Goes to Turki

1.2K 114 3
                                    

Galata Tower, Istanbul, Turki.

Here I am.

Hari ini adalah hari eksekusi atas misi dari Darcy. Kami sudah tiba di Istanbul sejak satu minggu yang lalu. Berhari hari kami melakukan penyamaran untuk mengawasi menara tertinggi di Istanbul ini, juga menyusun rencana dengan matang agar tak membuang banyak waktu dan tenaga.

Kami berdua berbagi tugas. Darcy bilang aku bersama beberapa pasukannya yang akan turun tangan, sementara dia yang akan mengurus sisanya.

The spirit of the rose, berlian itu disimpan Joanna di dalam menara ini. Lebih tepatnya, di lantai tertinggi dari Galata Tower ini.

Darcy telah menyewa restoran yang berada di lantai bawah menara untuk mengurangi keributan. Hal itu menjadi alasan mengapa situasi menara saat ini sepi.

"Nona, apakah waktunya sudah tepat?"

George, pemimpin pasukan Darcy yang sedang berbicara padaku. Kami sedang berdiam di dalam restoran yang lampunya sudah dimatikan.

"Sebentar lagi, George. Darcy bilang rencana akan dimulai pukul 8 tepat. Tiga menit lagi kita akan mulai bergerak. Apa kau dan yang lain sudah siap?"

"Ya, nona."

Aku mengangguk paham sambil merakit sebuat pistol. Meski cahaya hanya berupa remang remang, aku tetap bisa melakukannya dengan mudah. Oh, aku sudah terlalu terbiasa dengan hal yang seperti ini.

"Ada berapa orang kira kira di atas sana, George?"

"Entahlah, nona. Mungkin Ada sekitar dua puluh atau tiga puluh? Mengingat tuan Darcy membawa belasan orang untuk ikut bersama nona, termasuk saya."

Sekali lagi, aku mengangguk mengerti.

"Kita berbagi tugas, George. Kau dan beberapa pasukanmu lindungi aku agar aku bisa membuka jalan hingga ke puncak menara. Sisanya akan melawan para penjaga."

"Copy that, Ms."

"Move, now."

Tanpa banyak berkata, para pasukan Darcy sudah mulai bergerak. Menaiki satu persatu anak tangga, dan sesekali menembaki para penjaga. Tidak banyak rintangan yang kami temui, hingga saat kami nyaris sampai di puncak menara ini. Ternyata ada puluhan penjaga di sini.

Aksi baku tembak tak dapat dihindari. Aku berlindung di balik dinding dan sesekali keluar untuk membidik hingga beberapa waktu berlalu, pasukan kami mulai hampir kehabisan amunisi.

Sial!

Para penjaga Joanna cukup mahir dalam hal menembak. Aku bahkan bisa melihat beberapa anak buah George jatuh berguguran.

"George, kita harus segera maju sebelum benar benar kehabisan amunisi. Mereka adalah penembak professional. Percuma melawan dengan menembak."

George yang berada di sebelahku mengangguk setuju dan berkata, "Kami akan membukakan jalan untuk nona. Berlian itu berada tepat di atas lantai ini."

Setelah itu George memberi isyarat pada pasukannya.

Kami mulai keluar dari balik dinding persembunyian. George dan pasukannya mengepung ku sambil berlarian kecil menuju tangga di ujung sana. Kami dihujani banyak sekali tembakan. Para penjaga itu juga mulai keluar dari persembunyian.

Oh, aku menyebut ini dengan sebuah keberuntungan ketika semua pistol dan senapan yang kami bawa kehabisan peluru. Kami dalam artian pasukanku, juga para penjaga itu.

Aku bisa mendengar pemimpin mereka mengumpat, dan di detik berikutnya dia memberi aba aba untuk mengerang kami.

Pertarungan adu tembak telah berubah menjadi perkelahian tangan kosong.

The SASSY GirlOnde histórias criam vida. Descubra agora