Part 49: Udah sah, kenapa nggak?

1.5K 202 46
                                    

Part 49: Udah sah, kenapa nggak?

Satu tahun enam bulan berlalu.

Hari Minggu menjadi hari bersantai bagi Mahes. Di mana tidak ada jadwal kuliah (tugas tetap numpuk), pekerjaan membantu sang kakak mengurus usaha skincare dialihkan ke karyawan lain, dan semua kegiatan melelahkan seperti menjadi kacung kucing sementara tak beroperasi. Tidak heran jika pada hari Minggu Mahes tak terlihat keluyuran di kompleks, atau minimal grusak-grusuk di rumah sebelah seperti tikus.

Seharian ini ia hanya berkurung di kamar layaknya introvert, tak ia lihat wajah perempuan yang ia cintai. Persetan, sebentar lagi pasti gadis itu datang dengan kebrutalannya membuka pintu kamar Mahes lalu bertanya,"ada makan nggak?" Kalimat itu yang selalu ditanyakan saat dia berkunjung ke rumah Mahes.

Mahes dibuat jantungan saat pintu kamarnya didobrak, padahal pintu itu tak kunci. Ponsel di tangannya hampir saja melayang pada sosok yang kini tampak di daun pintu.

"Ada cemilan nggak?"

Selalu pertanyaan itu yang terlontar dari bibirnya, tak pernah sekali pun dia menanyakan "keadaan tunangannya barangkali, atau ada cerita apa di kampus kemarin? atau apa keluh kesahnya hari ini?"

"Di dapur, Sayang."

"Oke, makasih." Perempuan dengan rambut sabahu itu main melipir tanpa ada ucapan romantis barangkali, padahal Mahes sangat ingin mengajaknya berbicara serius.

"Mami sama Papi nggak ada, rumah sepi," monolognya.

Kalau diingat-ingat, orangtuanya sudah pergi sejak tadi pagi, kenapa ia tidak menggunakan waktu ini untuk bermesraan dengan tunangannya? Tepat sekali gadis itu tengah berada di rumahnya. Waktu yang tepat untuk menggodanya.

Lantas ia beranjak dari posisi rebahannya, kemudian gegas menyusul gadis itu di dapur. Mengintip dari pintu pembatas antara ruang tengah dan dapur, ia menyaksikan betapa gadis itu sangat sibuk dengan isi di dalam toples, duduk di kursi meja makan tanpa malu-malu menghabiskan apa pun yang ada di sana, tidak seperti ketika pertama kali gadis itu masuk sembarangan ke rumah ini.

"Beda banget sekarang, kalau dibilang berubah, dia agak kurang ceria dan kurang berinteraksi sama gue."

Satu rahasia yang masih disembunyikan oleh mereka berdua pada khalayak ramai sejak pertunangan mereka satu tahun yang lalu, yaitu pernikahan sah secara agama mereka. Orang-orang selain keluarga hanya tahu mereka bertunangan, padahal mau tidur bareng juga tidak masalah. Hanya saja keluarga mereka telah membuat kesepakatan, yaitu dilarang serumah jika belum menikah sah secara hukum. Kasarnya dilarang membuat anak.

Peraturan yang aneh, pikir Mahes.

Banyak pertanyaan yang berputar-putar di otaknya, salah satunya perihal "mengapa gadis itu berubah tak seceria dulu?" Beribu dugaan muncul diotaknya, seperti ....

"Apa dia nggak bahagia sama gue? Apa gue terlalu ngekang dia? Apa dia masih pengen bebas kayak temen-temennya? Atau jangan-jangan dia selingkuh?"

Pertanyaan terakhir itu membuatnya kalang kabut, setelahnya ia berlari menghampiri perempuan yang bisa dibilang istrinya itu.

"Nindi?" panggilnya.

"Iya, kenapa?" Gadis itu menjawab dengan mulut mengunyah keripik singkong.

Mahes duduk di kursi kosong sebelah gadis itu, dan menatap penuh selidik tunangannya.

"Kamu nggak merasa ada yang salah sama diri kamu? Kamu sering merasa kesepian, diganggu makhluk halus atau depresi?"

"Iya, aku habis semedi di kuburan sih, mungkin ketempelan dikit."

GUE CANTIK, LO MAU APA?! (End)Where stories live. Discover now