Unknown client

1.2K 102 5
                                    

Aku berdiri di depan lemari besar milik Aiden, menatap satu persatu pakaian yang dia punya.

Hari ini Aiden akan ada acara peresmian dari proyek tempat wisata dan komplek hunian yang telah selesai dia kerjakan. Namun Aaron mengatakan jika konsep peresmian itu dirancang dengan sedikit santai dan tidak terlalu formal karena letaknya yang dipesisir pantai.

Jujur saja, aku sedikit bingung memilih setelah untuknya.

"Baby, apa pakaianku sudah siap?"

Aku melirik ke arah pria itu yang baru saja memasuki walk in closet. Tubuh bagian bawahnya terlilit handuk, sementara sebelah tangannya juga memegang handuk yang lain untuk mengeringkan rambut.

"Aku tidak tahu. Apa yang akan kau kenakan hari ini? Pakaian yang sedikit santai atau yang formal?"

"Aku akan memakai apapun yang disiapkan oleh istriku."

"Kalau begitu akan ku ambilkan lingerie ku."

"Baby..."

Aku tertawa ketika Aiden memasang ekspresi kesal. Hei, apa aku salah? Dia bilang akan memakai apapun yang kusiapkan 'kan?

"Ayolah, sayang. Aku sudah hampir terlambat."

Mendengus kesal, aku kembali berbalik dan menatap satu persatu pakaian Aiden sambil berkata padanya, "Salah siapa kau sulit sekali untuk bangun pagi? Sialan, Aiden.. Pagi tadi kau baru saja menghancurkan jam alarm untuk yang ke 6 kalinya."

"Kau bilang kau menyetok 2000 benda yang seperti itu. Jadi seharusnya masih ada 1994 lagi yang harus ku hancurkan."

Aku memang sedang memunggungi pria itu, tapi aku tahu pasti dia sedang menahan tawanya.

"Aku tidak peduli. Jika kau tidak bisa bangun pagi mulai besok, jangan pernah menyentuhku lagi di malam hari." Aku membalas setelah mendapatkan setelan yang ku pikir cocok untuk Aiden dan memberikannya pada pria itu.

Aiden membelalakkan matanya. Terlihat tidak terima dan sedikit panik. "Irish, kau pasti bercanda."

"Kata siapa aku bercanda? Cobalah untuk bangun siang lagi besok kalau kau ingin tahu apakah aku bercanda atau tidak."

Aku bisa melihat Aiden mendengus. Hampir saja aku tertawa, namun sebelum tawaku terdengar Aiden sudah lebih dulu melepas lilitan handuk di bawah pinggangnya untuk memakai celana, membuatku terkejut dan spontan berbalik memunggunginya.

Oh, ayolah.. Meski aku dan Aiden sudah menikah, tetap saja aku masih merasa malu jika melihat Aiden telanjang di hadapanku.

Sialan.

Apa para pria memang selalu seperti itu-- tidak punya malu?

"Kenapa kau malu melihat dia, baby? Kau bahkan sudah pernah melakukan lebih dari sekedar melihat."

"Fuck you." Balasku sambil mengacungkan jari tengah padanya.

Suara gesper yang dipakai terdengar, pertanda bahwa Aiden telah selesai memakai celananya. Terbukti dengan dia yang berkata, "Aku sudah selesai, sayang."

Aku membantu Aiden memakai kemejanya setelah itu. Mengancingkan satu persatu kancing kemejanya, lalu merapikan kerah. Fyi, Aiden tidak suka memakai dasi. Dia hanya akan memakai dasi di acara acara tertentu atau jika sedang sangat mendesak.

"Nice."

Bukan, aku tidak sedang memuji Aiden. Aku sedang memuji diriku sendiri setelah berhasil menyiapkan Aiden menjadi serapi ini.

***********

Here I am.

Aku sedang berada di dapur bersama Mommy Megg. Kami hanya iseng membuat kue jahe kesukaan Aiden dan Daddy Xavier.

The SASSY GirlDär berättelser lever. Upptäck nu