Part 9 : Pacar baru Mahes

1.3K 278 73
                                    

Part 9 : Pacar baru Mahes

Seseorang membuka kasar pintu kelas hingga menimbulkan suara pintu yang terbanting. Spontan beberapa orang di dalamnya yang semula sibuk dengan urusan masing-masing berfokus pada sosok yang tak tampak kehipangan kesabaran itu.

Mereka melihat sosok Mahes dengan wajah semerah tomat, napas menderu tidak normal seperti habis melakukan lari marathon. Tatapannya kosong seperti tengah dikendalikan syaiton, atau memang dia sedang kerasukan penunggu sekolah. Dengan langkah tak santai pula, ia menghampiri gadis berambut cokelat sebahu, gadis itu terlihat sibuk menyalin tugas dari buku temannya. Sialnya, kegiatannya terhambat oleh kedatangan Mahes. Namun, masih bisa ditoleransi jika Mahes yang menganggunya, andai orang lain, siap-siap jadi daging giling.
"Oh, iya, kenapa Hes?" Gadis itu tersenyum manis, sembari menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga, dia sangat anggun dan cantik. tentu semua lelaki menyukainya, kecuali Mahes, catat, kecuali Mahes! Namun ....

"Lo harus jadi pacar gue!" Perintah lantangnya sukses membuat seisi kelas terkaget-kaget, tak terkecuali gadis cantik itu, dia malah mendadak jantungan dan tremor. Teman sebangku gadis itu sibuk mengipasinya dengan buku tulis agar dia kembali normal.

Ini fenomena langka, seperti gerhana matahari yang terjadi seratus tahun sekali. Gadis bernama Zana itu telah berulang kali Mahes tolak, berulang kali mengejar, namun tetap tak tergapai, seperti abang ojek yang terlanjur pergi dengan ongkos yang harusnya ada kembalian, dia tak tergapai. Setelah Zana mulai melupakan Mahes, dengan seenaknya Mahes kembali. Bak puting beliung, Mahes memporak porandakan Zana dan hatinya. Membuatnya bertingkah seperti kesetanan.

"Nggak mau, bodo amat! Bisa cari yang lain!"

Dalam sejarah dunia percintaan, adakah seseorang ketika meminta seorang gadis menjadi pacarnya,menggunakan nada bicara ketus dan kasar? Ada? Mungkin hanya Mahes, berbicara tidak ada sopan santunnya, tidak ada kelembutan dalam tuturnya, main memerintah seenaknya, dan masa bodoh bila ditolak. Agaknya Mahes harus berguru pada ahlinya, Vicky Prasetro.

"Eh, mau dong! Masa gue tolak," sambar Zana dengan senyum mekar yang manis. Sayangnya, tetap tak menumbuhkan ketertarikan di lubuk hati Mahes.

"Bagus."

Hanya satu kata sebagai tanggapan, tidak ada reaksi senang sebagaimana seseorang yang habis diterima cintanya, justru ekspresinya seperti dicambuk keresahan. Tentu, tanggapan Mahes membuat Zana tidak begitu senang. Dia gadis yang cukup pintar, sialnya mendadak bodoh jika terlanjur mengenal cinta. Padahal dia tahu, Mahes tidak bersungguh-sungguh menembaknya, namun akalnya berpikir, 'meski Mahes bermain-main, barangkali suatu saat, Mahes berubah bersungguh-sungguh mencintainya'.

Khayalan Zana terlalu novel sekali, yang alurnya cinta sepihak, berubah saling mencintai. Namun, mari kita lihat, seberapa lama hubungan ini bertahan.

"Hes, nanti jalan yuk."

"Nanti? Nggak dulu. Bye!"

BYE! Kata itu terngiang-ngiang di otak Zana, bahkan semisal amnesia pun, kata itu akan melekat disisa-sisa memorinya. Betapa ketusnya Mahes menolak, padahal status sudah di upgrade. Sangat akhlakless, bukan?

****

Ia baru menyesali perbuatan konyolnya tadi setelah beberapa detik terlewati. Mendadak ia terpaku, mengingat gadis itu kini telah menjadi pacarnya. Sebentar, apakah ini sah? Apakah mulai hari ini, gadis itu boleh dikatakan pacarnya? Bagaimana bisa? Ia melakukannya tanpa sadar, hal ini karena ia kesal pada Nindi, yang entah, alasannya apa sampai Mahes sekacau ini. Bawaannya ingin memacari gadis diseluruh dunia agar Nindi tahu, banyak gadis yang menginginkannya.

GUE CANTIK, LO MAU APA?! (End)Where stories live. Discover now