About worth it

1.2K 101 12
                                    

Xavier berkata padaku bahwa dia akan turun sebentar untuk mengambil minum. Namun entah hal lain apa yang dia lakukan hingga setengah jam berlalu dia belum kembali ke kamar kami.

It's been 27 years.

Everything still same between us.

Tidak ada yang berubah diantara kami, jutru semakin hari kebahagiaan terasa semakin lengkap. Apalagi setelah kehadiran seorang putra yang telah dua tahun kami impikan semenjak pernikahan.

Siapa sangka sekarang aku sudah menjadi seorang ibu? Bukan hal yang mudah untuk dilakukan, namun seorang wanita tidak akan lengkap hidupnya jika dia belum pernah merasakan menjadi seorang ibu.

Aku masih sangat ingat ketika aku menggenggam tangan mungil putraku, beberapa saat setelah dia lahir. Tangan itu terasa begitu kerdil dan rapuh, namun disanalah terletak sebuah tanggung jawab yang besar di dalam genggaman tangan itu.

Beruntung Xavier adalah seorang ayah yang baik. Meski dia sangat sibuk, namun dia tidak pernah membiarkanku mengurus putra kami sendirian. Dia bahkan rela terbangun di malam hari untuk menggendong putra kami yang terbangun dan menangis.

Waktu waktu berlalu membawa putra kami tumbuh menjadi seorang pria yang tampan dan gagah. Sekarang dia sudah berusia 25 tahun. Dan hey.. Bahkan seminggu lagi dia akan segera menikah. Bukankah begitu?

Hidup ditengah dua orang lelaki yang begitu ku cintai... Apa lagi yang lebih membahagiakan di hidupku daripada itu?

Suara pintu kamar terbuka. Aku menemukan sosok yang sejak tadi sudah ku tunggu sedang menutup pintu dan mendekat menghampirirku.

Aku tersenyum padanya, sedikit menggeser tubuh ku, dan memberi tempat untuknya di samping ku.

"Kau lama sekali, X."

Tidak ada jawaban apapun. Yang ada hanya tangannya yang memposisikan kepalaku untuk berbaring di atas lengannya yang kokoh. Tidak hanya itu. Dia juga memberiku satu kecupan di kening ku.

"X.."

Aku memanggilnya.

"Uh-huh?"

Aku bergerak untuk berpindah posisi menjadi tengkurap. Kedua tanganku menopang dagu, dan aku mulai mengajaknya bicara. "Putramu tidak waras, X. Kau ingat apa yang dia katakan setelah makan malam tadi? Kepalaku sampai pening memikirkan tingkah Sammy."

Aku bisa melihat Xavier tersenyum tipis. Oh, jangan terlalu kaget.. Dia memang sudah tidak se-kaku dulu semenjak kelahiran Aiden diantara kami.

"Dia juga putramu." Katanya.

"Tapi aku tidak pernah mengajarinya untuk menjadi konyol seperti itu. Melamar seorang gadis di dalam kamar dan tanpa cincin? Jika aku jadi Irish minimal aku akan menamparnya dulu. Putramu benar benar payah, X.."

Lagi lagi Xavier hanya tersenyum dan mengusap kepala ku.

"He said one week later." Katanya.

Aku mengangguk mengiyakan, mengerti dengan apa yang dia bicarakan. Hidup puluhan tahun bersama Xavier membuatku terbiasa dengan kalimatnya yang terkadang membingungkan karena sepenggal sepenggal.

"Itu keputusan yang terlalu terburu buru. Kita sudah harus menyiapkan pernikahan Aiden mulai besok."

"Of course." Jawabnya sambil mengangguk.

"So, how do you feel, hm?" Dia bertanya padaku.

"Tentu saja aku bahagia. Sammy akan segera memiliki keluarga sendiri dan kita akan kembali berdua. Apa kau tidak berniat untuk punya anak lagi, X? Aku sangat siap jika kau--"

The SASSY Girlजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें