What happend?

1.1K 97 0
                                    

Aiden baru saja pulang ketika malam hari tiba. Saat dia sampai dirumah, pria itu langsung mendapat ceramah panjang dari ibunya. Bahkan Aiden bersumpah telinganya sampai berdenging karena omelan ibunya yang tak putus putus hanya karena Aiden masih datang ke kantor saat hari pernikahannya hanya tinggal besok.

Hei, lagipula itu bukan sepenuhnya salah Aiden. Andai saja tidak ada laporan sialan yang harus dia revisi itu, pasti Aiden juga tidak akan datang ke kantor dan pulang hingga malam.

Semua orang tampak sedang sibuk untuk mempersiapkan hari penikahannya besok. Para ibu dan Amaris sedang mengecek ulang list pesta pernikahan-- apakah masih ada yang kurang atau perlu ditambahkan. Sedangkan para ayah? Mereka juga terlihat sedang berbincang bincang tentang keamanan pesta.

"Dimana Irish, mom? Kenapa dia tidak terlihat?"

"Dia sudah tidur di kamarnya, Sammy. Mungkin dia ingin mengumpulkan tenaganya agar tidak terlalu lelah saat besok harus berdiri cukup lama untuk menyambut para tamu." Amaris tertawa kecil di akhir kalimatnya.

Untuk sesaat Aiden menatap Amaris yang menjawab pertanyaannya, mencoba mencari sesuatu yang barangkali sedang gadis itu sembunyikan, namun ternyata Aiden sama sekali tidak menemukannya. Sorot mata Amaris terlihat lembut dan anggun seperti biasanya.

Baiklah..

Akan Aiden tanyakan langsung pada Irish nanti tentang apa yang sedang mengganjal di pikirannya.

Pria itu hanya mengangguk, lantas kembali berjalan ke arah pintu utama. Kemana dia akan pergi? Ke kamar Irish tentunya. Aiden ingin tidur bersama Irish malam ini.

Hanya ada kegelapan dengan sedikit cahaya remang yang Aiden dapatkan ketika membuka pintu kamar gadis itu. Aroma vanilla khas kamar seorang perempuan dengan segera menguar di indera penciumannya.

Aiden tersenyum. Sepertinya dia harus mengganti pengharum ruangannya nanti setelah dia menikah dengan Irish. Harum kamarnya tercium sangat maskulin. Mungkin Irish akan jauh lebih nyaman jika kamar mereka beraroma Vanilla.

Tanpa membuang banyak waktu, Aiden segera mengampiri ranjang Irish dan tertidur di sampingnya. Posisi tubuh Irish membelakangi dirinya sehingga Aiden bisa dengan leluasa memeluk Irish dari belakang.

Aiden mencium lama rambut Irish sebelum beberapa saat kemudian ia ikut hanyut ke dalam tidurnya.

Matahari belum juga menyingsing saat Irish merasakan seseorang sedang menciumi seluruh wajahnya. Saat dia membuka mata, Irish menemukan siluet Aiden sedang berbaring di hadapannya.

"Aiden, you here?" Irish bertanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Yes, baby."

Sekilas Irish melirik ke arah jam kecil di atas nakas. Pukul 4.40 a.m, ini masih terlalu pagi untuk Aiden terbangun.

"Do you remember what day is today?"

Irish tersenyum geli. Sepertinya pria itu terlalu antusias di hari pernikahan mereka. "Ya, but you woke me up early."

"Did I?" Aiden bertanya sambil menyingkirkan helaian rambut Irish ke balik telinganya.

"You did."

Tidak lagi menjawab, Aiden justru memilih untuk mengecup sekilas bibir gadis yang beberapa jam lagi akan sah menjadi istrinya itu.

"About yesterday..."

"Uh-huh?"

"What happened, baby?"

Dahi Irish berkerut, pertanda bahwa dia kebingungan dengan apa yang sedang Aiden bicarakan.

"What are you talking about?"

The SASSY GirlWhere stories live. Discover now