Part 12: Ketika dihadapkan dengan dua orang yang sama-sama mencintaimu

1.1K 264 67
                                    

Part 12 : Ketika dihadapkan dengan dua orang yang sama-sama mencintaimu, namun salah satunya tak menjadikanmu Ratu. Siapa yang kau pilih?

Mata merah nan tajam milik Nindi tak berhenti menghujam mata elang Mahes, cairan bening meluncur bebas memberi jejak tanda bukti bahwa ia sedang marah sekali kecewa, barang kali. Tulang rahangnya mengeras, begitu pun kepalangan tangannya yang seolah siap menghantap Mahes dengan tinjuannya. Tetapi dia lebih punya kaki yang lebih kuat untuk menendang alat vitalnya, jika dia ingat peristiwa yang dulu. Mahes nyaris sekarat, serasa hendak dijemput yang Maha Kuasa.

Tidak ada kegamangan di garis wajah Mahes, gadis itu tetap jadi lelucon paling lucu, wajah memerahnya membuatnya kian gencar menyebak Nindi dalam emosional tinggi.

"Tahu dirilah! Lo cantik juga kebantu gue!" tukas Mahes. Mungkin ini agak menyakiti Nindi. Ya, namanya juga uji mental, harus juga diserang dengan kejulitan tingkat dewa. Ia yakin, dirinya telah membuat jejak kriminal di otak Nindi, sayangnya Nindi tak pandai dalam hal membenci seorang Mahes.

Tangisnya makin keras, isakannya bak lelucon yang dilayangkan komian, spontan membuat Mahes terbahak geli. Dia sangat menggemaskan dengan hidung merah seperti habis di sengat tawon, mata yang mudah bengkak dan memejam karena tangisnya.

"Dan gue cantik buat lo! Sadar nggak sih?!"

Sungguh? Saat mendengar pertama kali dari mulut Nindi, Mahes terperangah nan memilih membisu. Sejujurnya, Nindi tidak perlu cantik untuk menjadi seleranya, Nindi juga gadis pertama yang membuat Mahes meninggalkan kriteria gadis idealnya. Ya, sebab semenjak memutuskan mencintai Nindi, ia hanya mencari sosok seperti Nindi, sekali pun di diri orang lain.

"Balikin Santi gue Hes!"

Kini, dia seperti anak kecil yang merengek pada ayahnya. Kakinya mengentak-entak keras. Mengakibatkan kebisuan Mahes tak berselang lama, ia pun menjawab,

"nggak bisa Nindi, lo nggak bisa jaga pemberian gue. "

"Bisa! Gue bisa!"

Demi mengujinya, ia rela menahan iba untuk merengkuh gadis itu. Sekaligus ia ingin tahu, seberapa berharga kucing ini bagi Nindi. Ia pun memutuskan berlenggang melewati Nindi yang kian histeris, sampai akhirnya gadis itu nekad memeluk kaki Mahes dan menggoyang-goyangkannya.

"Jangan! Atau gue teriak!"

Hoho, gadis itu mencoba mengancamnya? Kalau gadis itu ingat, salah satu sifat Mahes adalah paling tegaan. Jadi jangan ada kalimat, 'lo tega banget sama gue', karena Mahes tak akan terpengaruh.

"Apaan sih, kayak anak kecil!" Meski ini akting, tapi Mahes tak berani menendang Nindi agar melepas kakinya. Ia dengan lembut melepas tangan Nindi yang melilit kakinya. 

Maka setelah berhasil menyingkirkan Nindi, ia dengan kilat berlari menuju rumahnya, segera menutup pintu sebelum Nindi menderap seperti tengah kesetanan.

Mahes tidak bisa untuk tak tertawa, sebelum akhirnya ia mencoba bersembunyi di kamar, sebab ia yakin, Nindi akan mencarinya walau ke ujung dunia sekali pun.

Selang beberapa menit, seruan dari ibunya yang kedengarannya geram membuat Mahes yakin, Nindi kini berada di luar. Pasti dia telah meracuni ibunya dengan air matanya.
"Mahes! Balikin kucing Nindi! Sekarang!" Suara ibunya tegas penuh intruksi, namun tetap cempreng. Suaranya sangat dekat, mungkin dibalik pintu kamar ia langsung disambut tatapan ganas ibunya, dan benar saja. Wanita itu siap dengan tangan syurga yang siap menjewer telinga budek puteranya itu.

"Kamu ya! Kayak anak kecil!" sergah ibunya serta langsung menghadiahi jeweran di telinga.

Sia-sia menahan erangan di mulut, pada akhirnya mulut menjerit sebagai reaksi kesakitan.

GUE CANTIK, LO MAU APA?! (End)Where stories live. Discover now