part 23 : Viral

928 237 74
                                    

Hai, mungkin ini agak sedikit panjang, sekitar 3500 kata. Jadi, semoga tidak bosan:)

.
.
.
.
.

Part 23: Viral

Setiap pukul 5 pagi, otak otomatis hidup kembali setelah mati sementara, dan itu rutin terjadi setiap pagi. Netra pemuda itu perlahan terbuka, mengerjap beberapa kali untuk menormalkan penglihatannya yang memburam. Ada belek di sudut mata sudah pasti, tetapi jangan tanyakan soal iler, karena gaya tidur seorang Mahes selalu ganteng, anti mangap dan mendengkur.

Benda utama yang ia cari setelah bangun tidur tentu ponsel. Karena ruangan ini gelap, ia meraba-raba seluruh sisi ranjangnya, dan tak lama ia berhasil menemukan benda pipih itu.

Dengan posisi terlentang dan selimut yang menyelimuti sebatas dada, ia memainkan ponselnya. Pijar cahaya ponsel itu jadi penerangan satu-satunya saat itu.

Banyak notifikasi yang selalu membuat kedua sudut bibir Mahes naik. Bukan notifikasi chat dari gebetan, atau dari Nindi, tetapi dari calon distributor brand masker kakaknya. Ia yang menangani beratus-ratus orang yang ingin jadi reseller brand masker kakaknya, atau sebut saja admin. Terkadang suka cek-cek orderan di platform jual-beli online, hingga mengurus packing.

Ini pekerjaan yang memalukan? Tentu saja tidak. Harga dirinya tidak akan runtuh karena menjadi karyawan kakaknya sendiri, ia masih merahasiakannya karena pasti akan heboh kalau Mahes adalah adik dari pemilik produk terkenal. Tentu saja ia dibayar, bahkan dua kali lipat dibandingkan karyawan lain, jelas alasannya karena ia adik bos.

Mahes berdecak kagum."Room chat isinya duit semua. Gimana gue nggak kaya! Andai Mami ngebolehi sombong, tas sekolah gue pasti merek Channel, Gucci, Prada sama LV!" molonognya, berbangga diri.

Biasanya Mahes mulai melakukan tugas diluar jam sekolah, terkadang jika suasana hati tak mendukung, maminya yang menggantikan kewajibannya. Sebetulnya, ia bekerja tak terlalu giat, jika memang sedang malas, ia akan meninggalkannya. Namun akhir-akhir ini, ada sesuatu yang mendorongnya untuk giat mengumpulkan uang.

"Apaan nih? notif IG banyak banget!"

Jarinya beralih pada satu platform sosial media. Jarang-jarang notifikasi sosial medianya jebol. Setelah diperiksa, ternyata pengikutnya bertambah cukup pesat, komentar dipenuhi perempuan-perempuan gatal, apalagi Directmassage-nya.

Bukan tanpa alasan tiba-tiba notifikasi ini membludak, hal itu karena video gabut bersama Dimas telah di-upload semalam. Para penggemar Dimas kini menyerbu sosial medianya, dikarenakan ia risi dengan banyaknya komentar dan DM, ia segera mengunci akun sosial medianya, dan menonaktifkan kolom komentar. Nantinya, jika mereka masih gencar memenuhi direct message, terpaksa akun sosial medianya lenyap untuk sementara waktu.

"Nggak ngerti, kenapa gue bisa viral? Padahal ngonten kayak orang dungu!"

Walau Mahes type orang yang cenderung percaya diri di depan kamera, namun ia tak lihai berbicara, apalagi berakting di depan kamera. Ia merasa kala itu ia amat memalukan, seperti orang dungu. Beberapa kali memohon pada Dimas agar mengeditnya pada bagian di mana Mahes teramat menjatuhkan harga dirinya sendiri, namun Dimas bersikeras menolak rengekan Mahes dengan alasan, nggak, ah! Ribet. Udah bagus nih, lo orangnya anti-mainstream banget!

Hei! Anti-mainstream apanya? Bikin hilang feeling yang ada! Harusnya, Mahes tak menyetujui ajakan Dimas, dan lebih memilih jualan masker saja.

Jadi, begini behind the scene-nya

Waktu lebih banyak dihabiskan di kamar Dimas, berjam-jam lamanya dihabiskan untuk mencurahkan keresahan hati Dimas, karena si gadis belum juga menaruh rasa. Sebetulnya Mahes tidak masalah Dimas menceritakan sosok gadis yang disukainya, masalahnya di sini ... gadis yang disukai Dimas, juga disukai, dicintai, disayangi Mahes, pfft.

GUE CANTIK, LO MAU APA?! (End)Where stories live. Discover now