyum menyebalkannya tadi.

"Sok keren amat! Ganteng kaga, kayak bekangtan iya!" komentar Misel.

Ia cepat-cepat merapikan kembali seragamnya sebelum Misel menyadarinya. Ia tak ingin Misel tahu masalahnya. Ia masih cukup ragu dengan Medusa yang satu ini.

Nindi segera berlari menuju bangkunya di mana ada Radit di sana. Pemuda itu tengah merebahkan kepalanya di meja dengan mata terpejam, kacamatanya tak ia pakai, diletakkan tak jauh dari kepalanya.

Tangan Nindi terangkat mengelus rambut Radit, membuat mata lelaki itu mengerjab, lantas mencekal tangan Nindi.

"Maaf, tiba-tiba Misel jemput," kata Nindi, dengan air muka sedihnya.

"Santai, gue juga bawa motor. Nanti pulang bareng gue." Radit meresponnya seraya tersenyum, tangannya juga tak melepas genggaman di tangan Nindi.

"Kenapa lo? Pagi-pagi udah tepar aja."

GUE CANTIK, LO MAU APA?! (End)Where stories live. Discover now