Part 48: Menuju ending

767 160 42
                                    

Part 48: Menuju ending

Nindi jelas saja melarikan diri dari ibu-ibu yang menuduhnya selingkuhan bapaknya alias selingkuhan mayat itu. Keluar dari ruang IGD seperti kerasukan, penampilannya yang acak kadut dan isakan kerasnya makin meyakinkan siapa saja yang menyaksikan yakin bahwa Nindi tengah kerasukan Jin Iprit, terutama keluarga Mahes. Namun Nindi mana peduli pada mereka, yang penting dirinya bisa bebas dari kejaran wanita itu sekaligus menghilang karena malu telah memeluk mayat kakek-kakek, alih-alih mayat Mahes. Memangnya Mahes benar-benar meninggal? Itu yang jadi pertanyaan disela-sela berlari di koridor sepi rumah sakit itu.

Lagi-lagi ia tidak tahu tujuan, yang penting lari dan terbebas dari wanita yang meneriakinya. Namun tiba-tiba saja ia dibuat membeku layaknya ikan di freezer saat melihat penampakan, penampakan yang lima kali lebih menakutkan dibanding hantu Nenek Gayung, Tuyul, Poci, Mbak Kunti, atau bahkan Valak. Beberapa kali mengucek mata sembabnya barangkali matanya berhalusinasi, namun ternyata penampakan itu tak juga hilang. Penampakan yang menyerupai Mahes, persis seperti Mahes dengan tubuh utuh sempurna, atau tanpa goresan luka kecelakaan. Konon kalau benar penampakan hantu, kakinya tak menginjak tanah, tetapi penampakan yang ini justru kakinya menempel tanah, melangkah dengan santainya dengan wajah sayu. Ajaib sekali hantu ini.

Sementara, ketika jarak mereka menipis, barulah hantu Mahes benar-benar menatap Nindi dengan mata membulat dan mulut menganga. Nindi pikir, itu adalah bagian dari aksi menakut-nakuti, jadi Nindi berteriak ketakutan. Hantu itu semakin gencar menakut-nakutinya dengan berlari tunggang langgang mendekat padanya. Alih-alih melarikan diri dari hantu itu, Nindi justru kian terpaku tak mampu beranjak dari posisinya berdiri, malah memilih menutup wajah, sebab dirasa tak berguna melarikan diri, ia sudah terlanjur terjebak bersama wanita gila dan hantu menyeramkan itu.

Terasa sentuhan hangat di bahu dinginnya, entah tangan si wanita atau hantu Mahes. Sempat-sempatnya ia berpikir jika kulit hantu pasti dingin, jadi yang menyentuhnya ini pasti wanita itu.

"Astaga! Lo ngapain main hujan-hujanan begini?! Gila lo ya?! Tolong banget jangan nambah beban gue! Pulang gih!"

Nindi terperanjat karena bentakan yang ia dapat dari suara familiar, persis terdengar seperti suara Mahes. Antara percaya dan tidak, karena katanya Mahes meninggal, mana mungkin hantu rela mengeluarkan effort hanya untuk mengomel?

"Nindi, jawab gue! Ngapain di sini?!" gertak laki-laki itu lagi.

Nindi kian dibuat takut, badannya bergetar bersamaan dengan isakan yang semakin terdengar lara.

Selanjutnya, telapak tangannya dipaksa menyingkir dari wajahnya oleh tangan kasar lelaki di hadapannya. Walhasil wajah lusuh nan mata sembabnya terpampang sangat jelas, dan netranya pun bisa menangkap samar sosok dihadapannya.

"Ini gue, Mahes. Lo ngapain di sini?!"

Ia mengusap cairan bening yang membuat penglihatannya memburam, saat sosok itu benar-benar jelas terlihat, ia bingung harus menganggap ini halusinasi atau nyata.

"Tadi gue masuk ke IGD, terus gue liat lo mati Hes!" Nindi berbicara terbata-bata, suaranya terdengar bergetar dan sarat akan ketakutan.

"Kalau gue mati, terus yang berdiri di depan lo ini siapa? Arwah penasaran?"

Nindi menggeleng, ia tak bisa menjawab pertanyaan sosok yang entah manusia atau bukan itu.

Terlalu sibuk berurusan dengan makhluk halus di hadapannya, sampai lupa wanita gila itu masih mengejarnya. Suaranya terdengar semakin keras karena jaraknya yang menipis, spontan Nindi bersembunyi di balik punggung lelaki itu, untuk berlindung dari amukan si wanita gila.

GUE CANTIK, LO MAU APA?! (End)Where stories live. Discover now