Knife throw

1K 104 2
                                    

Aku sedang memperhatikan Irish yang sedang melahap sarapannya di hadapan ku. Bagaimana cara wanita itu mengunyah makanan dengan tenang, membuat sedikit sisi anggun yang dia miliki mulai bermunculan.

"Kau tidak lapar?" Dia bertanya setelah menelan makanannya. Dia hanya menatapku sesaat, kemudian kembali menunduk untuk mengiris daging di piringnya.

"Tergantung apa makananku."

Irish menghentikan kunyahan di dalam mulutnya dan menatapku sambil mengernyitkan keningnya. Dia tampak seperti sedang berpikir, tapi hanya sebentar. Karena ku rasa dia sudah menemukan jawabannya, terbukti saat dia mulai mendengus dan menatap ku malas.

"Memang makanan apa yang bisa membuatmu merasa lapar, huh?

"Tentu saja kau."

Slash!

Irish melempar garpu ditangannya ke arah ku. Beruntung aku bisa menghindar sebelum benda itu benar benar menancap di wajah tampan ku.

Tawa ku mulai terdengar. Seperti inilah cara Irish bermain.

"Lemparanmu bagus, baby. Tapi refleks ku jauh lebih bagus daripada lemparanmu."

"Di tangan kanan ku masih ada pisau. Kau mau ku lempar dengan pisau ini?"

"Cobalah kalau kau berani."

Slash!

Irish memanglah Irish. Meski sudah beberapa kali dia menunjukkan sisi lainnya-- seperti ketakutan dan perasaan cinta yang membuatnya terlihat lemah, juga sisi anggun saat tadi dia sarapan --dia tetaplah Irish si gadis lancang, liar, dan penuh kebebasan.

Dengan begitu berani dia melemparkan pisau yang dia gunakan untuk memotong daging kepadaku. Aku memang bisa menghindari lemparan itu, tapi--

"Sshh.."

Spontan aku berbalik saat mendengar suara ringisan seseorang, dan aku menemukan Aaron yang berdiri tak jauh di belakang ku.

Ternyata dia menangkap pisau yang tadi Irish lempar kepadaku. Mungkin karena posisi Aaron yang sejajar dengan posisiku, maka saat aku menghindar pisau itu beralih melesat kearahnya. Beberapa tetes darah mulai menetes dari telapak tangannya. Irish yang tadinya masih duduk di hadapanku, entah bagaimana sekarang dia sudah berada di hadapan Aaron dan melihat luka di telapak tangannya.

"Aaron, maafkan aku. Aku tidak menyadari keberadaanmu."

Nada suara Irish terdengar merasa bersalah. Ya, actually dia memang bersalah. Memangnya siapa yang tadi melempar pisau, huh?

"Saya juga bersalah, nona. Saya yang datang tanpa permisi."

"Duduklah dulu, Aar. Aku akan mengambil kotak obat dan mengobati luka mu."

Aku bisa melihat Aaron mengangguk patuh dan Irish membawanya untuk duduk di samping ku.

"Tunggulah sebentar. Aku akan segera kembali."

"Baik, nona. Saya juga ada sesuatu yang ingin saya sampaikan pada tuan Aiden selagi menunggu anda."

Irish mengangguk dan kemudian mulai meninggalkan kami dengan tergesa.

"Apa yang ingin kau sampaikan padaku, Aar?" Kataku pada Aaron setelah punggung Irish menghilang dibalik dinding dapur.

"Tuan, saya sudah menerima pesan anda. Saya akan menyelidiki apakah orang yang dimaksud tuan Franklyn dan nona Irish adalah orang yang sama atau bukan--"

"AIDEN! DIMANA KAU MENYIMPAN KOTAK OBAT?"
Teriakan Irish menghentikan ucapan Aaron.

"MANA AKU TAHU. INI RUMAH BARU DAN BUKAN AKU YANG MENGATUR TATA LETAK SEMUA BARANG BARANG DISINI." Aku membalas dengan ikut berteriak.

The SASSY GirlOnde as histórias ganham vida. Descobre agora