Marry me, baby

1.3K 117 2
                                    

Siang ini aku dan Irish memilih untuk bermalas malasan di dalam kamar ku. Mau apa lagi? Kami baru saja tiba di rumah tengah malam setelah penerbangan panjang dari Turki kemari.

Kami berdua sedang berbaring di ranjang sambil bermain ponsel. Hanya saja Irish berbaring di atas perut ku sebagai bantalan, sementara sebelah tangan ku sejak tadi tidak berhenti memainkan helai rambutnya. Sesekali Irish akan menunjukkan ponselnya padaku jika ada sesuatu yang menarik.

"Irish, lihat.. Lamborghini baru saja mengeluarkan mobil keluaran terbarunya. Mobil ini bisa berubah warna menggunakan remote." Aku berseru dengan semangat sambil menunjukkan layar ponselnya ke hadapannya.

Sebagai peminat otomotif, tentu saja Irish sempat takjub dengan bagaimana cara mobil itu berubah warna dalam sekejap di dalam video yang ku tunjukkan.

"Aku akan membelinya." Ujar ku.

"Untuk apa?"

"Tentu saja untuk dikendarai. Memang mau diapakan lagi? Di makan, huh?"

Irish tertawa sambil mencubit perut ku dan berkata, "Maksudku, untuk apa kau membeli mobil lagi? Kau sudah punya banyak mobil di rumah."

"Tapi aku belum punya yang seperti itu, Irish. Lagipula Ammy pasti akan senang jika aku membelinya. Dia bilang dia suka jika popularitasnya meningkat saat ada paparazi yang menangkapnya menggunakan barang barang mewah, lalu dia akan menjadi topik pembicaraan hangat orang orang."

Aku bisa melihat kekasihku itu memutar bola matanya malas. "Itu namanya pemborosan, Aiden."

Ternyata Irish jelas sangat berbeda dengan Ammy. Saat Ammy menyukai berbagai hal hal glamour dan mewah, cara pandang Irish justru lebih sederhana dari itu.

"Itu tuntutan pekerjaannya. Amaris adalah seorang model. Sudah tentu dia harus tampil maksimal agar dia bisa bersaing di pekerjaannya."

See?

Irish juga tidak rumit seperti Ammy.

Aku mengakui bahwa Ammy adalah perempuan yang rumit dalam segala hal. Hingga saat dia harus pergi keluar pun dia harus memikirkan banyak hal sepeti fashion, make up, kendaraan, dan sebagainya.

Bukan, bukan berarti aku mempermasalahkan semua hal itu. Aku justru senang saat Ammy terlihat cantik maksimal. Hanya saja aku merasa takjub pada Irish. Dia sama sekali tidak rumit seperti Ammy.

Aku sedikit mengangkat kepala Irish dengan hati hati saat akan beranjak duduk bersandar pada kepala ranjang. Setelah itu aku kembali meletakkan kepala Irish di atas pahaku, membiarkan dia berbaring di atas pangkuan ku.

Dia masih terus menatap ponselnya. Oh, itu bukan masalah selama dia tidak sedang men-stalking pria lain. Irish sedang membuka salah satu web lelang online dan melihat lihat barang yang akan di lelang. Aku mengetahuinya saat aku sedikit mengintip ke layar ponselnya.

Pandangan mataku tiba tiba tertuju pada lengan Irish, tepatnya di bagian dimana dia sempat mendapat luka goresan dari sinar laser sialan.

"Apa masih sakit, baby?" Aku bertanya sambil mengusap bekas goresan itu dengan hati hati.

"Bahkan rasa sakitnya tidak terasa sama sekali sejak awal, Aiden."

Satu hal lagi yang membuat Irish semakin terlihat berbeda.

Dia adalah wanita tangguh. Dia memiliki jiwa seorang pejuang dan sama sekali tidak mengenal rasa takut.

Irish sama sekali tidak menangis saat dia mendapat bayak luka saat berkelahi. Jika dia merasa kesakitan, maka dia hanya akan sesekali merintih.

The SASSY GirlWhere stories live. Discover now