The key card

1.6K 151 0
                                    

Samar samar aku mendengar suara keributan. Entahlah, mungkin karena aku masih setengah tertidur dan belum sepenuhnya sadar.

I wanna close my eyes again. But, fuck! Semua orang berkumpul di dalam kamar ku.

Semuanya. Lengkap, tanpa pengecualian. Bonus dengan delikan dari beberapa orang, sisanya menatapku datar.

Sial!

Mata ku memebelalak lebar.

Terlebih saat aku menyadari bahwa aku tertidur di pelukan Aiden, oh, juga tangan Aiden yang melingkar di pinggang ku.

Rasanya aku ingin menghilang saja dari sini. Ah, tidak. Daripada menghilang aku lebih ingin menendang Aiden agar dia bangun dan menjauh dari tubuhku. Ya, meski dia tak bersalah, aku tidak peduli. Semalam memang aku yang memintanya untuk tidur di samping ku. Aku juga yang memintanya untuk memeluk ku. Tapi aku tidak menyangka jika dia akan bertahan memeluk ku semalaman.

Tersenyum canggung, dalam hati aku meringis melihat satu persatu ekspresi mereka. Mungkin mereka heran kenapa Aiden bisa tidur bersamaku, dikamar ku.

"Aiden," Aku berbisik sambil mengguncang tangan Aiden yang berada di atas perutku.

Apa dia bangun? Of course not!

Dia tidak akan bangun jika dibangunkan dengan cara selembut ini. Minimal aku harus menyiramnya dengan air dingin agar matanya yang malas itu bisa segera terbuka.

Cih!

Begini dia ingin menjadi CEO Adam's Group? Aku menjadi merasa ragu sekarang.

"Aiden, bangun. Ada semua orang disini. Bangunlah atau mereka akan berpikir yang tidak tidak tentang kita."

Aku kembali berbisik padanya, namun sepertinya percuma. Tidak ada reaksi apapun darinya. Shit, Aiden! Tidak bisakah dia tidak menyusahkanku kali ini saja?

Brengsek, seperti biasanya. Ingatkan aku untuk memberinya pelajaran nanti.

Aku baru saja berniat untuk benar benar menendangnya, namun bibi Megg sudah lebih dulu mendekat dan menarik telinga Aiden dengan kencang, membuat Aiden bangun terkejut dan kesakitan.

"Aw.. Aw.. Irish! Kenapa kau menarik telingaku?"

"Irish, kau bilang?! Apa aku terlihat seperti Irish, Sammy?" Mata Aiden spontan membola saat menyadari itu adalah suara ibunya. Terkejut, sama seperti reaksiku saat baru membuka mata.

Aku bisa melihat ibu dan bibi Tamara tertawa geli, sementara para ayah hanya diam menyaksikan pemandangan-- emm.. Katakanlah, menciduk aku dan Aiden yang tidur bersama.

Amaris mendekat dan duduk di tepi ranjang, disamping Aiden. Dia masih tertawa geli sambil menatapku dengan kerlingan matanya.

"Jadi kau diam diam sudah tidur dengan Sammy, Irish?" Amaris menggodaku.

Sialnya pipiku memerah. Entah karena malu atau terbawa perasaan.

"Aku.. Aku t tidak tidur dengan Aiden, Amaris. Kami hanya tidur, sungguh."

"Kau yakin hanya tidur biasa, Irish?"

"Ibu... Jangan menggodaku."

"Benar bibi Alisha. Kami hanya tidur biasa. Kalau memang kami melakukan hal lebih maka sudah pasti kami akan telanjang tanpa pakaian sekarang. Oh, juga rambut yang acak acakan dan juga kiss mark dimana mana. Ditambah lagi--"

"Aiden!"

What the hell is in his mind!

Aku benar benar ingin menghilang saja daripada menjadi objek dirty talk Aiden.

The SASSY GirlWhere stories live. Discover now